Farel memainkan Jemari Alesha. Seperti tengah mengira-ngira ukuran jari manis perempuan itu.
"Di sini bakal segera aku pasangin cincin, buat ngikat kamu biar nggak bisa ke mana-mana lagi. Atau nggak ada yang berani gangguin kamu lagi," ujarnya lalu mengecup jari jemari itu.
"Kamu yakin? Udah berapa kali kamu gagal melakukannya?" tanya Alesha sedikit menggoda.
"Kali ini aku pastikan enggak akan gagal."
Alesha terkekeh. "Percaya diri banget."
"Harus. Dalam bisnis kepercayaan diri itu nomer satu. Kalau enggak mana mungkin Smart Edu bisa sebesar ini?"
"Pintar dan percaya diri memang perpaduan yang sempurna."
Alesha tidak memungkiri. Kecerdasan dan kepintaran kekasihnya itu memang di atas rata-rata. Sangat wajar jika bisnisnya berkembang pesat. Para investor berlomba menanamkan sahamnya di sana.
"Besok kamu mau ke mana?" tanya Farel. Mengingat besok adalah momen spesial gadis itu.
"Kuliah. Aku ada bimbingan."
"Setelah itu?"
"Pulang, makan, dan tidur." Alesha meringis. Hidupnya benar-benar monoton.
"Oke besok aku sama orang tuaku bakal datang ke rumah kamu."
Mendengar itu, punggung Alesha yang dari tadi rebahan di atas dada Farel menegak. "Mau apa?"
"Melamar kamu lagi. Percobaan pertama dan kedua gagal. Kebangetan kalau yang ketiga ini gagal."
Mau tidak mau Alesha tertawa. "Om, kayaknya sebelum kamu ketemu Baba, kamu perlu ritual mandi kembang tujuh rupa biar lamaran kamu diterima deh."
Farel mendengus. "Kenapa nggak sekalian mandi tujuh sumur?"
Alesha makin tergelak. "Susah nyari sumur di Jakarta, Om."
"Ssst!" desis Farel, meraih wajah Alesha hingga wanita itu menghentikan tawanya. Farel mempertemukan tatapnya dengan tatap Alesha. Tetap menahannya dan tidak membiarkan Alesha berpaling.
Meski begitu lantaran rasa gugup yang menyerang, Alesha berusaha menghindari tatapan Farel. Pipinya bahkan menghangat, Alesha tidak menjamin Farel tidak melihat rona merahnya. Lelaki itu pasti dengan sengaja melakukan ini agar Alesha memalu.
"Nggak usah bicara aneh-aneh," bisik Farel. Membuat Alesha kembali menatapnya. Dua pasang mata bertemu menumbuhkan hasrat. Farel memajukan wajahnya perlahan. Dia bisa dengan jelas melihat wajah cantik Alesha dari jarak sedekat ini. Hatinya bergetar. Betapa bertemu dengan gadis itu kembali makin memperbesar cintanya.
Kelopak mata dengan bulu-bulu lentik alami di hadapannya menutup. Farel tersenyum sesaat melihat wajah Alesha yang menggemaskan. Alih-alih mencium bibirnya, Farel malah menempelkan hidung bangirnya ke ujung hidung Alesha dan melakukan gerakan menggesek berulang.
Alesha spontan membuka kelopak mata. Dia terlalu percaya diri. Dia pikir Farel akan menciumnya. Alesha gusar dengan pikiran konyolnya sendiri, hingga tanpa sadar memundurkan badan, dan melepaskan diri dari kungkungan Farel.
"Ada apa?" tanya Farel yang cukup terkejut dengan gerakan tiba-tiba Alesha.
Gadis itu salah tingkah. Farel tidak boleh tahu kegusarannya. Buru-buru Alesha berdiri. "Kebelet pipis, Om," ujarnya sebelum bergerak cepat menuju kamar mandi meninggalkan Farel yang duduk di sofa dengan muka melongo.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
RomanceAlesha mendengar kabar Farel akan pulang ke Indonesia. Sudah tiga tahun lebih keduanya terpaksa berhubungan jarak jauh lantaran Farel harus berada di perusahaan pusat. Alesha yang tengah disibukkan dengan skripsi mendadak dapat angin segar. Setida...