5

239 26 1
                                    


"ne, apa kalian tidak merasa langitnya semakin gelap?" Terlalu fokus mencari jalan keluar membuat mereka mengabaikan keadaan sekitar, mereka mengedarkan pandangannya dan Tamaki benar langit sudah semakin gelap, apa mereka sudah selama itu di dalam hutan?

"Ini masih pukul 15.47 tapi kenapa sudah gelap?" Ucap Touma yang melihat jam tangannya. Sepersekian detik angin dingin berhembus melewati mereka membuat mereka merinding.

"Riku ada apa denganmu? Apa kau masih sakit?" Tanya Nagi yang menyadari keadaan Riku.

Riku memang tidak terlihat baik, ia melihat banyak dari 'mereka' yang ingin menggapai temannya.

"Ah, tidak aku baik-baik saja." Lagi, selalu itu jawaban Riku, tapi bagaimana lagi jika ia belum mau bercerita maka mereka tidak akan memaksanya.

Tanpa peringatan Touma memakaikan jaketnya pada Riku karena ia pikir Riku kedinginan akibat suhu udara yang tiba-tiba turun.

"Eh, Touma-san?"

"Pakai saja, kalau kau sakit bisa-bisa kami akan dibunuh kakakmu itu," ucap Touma sok cuek.

"Arigatou." Riku tersenyum manis membuat suasana yang tegang ini berkurang. Mereka terus berusaha mencari jalan keluar yang benar karna sepertinya mereka dari tadi hanya berputar-putar di tempat yang sama.

"Kita belum mengambil arah ini kan? Kenapa tidak dicoba saja?" Touma menunjuk arah kanannya, walau sudah ditumbuhi rumput yang lumayan lebat namun sepertinya disana memang pernah ada sebuah jalan setapak. Mereka setuju dan memutuskan pergi ke arah itu daripada hanya diam ditempat.

Jalan itu sedikit berliku dengan beberapa halangan (ranting, batu dsb.) Yang mengganggu. Beberapa saat mereka menyusuri jalan itu mereka dibawa ke arah tebing.

"Ternyata jalan ini buntu," ucap Tamaki kecewa.

"Lihat disana ada kuil, bagaimana kalau kita istirahat sebentar di sana." Tunjuk Touma pada sebuah bangunan kuil lama yang kebetulan ia lihat. Bangunan kuil itu sudah banyak yang rusak disana sini banyak tumbuhan merambat melilit tiang dan menjalar di dinding kuil, mereka melihat-lihat sebentar area di sekitar kuil.

"Minna, ayo kita pergi saja dari sini," ajak Riku tiba-tiba.

"Why? Tempat ini cocok untuk istirahat sejenak Riku," ucap Nagi.

"Ada baiknya kita pergi sekarang Nagi." Riku kemudian menarik mereka paksa keluar dari area kuil tersebut.

'kamu, kamu harus jadi temanku'

Iklan sebentar, mulai chapter ini dan seterusnya dialog para arwah akan dibuat bergaris bawah atau Underline biar nggak bingung antara yang ngomong itu manusia atau arwah

BACK TO STORY

Mereka terus berjalan tanpa arah, yang penting sekarang bagi Riku adalah pergi sejauh-jauhnya dari seseorang yang ia lihat tadi.

Jalan kecil yang mereka lalui membawa mereka ke sebuah air terjun, udara yang memang sudah dingin menjadi semakin dingin karena hembusan yang tercipta saat air yang jatuh dari ketinggian menghantam permukaan sungai. Angin dingin serasa menyengat kulit dan membekukan tulang, mereka semua menggigil merasakannya.

Niatnya ingin sedikit menjauh dari air terjun Riku justru melihat wanita bergaun putih panjang serta rambut yang menutupi bagian wajah sedang duduk di sebuah batu besar dan bermain air. Riku diam menatap sosok itu, riku pikir sepertinya sosok tidak jahat karena ia tidak mengeluarkan aura yang seperti makhluk di dalam hutan yang beraura darah, ia justru sangat tenang dan ceria untuk ukuran makhluk gentayangan bahkan sosok itu mengeluarkan aura yang membuat makhluk jahat tidak bisa mendekatinya 'apa karena dia air terjun ini sangat tenang dan hanya dihuni arwah-arwah baik? Apa dia semacam pelindung?' batin Riku.

I7 misteri || IDOLiSH7 FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang