Sepanjang hidup, kita ditekan untuk membuat keputusan sepanjang waktu. Dari hal yang sangat sepele hingga sangat penting. Pilihan yang sulit menyebar di hadapan kita, menatap kita dan berkata 'Tentukan pilihanmu sekarang juga'.
Semua terjadi setiap hari, sangat alami, sampai kita hampir tidak menyadarinya. Hidup selalu tentang proses memilih keputusan.
Tetapi dalam hidup, beberapa keputusan benar-benar mengubah semuanya. Kita tidak menyadarinya sampai saat terakhir, bahwa semua keputusan yang kita ambil~
Selalu ada harganya.
💜💜💜
Beberapa jam sebelumnya
Di bandara, Wu Xie mondar-mandir, terus-menerus melirik arlojinya. Dia terlihat sangat tampan dengan setelan birunya saat matanya berbinar ketika dia melihat Pangzhi mendekat.
"Syukurlah, kupikir aku akan terbang sendirian."
Beberapa waktu lalu dia telah mengambil keputusan mendadak, di bawah ancaman sang ayah tentunya, dan ia tidak sempat mengucapkan selamat tinggal secara pribadi kepada kawan-kawannya.
Kata-kata sang ayah terngiang-ngiang di telinganya hingga menghantui bahkan saat ia naik pesawat. "Aku tahu kau tidak bisa bertahan lama, Wu Xie. Tapi kau harus mencoba."
Dua asisten mengikuti mereka ke jalan untuk membantu membawa banyak barang bawaan ke kompartemen bagasi, dan sekali lagi Wu Xie harus memeluk Pangzhi erat-erat.
"Semoga aku bisa melakukannya."
Ia berbisik di telinga Pangzhi."Aku berharap yang terbaik untuk semuanya. Jangan melihat ke belakang dengan penyesalan. Lupakan kegilaan dan gaya hidup santaimu. Berkonsentrasilah pada masa depan dan tunggu sebelum kamu jatuh cinta dengan siapa pun - dan biarkan itu menjadi seseorang yang sesuai dan cocok untukmu."
Tersedak, Wu Xie tiba-tiba teringat pada Zhang Qiling dan ragu-ragu bertanya, "Dan bagaimana dengan Xiao ge?"
Pangzhi memaksakan senyum dan kemudian tertawa. "Jangan khawatirkan dia. Dia hanya seseorang yang kebetulan lewat dalam hidupmu. Dia punya kenangan tentang seorang pemuda tampan yang nakal dan itu sudah cukup."
Wu Xie meringis.
Kenangan, jadi hanya itu? Hanya sesuatu untuk menyiksa diri sendiri, itu saja!
Wu Xie yakin senyumnya miring, karena ia sudah memilih untuk menuruti keinginan sang ayah dan melupakan semua hal yang terjadi kemarin dalam kesehariannya yang konyol. Dia mengalihkan pandangan dari Pangzhi yang terlihat serius, ke langit malam yang kelam.
"Kau selalu terlihat santai soal cinta," katanya bercanda kepada Pangzhi, memastikan nada bicaranya ringan.
Dia melihat Pangzhi hanya menyeringai. Yah, jomblo karatan tahu apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞)
FanfictionAda satu kepercayaan dalam keluarga Zhang yang selalu dianggap takhayul oleh Zhang Qiling. Dikatakan bahwa di antara dua orang yang berjodoh, ada seutas benang merah yang mengikat pergelangan tangan mereka. Jika seseorang berusaha hadir di tengah me...