Suatu malam yang sepi di desa yang tanpa adanya aktivitas. Seakan sudah jadi kebiasaan baru, warga desa kini sudah tidak berani lagi keluar di atas jam sembilan. Teror pocong keluarga Joko benar-benar membuat mereka ketakutan. Jalanan yang biasanya ramai oleh anak-anak kini sepi. Warung yang biasanya jadi tempat nongkrong anak muda juga hanya menyisakan bangku-bangku kosong tanpa ada siapa pun.
Karena sepinya desa ini, para pedagang keliling pun enggan mampir. Padahal biasanya, ada saja penjual nasi goreng, jajanan ringan sampai es dawet yang lewat mencari pelanggan di jalan desa ini. Di saat semuanya enggan lewat desa, ada satu pedagang bernama Fahri yang menjual bakso.
Tanpa ada rasa takut, Fahri percaya diri mendorong gerobaknya di pinggir jalan desa yang sepi. Bersebelahan langsung dengan sawah yang gelap. Sambil sesekali membunyikan piringnya untuk menarik pelanggan datang.
Setelah berjalan jauh, sampailah Fahri di pos ronda yang kebetulan sedang ada tiga orang di sana. Karena lelah, ia pun menepikan gerobaknya di pinggir. Berhenti sejenak dan ikut bergabung bersama mereka. Kebetulan Fahri juga sudah cukup mengenal anak-anak muda desa ini.
“Wei, asik banget nih!” kata Fahri dengan maksud mengangetkan mereka semua.
Reza yang sedang asik bermain game bersama Dani dan Bejo hanya melirik ke arah si pedagang bakso. “Dia lagi, dia lagi!” kata Reza.
“Ngapain sih ke sini? Bikin laper aja tau gak?” kata Dani sambil menatap layar ponselnya.
“Laper? Beli dong, bakso belum laku nih,” balas Fahri sambil duduk di pos ronda.
“Kalo ada duit sih pasti beli. Uang kita udah abis diperes sama dukun matre,” jawab Bejo.
“Ah, bilang aja kalian pelit, kan? Udahlah, cuma sepuluh ribu apa salahnya sih? Kenyang lagi.” Fahri berusaha menarik minat mereka untuk membeli dagangannya. Tak cukup sampai di situ, ia langsung membuka tutup pancinya.
Sontak asap dari dalam panci itu pun mengepul-ngepul ke luar, membawa aroma bakso daging yang lezat. Dengan sengaja Fahri mengipas-ngipas anginnya ke arah mereka bertiga. Supaya mereka bertiga mencium aroma bakso dan semakin lapar.
“Heh! Rese banget sih!” kata Reza yang mulai kesal.”
“Kenapa? Enak ya baunya? Makanya beli! Hahaha!” kata Fahri sambil terus mengipas-ngipas aroma bakso ke arah mereka.
Dani dan Bejo sudah habis kesabaran, mereka sama-sama mematikan ponsel mereka dengan wajah kesal. “Za, udahlah! Mending kita keliling, udah mau jam sebelas nih!” ajak Bejo.
“Yaudah, ayo.”
“Nanti kalo tukang bakso gila ini udah pergi baru kita balik!” tambah Dani
“Tau nih, tukang bakso sialan! Cuma kasih asapnya aja, giliran kita ngutang gak boleh!” kata Bejo.“Aku sumpahin ketemu pocong kamu di sini!” ucap Reza.
"Masa bodo! Mau pocong juga gak apa-apa yang penting punya duit buat beli bakso," jawab Fahri dengan nada mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pocong Nagih Janji (TAMAT)
TerrorPak Joko beserta anak istrinya di temukan tewas gantung diri. Sejak kematian mereka, seluruh warga desa mendapat teror mengerikan. Sosok Pocong menyerupai Pak Joko berkeliling desa setiap malam dan mengetuk pintu rumah warga. Membuat warga takut ke...