Alesha mendengar kabar Farel akan pulang ke Indonesia. Sudah tiga tahun lebih keduanya terpaksa berhubungan jarak jauh lantaran Farel harus berada di perusahaan pusat.
Alesha yang tengah disibukkan dengan skripsi mendadak dapat angin segar. Setida...
Alesha-Farel berubah cover. Jadi, hari ini aku up lagi. Hehe.
Jangan misuh-misuh ya abis baca bab ini. Soalnya Farel aku hidden dulu wkwk.
—oOo—
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cakep nggak? Hehe
Mata Alesha mengerjap melihat Pak Gilang dengan sadis mencoret-coret hasil kerjanya semalaman setelah dari kemarin berburu referensi. Lama-lama wajah Alesha yang penuh binar mendung. Melihat banyaknya tinta merah yang dosbim-nya itu bubuhkan.
"Data kamu masih sangat kurang ya. Dan, yang saya beri tinta merah bisa dihapus saja. Itu kurang relevan sama penelitian yang sedang kamu lakukan." Pak Gilang menghela napas sejenak. "Lakukan analisa yang benar, jangan cuma copas tanpa dijelaskan kedudukan dan kontribusi landasan teori terhadap penelitian yang sedang kamu lakukan."
Alesha tidak ingin banyak mendebat. Semua memang terlalu cepat. Jadi dia menyusun bab dua sedapatnya saja.
"Coba kamu tambahin jurnalnya lagi. Dua hari lagi kamu bisa kasih hasil revisiannya ke saya."
Alesha sudah menduga bakal banyak mendapat tinta merah. Tidak apa-apa, yang penting dia sudah berusaha mengerjakan tepat waktu meskipun harus bergadang.
"Baik, Pak."
Pak Gilang mendongak. "Tumben sekali kamu nggak banyak protes?"
Alesha meringis. "Saya sendiri kurang percaya dengan hasil yang saya kerjakan."
Lelaki bertubuh tinggi yang duduk di belakang meja itu mengernyit. "Kenapa bisa begitu?"
"Beberapa hari ini banyak kegiatan yang lumayan memecah konsentrasi, Pak."
Pak Gilang manggut-manggut. "Target kamu lulus kapan, Alesha?"
"Periode wisuda yang paling dekat, Pak." Makin cepat lulus makin baik. Itu artinya gerbang menuju kebahagiaannya bersama Farel akan segera terwujud.
"April ya?"
Alesha mengangguk.
"Kalau kamu serius, Februari selesai."
"Ya Allah, Pak. Saya kurang serius apa coba? Bapak aja yang mempersulit."
Pak Gilang tersenyum. Lalu mengetuk penanya. "Oke kalau gitu kita ngebut."
"Duh!" Alesha meringis. Membuat Pak Gilang mengernyit. Tapi, kemudian Alesha tertawa. "Mau banget saya, Pak. Tapi Bapak jangan persulit saya ya, biar saya cepat lulus."
"Tergantung."
Hah? Apanya yang tergantung?
"Kalau kamu serius semua bakal mudah kok."
Alesha mengangguk mantap. "Saya bakal serius dan fokus, Pak. Jam berapa saya harus nemui Bapak?"
Pak Gilang melirik kalender duduk di atas mejanya. "Dua hari lagi saya ada seminar. Mungkin sore kamu bisa temui saya."