Mata bulat Za berbinar ketika Alesha bercerita bahwa Farel sudah kembali dari Singapura. Kontras dengan Za, Elard malah manyun mendengar kabar itu.
"Mau apa dia pulang?" tanya Elard acuh tak acuh.
"Lah, emangnya salah kalau dia pulang ke negaranya sendiri?" tanya Za nggak habis pikir.
"Ya kan aneh aja. Udah tiga tahun nggak pernah pulang, giliran Alesha udah mau lulus dia pulang," sahut Elard lagi. Dia mulai kembali memproteksi anak gadisnya.
Za mendesah seraya menggeleng. "Kamu ini selalu saja suudzon sama Farel. Biarin aja sih. Farel kan udah nunggu Alesha lama. Kamu udah nolak lamaran dia dua kali loh, El. Alasannya juga macam-macam. Sekarang kamu cari alasan apa lagi kalau dia balik melamar?" tanya Za menaikkan kedua alisnya menatap suami over protektif-nya itu.
"Nanti aku pikirkan." Elard kembali menekuri piringnya. Tidak peduli pelototan dua wanita di dekatnya itu. Namun, sejurus kemudian dia kembali mengangkat wajah dan langsung mendapati tatapan membunuh dua wanita yang dia sayangi. Elard mengerjap salah tingkah. "Ada apa? Kenapa kalian liatin Baba begitu?"
"Awas aja ya, El. Kalau kali ini Farel nglamar lagi, tapi kamu tolak," delik Za.
Elard mengerutkan bibir. Dia lantas melirik anaknya, Alesha yang duduk di sebelah kanannya. "Memang kalau Farel lamar kamu, kamu mau terima, Sha?" tanya Elard dengan raut setengah hati.
Alesha menggapai gelasnya sebelum menjawab pertanyaan Babanya. Dia teguk isinya sedikit.
"Shasa terima, Ba. Kami udah lama pacaran. Ngapain lagi juga kan?" jawab Alesha, sedikit menggoda. Dan itu berhasil membuat Elard gusar.
"Kamu serius? Kamu kan masih skripsian."
"Om Farel bilang dia bakal bantu aku agar bisa cepet selesai skripsinya."
"Itu namanya curang. Kamu harus bisa ngerjain skripsi kamu sendiri."
"Curang sebelah mana, Ba? Kan cuma bantu bukan suruh ngerjain. Anggap aja dia pembimbing skripsi aku." Alesha menusuk potongan buah apel di piringnya.
"Udahlah, El. Kamu jangan coba menghalangi kebersamaan mereka," timpal Za menyudahi sarapan paginya. Tatapnya beralih kepada Alesha. "Jadi, kapan Farel mau main ke sini?"
"Kayaknya hari ini, tapi nggak tau sih, Nda. Semalam itu dia mau mampir nggak enak karena udah kemalaman." Alesha meraih tisu dan mengelap bibirnya yang basah.
"Gimana rasanya setelah tiga tahun nggak ketemu?" tanya Za kepo sembari menaik-turunkan alisnya.
Seketika Alesha mengingat kembali kejadian tadi malam di apartemen. Kepalanya sontak menggeleng. "Biasa aja kok, Nda," sahut Alesha cepat. Dia segera mendorong piringnya ke tengah lalu beranjak berdiri. Keluar dari celah antara meja dan kursi. "Aku pamit dulu, Baba, Bunda. Pagi ini ada janji sama dosbim." Dia bergegas mencium tangan kedua orang tuanya sebelum melesat meninggalkan ruang makan. Alesha tidak akan membiarkan Bundanya bertanya lebih lagi.
Saat hendak memesan ojek online, ponselnya lebih dulu bergetar dan layarnya menampilkan nama Farel. Senyum simpulnya terbit, dia menerima panggilan itu sembari melangkah keluar gerbang rumah.
"Alesha, hari ini kamu ke kampus?" tanya Farel di ujung telepon sana.
"Iya, ini baru keluar rumah." Alesha celingukan, biasanya dia akan menemukan ojeknya Bibi di area sekitar rumahnya.
"Naik ojek lagi?"
"Iya. Baba kan lebih rela anaknya naik ojek timbang bawa mobil sendiri."
"Kenapa nggak bareng Baba kamu aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
RomansaAlesha mendengar kabar Farel akan pulang ke Indonesia. Sudah tiga tahun lebih keduanya terpaksa berhubungan jarak jauh lantaran Farel harus berada di perusahaan pusat. Alesha yang tengah disibukkan dengan skripsi mendadak dapat angin segar. Setida...