09. Anxiety | Kasih dan sayang |

2 0 0
                                    








•••



Sudah sekitar 5 menit menit berjalan, akhirnya mereka sampai di dalam rumah bernuansa putih. Saat melihat kedalam, Alir dan Agam sedikit tercengang. Mengapa dari luar rumah ini terlihat biasa dan kecil? Tapi, pas masuk kedalam, semua berbeda. Ini sangat megah, rapih, bersih, tenang sekali rasanya berada didalam.

Beda dengan rumah panti, yang tampilannya sudah kumuh dan gersang, iya. Itu rumah jaman dulu, rumah tua. Semua yang ada didalam rumah itu sudah rapuh, dan habis di makam rayap.

“Ayo dong.. Alir, Agam. Masuk sayang, jangan sungkan, yaa.” wanita berparas cantik itu dengan senang hati menyambut kehadiran kedua anak yang sebelumnya belum ia kenal  siapa mereka sebenarnya.

Melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah ini, serasa Alir sedang berada di dunia lain.
“I-iya Bun,” sautnya sungkan.

Kedua manik gelap itu merotasi hingga ke sudut rumah Rahayu. Tuhan, rumah ini sangat indah..

“Rachel, sayang. Temani Alir dan Agam dulu, Bunda mau siapin makan malam, sebentar lagi Ayah pulang.”

Rachel dengan sigap mengiyakan apa titah sang Bunda. Kini ketiganya menghening didepan Televisi dengan layar yang cukup besar. Beda dengan panti, layarnya buram, bahkan untuk dilihat saja sepertinya tidak bisa. Juga Bu Ima selalu tidak mengizinkan untuk menyetel siaran Televisi itu, katanya bayar listrik itu mahal, dan kita semua harus hemat.

“Mau nonton apa?” mencoba untuk membuka dialog terlebih dahulu.

Sebenarnya Rachel tidak ingin lebih dekat pada mereka, takutnya nanti, mereka juga akan seperti teman-teman sekolah Rachel yang selalu membullynya. Sebagai balas budi saja, karena Alir tadi sudah membantunya saat terjatuh di jalan.

Dari manik Agam terlihat sangat berbinar, sedari tadi senyuman di wajahnya terukir indah. Mungkin karena ia sedang berada di dalam rumah yang mewah milik keluarga Rachel ini.

“Agam mau nonton film kartun dong,”
Seraya tersenyum melas di akhir kalimat.

Rachel yang melihat tingkah Agam yang cukup menggemaskan sangat geram sekali. Rasanya ingin menggigit pipinya dengan sangat kuat. Sebab, Agam lucu banget, hihi..

Saat Rachel memindahkan tampilan didalam Televisinya satu-persatu, Agam langsung menghentikan dengan penuh semangat. “Stoopp.. ini aja kak, seru kayaknya”

Upin&Ipin. Kartun kesukaan Rachel juga, ternyata kita memiliki kesukaan yang sama. Jadi tambah gemes deh sama Agam.

Betul, betul, betul..
Seru Agam saat mengikuti penuturan yang di ucapkan dalam kartun itu.

Tuu kaan, Agam lucunya kebangetan. Boleh gak sih, sama Alir kalo.. Rachel mau gigit pipi Agam, sekalii aja.

Sedangkan Alir yang gelisah, merasa tidak enak dengan bunda yang sibuk didapur sendirian tengah menyiapkan makan malam. Niat hati ingin membantu, tapi ia sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa bagi Rahayu. Takut terkesan tidak sopan. Tapi Alir juga tidak enak kalo Bunda harus menyiapkan semuanya sendirian.

Dengan berat hati, Alir berjalan menuju dapur, dimana Bunda berada saat ini. “Biar alir bantu ya, Bun?”

Terjekut mendengar suara Alir, Bunda lantas menoleh dengan tergesa.

“Alir? Sampe kaget loh Bunda..” tertawa sedikit di akhir penuturannya. “Alir duduk aja, istirahat. Pasti cakep kan? Ini semua, biar Bunda aja yang siapin, sambil nunggu Ayah Rachel pulang,” lanjutnya.

“Ngga papa kok Bun, Alir udah biasa bantu-bantu di panti. Ehehe” kalimat itu membuat Bunda semakin yakin, kalau Alir memanglah anak yang baik dan sopan.

Anxiety [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang