Jeongyeon menatap kedua mata Mina.
"Aku rasa kau harus pergi menemui mereka dan memberikan mereka pelajaran, Honey.." Ucap Mina sambil mengelus pipi Jeongyeon.
"Apa yang nyonya ingin saya untuk lakukan?" Tanya Jeongyeon.
Mina memajukan dirinya.
"Bunuh." Bisik Mina di samping telinga Jeongyeon.
Setelah itu ia menatap kembali kedua mata Jeongyeon.
"Greg akan memberikanmu detail mengenai keberadaan kelompok itu dan kau akan pergi ke sana untuk menunjukan pada mereka dengan siapa mereka berurusan." Mina mengebelakangi anak rambut Jeongyeon.
"Baik, Nyonya." Jeongyeon pun mengangguk.
"Good girl." Puji Mina.
Setelah ia keluar dari ruangan Mina, Jeongyeon segera menuju ke lab underground dimana disana terdapat kamar tidurnya.
"Nyonya memberikan misi baru, persiapkan dia." Perintah Greg.
Para ilmuan pun menyiapkan pakaian Jeongyeon dan helmnya. Ia juga diberikan beberapa lembar kertas yang berisi keterangan mengenai targetnya.
"Lakukan dengan cepat. Kali ini tidak perlu terlalu rapih, yang terpenting adalah habisi semua. Setelah itu segera kembali." Perintah Greg.
*Klek.
Setelah itu Jeongyeon memakai helmnya dan mengambil senjatanya.
.
.
."Yak, pemotretan hari ini telah selesai." Ucap sang photographer.
"Terima kasih.." Irene pun membungkuk.
"Benarkah separah itu?" Tanya temannya.
"Ne?" Bingung Irene.
"Orang orang bilang kalau kau tadi ada di insiden teroris di tengah kota. Apakah benar separah yang dikatakan di berita?" Tanyanya.
"Yeri, kau takkan pernah bisa membayangkan betapa aku hampir mati tadi. Orang orang itu sangat gila! Mereka meledakkan bom sehingga sebuah mobil hampir menimpaku!" Cerita Irene begitu antusias sambil melepas aksesoris yang ia pakai.
"Lalu bagaimana kau bisa selamat??" Tanya Yeri.
"Ada seorang yang terlihat seperti cyborg tiba tiba datang dan menahan mobil itu. Aku rasa dia pahlawan seperti di film film." Jawab Irene.
"Tapi di berita tidak diberitakan mengenai cyborg yang kau bilang." Ucap Yeri.
"Ntahlah, kalaupun dia bukan pahlawan, dia tetap pahlawanku. Bisakah kau percaya bahwa aku takkan berada disini sekarang jika bukan karna dirinya?? Astaga ini begitu luar biasa dan menakutkan di saat yang bersamaan." Ucap Irene sambil berjalan menuju ke ruang ganti.
"Apakah kau ikut untuk makan siang?" Tanya Yeri.
"Apakah ada Seulgi?" Tanya Irene dari dalam ruang ganti.
"Tentu saja, diakan juga staff." Jawab Yeri.
"Kalau begitu aku tak mau ikut." Jawab Irene.
"Oh ayolah?? Ada apa memangnya dengan Seulgi?? Dia hanya tertarik padamu saja kok." Tanya Yeri.
"Dia juga tak pernah berhenti mengajakku berkencan." Jawab Irene sambil melangkah keluar dari ruang ganti.
"Oh ayolah.." Bujuk Yeri.
"Tidak, lagipula aku akan makan siang dengan mamaku dan membantunya berjualan di kantin kantor." Tolak Irene.
"Dasar tidak asik." Cibir Yeri.
"Aku berjanji akan makan siang bersamamu besok. Ok?? Sampai jumpa!!" Pamit Irene sambil berjalan keluar dari ruangan itu.
Siang itu Irene oergi ke sebuah gedung kantor dan langsung menuju kantinnya. Disana ia melihat mamanya yang sedang sibuk melayani pembeli.
"Bantuan datang." Ucap Irene sambil menggunakan apron.
"Hey, sudah selesai pemotretannya?" Tanya sang mama sambil sibuk memasak.
"Hari ini berakhir dengan cepat." Jawab Irene sambil memotong motong sayur.
"Eh.. Jangan disini, bantu saja bibimu untuk melayani pelanggan. Model cantik sepertimu akan berbahaya jika terluka." Usir sang mama.
"Haish mama ini, menyebalkan." Irene menggeleng geleng.
.
.
.*Bruk.
Setelah orang terakhir di markas itu tumbang, Jeongyeon pun segera menaiki motornya dan pulang ke rumah Mina. Sesampainya disana ia menuju underground lab untuk melepaskan pakaian bertarungnya.
"Project 100." Panggil Greg yang membuat Jeongyeon menoleh.
"Mulai sekarang kamarmu pindah di kamar yang ada di samping kamar nyonya. Ini perintah nyonya barusan." Lanjut Greg.
Jeongyeon seakan tak percaya. Selama ini kamarnya menyatu dengan lab bawah tanah serba putih dan sekaeang Mina memintanya untuk menempati kamar di samping kamarnya.
"Pergilah basuh tubuhmu, biar kami yang memindahkan barang barangmu." Ucap seorang bawahan Mina.
Jeongyeon pun melangkahkan kakinya untuk menuju kamar itu.
*Klek.
Dibukqnya pintu kamar itu dan bisa ia lihat betapa lebar dan nyaman kamar itu. Pada akhirnya ia bisa merasakan kasur pada umumnya dan bukan kasur seperti di rumah sakit.
*Sret.
Jeongyeon mengambil handuk dan sepasang baju yang sudah disiapkan untuknya. Ia masuk ke kamar mandi di sisi kamar dan mulai membasuh tubuhnya.
"Huh..." Ia menghela napasnya dan menikmati siraman shower.
"Kau menyelesaikan misimu dengan baik." Sebuah suara yang ia kenal perlahan membuatnya menoleh.
"Nyonya.." Panggil Jeongyeon.
"Kau tau mengapa aku memindahkan kamarmu?" Tanya Mina.
Jeongyeon menggeleng.
"Karena aku merasa bahwa berada di dekatmu membuatku lebih tenang dan aman." Jawab Mina.
"Apakah kau keberatan jika aku bergabung?" Tanya Mina sambil melepaskan baju yang ia pakai.
*Tap tap tap.
Mina melangkah ke arah shower dan berdiri di bawahnya sambil membelakangi Jeongyeon. Wanitadi belakangnnya itu hanya terdiam sambil mencerna apa yang nyonya kesayangannya itu sedang lakukan.
*Sret.
Mina berbalik dan menatap kedua mata Jeongyeon.
"Bertahun tahun aku berusaha merubahmu menjadi kuat. Bertahun tahun juga aku menahan kerinduanku untuk selalu bisa di dekatmu. Namun sekarang, setelah semua penantian itu akhirnya kau bisa menjadi jauh lebih kuat. Maka dari itu saat ini tak ada yang ingin aku lakukan lagi selain membalas dendam kepada orang orang jahat itu, dan menghabiskan waktuku bersamamu." Mina mengalungkan tangannya ke leher Jeongyeon.
"Kau adalah milikku dan selamanya milikku. Aku mencintaimu, Jeongyeon." Ucapnya sebelum mencium bibir Jeongyeon.
Jeongyeon hanya memejamkan kedua matanya sambil menikmati lumatan Mina.
"Mulai sekarang kau harus selalu berada di dekatku, mengerti?" Tanya Mina.
"Baik, Nyonya." Angguk Jeongyeon.
"Cium aku." Perintah Mina.
*Cup.
Jeongyeon pun memajukan dirinya dan mencium bibir Mina.
"Good girl." Puji Mina di sela sela dirinya yang mencoba untuk naik ke gendongan Jeongyeon.
Hari ini jadwalnya cerita ini update ya wkwkwk hampir aja lupa