17 - Petaka

2.7K 228 31
                                    

Bejo bersandar di sofa setelah diberi minum segelas air oleh Anwar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bejo bersandar di sofa setelah diberi minum segelas air oleh Anwar. Seluruh badannya terasa lemas. Energinya seakan dikuras setelah dirasuki oleh sosok arwah Pak Joko. Begitu juga dengan Linda, ia beristirahat karena memanggil arwah itu juga memakan banyak energinya.

Anwar dan Reza duduk berselebahan, menghadap ke arah Linda. Selama beberapa saat, suasana sunyi. Tak satu pun dari mereka bersuara. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, detak jarum jam terdengar memenuhi ruangan. Anwar menuang air minum ke gelas untuk dirinya sendiri.

“Sekalian, Pak,” bisik Reza di sampingnya.

“Ambil sendiri.” Anwar lalu meminum air untuk membasahi tenggorokannya. Setelah melepas dahaga, pandangannya mengarah ke Linda. “Oke, Linda. Kamu gak apa-apa?” tanyanya.

Linda menggeleng. “Gak apa-apa kok.”
“Bisa jelasin soal yang tadi, Mas sama sekali gak paham sama yang diomongin Bejo tadi.”

“Hah, emang saya ngomong apa, Pak?” tanya Bejo bingung.

“Eh, Pak Joko maksudnya.”

“Oke.” Linda menegakkan posisi duduknya dan mulai memasang wajah serius. “Itu semua pengakuan dari Pak Joko. Memang dia yang selama ini menganggu warga setiap malam, akan tetapi semua itu bukanlah kemauan dia.”

“Terus siapa?”

Linda menghela napas, ia agak ngeri untuk menyebut makhluk itu. Sosok yang menyerangnya saat di rumah Pak Joko sampai dirinya terpental keras ke belakang.

“Aku sendiri gak tau siapa namanya. Yang jelas, dia itu jenis pocong siluman.”
“Pocong siluman? Apa itu?” tanya Anwar penasaran.

“Pocong raksasa yang tingginya sampai dua meter lebih. Dan yang lebih anehnya lagi, wajah pocong itu menyerupai babi. Itulah kenapa aku minta kepala babi yang masih segar.”

Anwar dan Reza mengangguk menyimak penjelasan dari Linda dengan seksama.
“Pocong siluman itulah yang mengekang arwah Pak Joko dan keluarganya. Ketika di rumah Pak Joko, aku liat arwah mereka dalam keadaan terikat rantai. Siluman itulah yang mengikat Pak Joko. Menjadikannya sebagai budak yang akan menuruti segala perintahnya,” tutur Linda menjelaskan.

“Tapi kenapa bisa begitu?”

“Semua itu terjadi karena Pak Joko memiliki perjanjian dengan pocong siluman itu. Tampaknya Pak Joko sangat berambisi menjadi kepala desa, akan tetapi modalnya untuk kampanye kurang. Jadi dia meminta harta dan uang kepada pocong siluman itu supaya bisa melakukan kampanye besar-besaran. Dia juga berjanji akan memberikan tumbal setelah dirinya terpilih menjadi kepala desa.”

Anwar dan Reza kaget mendengarnya, sambil mengelus dada mereka juga menggelengkan kepala.

“Tapi kenyataannya, setelah berbagai usaha dan kampanye yang dilakukan oleh Pak Joko. Dirinya malah gagal menjadi kepala desa. Itu artinya, ia juga gagal mempersembahkan tumbal kepada pocong siluman itu setelah diberikan banyak kekayaan. Alhasil, pocong itu marah besar. Dan Pak Joko sekeluarga menjadi sasarannya. Mereka sendiri yang malah jadi tumbal. Mirisnya, setelah mati arwah mereka diperbudak oleh siluman yang haus darah itu.”

Pocong Nagih Janji (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang