•••
Waktu terus berputar, hari-hari telah dilewati dengan sulit dan penuh perjuangan. Di tinggal oleh sosok Ayah dan Ibu, bukanlah hal yang mereka inginkan. Namun, kita hanya dapat berserah dan terus menghadapi kenyataan dengan sukarela.
Sudah sekitar 3 jam Alir dan sang Adik berjalan tanpa titik tuju. Mereka memutuskan untuk kabur dari rumah panti sebab sudah benar-benar letih dengan perbuatan bu Ima sang pengurus panti asuhan yang sangat menakutkan.
Alir tahu, ini adalah keputusan yang salah karena sudah pergi dari rumah panti dan meninggalkan semua teman-temannya disana. Di satu sisi, ini ialah jalan terbaik bagi dirinya dan Agam. Sudah cukup bu Ima memukuli Agam dengan rotannya, dan tubuh ini juga sudah di penuhi oleh luka akibat cambukan yang di lontarkan bu Ima kepada mereka.
"Apa lagi ini? Hah?"
Teriak bu Ima. Saat mendapati Agam dan Gio bertengkar tepat di hadapan bu Ima.Agam yang terlihat semakin geram akibat ulah Gio yang membuat dirinya menaik pitam.
Siapa yang tidak kesal bila sedang mengepel lantai, lalu di injak dengan seenaknya saja, oleh orang iseng?
Itulah yang Agam rasakan saat ini. Ia menaik pitam saat Gio menginjak lantai yang baru saja ia bersihkan, bukan tidak sengaja Gio menginjak lantai itu. Motif ia menginjak karena kesal dengan Agam yang selalu saja di sayang oleh Bang Alir. Sedangkan Gio selalu saja di cuekin oleh Bang Alir.
Gio tahu, memang dirinya bukan Adik kandung Alir. Dan mereka bertemu dan saling kenal di rumah panti. Apa salahnya jika Alir memberikan sedikit perhatiannya pada Gio. Dibanding anak panti lainnya, hanya Gio yang selalu saja di cuekin oleh Bang Alir. Iya, Gio sadar kalau dirinya bandel dan selalu bertingkah konyol. Tapi Gio juga pengen di kasihi oleh Alir, sama seperti yang lainnya.
Sedangkan Alir. Ia merasa perhatiannya sudah ia kasih kepada seluruh anak panti, ia menganggap anak-anak panti lainnya sudah seperti Adik kandung. Sama seperti ia memperlakukan Agam dengan spesial. Namun, ia tidak sadar bila perhatiannya kurang terhadap Gio. Dan mungkin memang benar, sebab Alir terlihat begitu cuek terhadap anak itu. Alir minta maaf sebab hal ini membuat Gio menjadi kesal dan meluapkannya kepada Agam yang ia sendiri tidak tahu mengapa Gio seperti itu padanya.
"Berantem mulu kalian ini." lanjut bu Ima.
Sedangkan Agam dan Gio kembali menatap atensi keduanya dengan tatapan kosong penuh amarah.
Sesaat kemudian, bu Ima mengambil rotan. Lantas ia memberi kedua anak itu pelajaran dengan cambukan keras.
Sampai, jeritan dari Agam dan Gio membisingi rumah panti hari itu. Sedangkan Alir yang terlihat sedang membersihkan pekarangan rumah panti langsung sigap berlari menuju suara tangisan itu.
"A-ampun bu.." Gio menangis dalam duduknya, saat bu Ima semakin menggila mencabuk dirinya.
Diiringi oleh tangisan Agam yang ikut menyeka indera pendengaran anak panti lainnya.
"Abang.." panggil Agam seraya meneteskan air mata itu hingga membasahi pipinya.
Alir mempercepat langkahnya saat mendengar suara Agam.
Bu Ima semakin membabi buta, mencambuk Agam dan Gio di hadapannya dengan kuat.
"Anak sial. Bisanya cuman bikin saya marah. Dasar, bangsat kalian semua!"Gio semakin di kuasai oleh tangisan, juga dengan Agam. Sesaat Bang Alir datang. Lantas hal yang sama selalu ia lakukan. Mendekap tubuh keduanya dengan erat, guna untuk menjaga kedua anak itu agar tidak terkena cambukan dari bu Ima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety [On going]
Ficção Adolescente-Anxiety [Ketika kecemasan menyergap]- 2 Raga paling menyedihkan, menjadi saksi dari gilanya semesta menghancurkan kehidupan pelangi-ku. Kisah Alir yang menjadi salah dari satu korban jahatnya semesta memberikan sebuah perjalanan singkat di hidupn...