11 - Mbah Dino

3K 240 75
                                    

Sebuah rumah berdiri di tengah hutan bambu yang sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah rumah berdiri di tengah hutan bambu yang sepi. Jarak antar pepohonan bambu begitu ketat dan rapat, hingga sinar rembulan pun sulit untuk masuk. Kabut tipis menyelimuti sekitar. Suara burung hantu terdengar samar-samar. Di depan rumah berbahan anyaman bambu itu terdapat satu sepeda motor usang terparkir.

Dani dan Bejo duduk di ruang depan rumah berukuran 4x4 meter dengan beralaskan tikar. Di depan mereka, terdapat nampan berisi kembang tujuh rupa beserta dupa yang asapnya melayang-layang tipis. Aroma bunga bersatu dengan dupa, memenuhi suasana sekitar. Mereka berdua celingak-celinguk melihat sekitar.

Banyak sekali poster girlband K-POP terpasang di dinding rumah yang menampilkan kecantikan para personilnya. Sejak tadi Bejo mulai ragu, sebenarnya tempat apa yang mereka datangi ini. Bahkan sang pemilik rumah yang asli pun belum juga muncul.

“Dan, ini beneran rumah dukun? Kok gini sih?” tanya Bejo sambil memperhatikan sekitar. “Rumah dukun itu biasanya isinya keris, pusaka, atau barang-barang berbau mistis gitu. Ini apaan, Dan?” Bejo menggelengkan kepala.

“Menurut petunjuk temenku, di sini dukun yang terpercaya itu, Jo. Udah nurut aja, mungkin dukunnya k-popers.” Dani berusaha meyakinkan temannya itu.

Tak lama datang seorang pria berusia kisaran tiga puluh tahun dengan pakaian serba hitam yang langsung duduk di hadapan mereka. “Selamat malam semuanya!” sapa orang itu.

“Nama saya Mbah Dino, saya yang membuka praktek. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya.

“Mbah, saya mau minta bantuan. Langsung aja ya ke masalahnya,” ucap Dani. Mbah Dino pun mengangguk sambil mengelus dagunya padahal tidak memiliki janggut.

“Desa kita, sedang dalam teror pocong. Gak tanggung-tanggung, pocong yang gentayangan sampe tiga! Bayangin coba, semua warga jadi takut keluar malam. Toko tutup, warung tutup, gak ada aktivitas. Nah, saya mau minta bantuan Mbah buat mengurus masalah desa ini, kira-kira bisa?” tutur Dani menjelaskan.

“Tentu saya pasti bisa, mau tau caranya gimana?”

“Gimana, Mbah?”

“Gocap dulu!”

Dani dan Bejo menoleh dan saling bertatapan dengan wajah bingung. Sementara Mbah Dino mengulurkan tangannya sambil menatap mereka berdua secara bergantian. “Ada gak? Mau saya kasih tau gak?”

“Iya, iya, Mbah!” Dani mengeluarkan dompet dan membukanya, ia keluarkan uang kertas pecahan lima puluh ribu rupiah. Segera ia berikan uang itu kepada Mbah Dino. Sambil tersenyum lebar, Mbah Dino menerima uang itu dan memasukkannya ke dalam celengan berbentuk ayam.

“Oke, jadi caranya kalian harus bawa tali pocong itu.”

“Oh, saya bawa, Mbah!” Dani merogoh sakunya, ia lalu mengeluarkan tali pocong yang ia curi saat pembongkaran makam. Segera ia berikan kepada Mbah Dino.

Sambil memperhatikan tali pocong yang dipegangnya, Mbah Dino mengangguk beberapa kali. Dani dan Bejo mulai yakin dengan kemampuan dukun ini. “Ya, ini masalahnya cukup berat.”

Pocong Nagih Janji (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang