6. Ulang Tahun Alesha

120 22 12
                                        

Sebelum kembali baca, yang belum follow Author-nya jangan lupa follow dulu ya. Hehe.

Mumpung lagi rajin, jadi aku up lagi. Yang udah baca bab tambahan di Karyakarsa udah tau kan gimana Farel melamar Alesha? Wkwk.

Bagi yang belum tau silakan berkunjung ke sana.

-oOo-

Alesha terus memainkan jemarinya yang tersemat cincin dari Farel. Senyumnya terus terulas. Kesabarannya membuahkan hasil. Harapannya satu, Baba enggak mengembalikan cincin itu. Sangat tidak lucu kalau lamaran Farel kali ini ditolak lagi.

Farel di sisinya juga sama. Tampak bahagia. Sepanjang jalan bibirnya terus tersungging. Sesekali bersenandung lirih.

"Seneng banget kayaknya," usik Alesha mengulum senyum.

"Jelas dong. Ini hari spesial kita," sahut Farel menoleh kepada Alesha sekilas. Lalu kembali lagi fokus ke jalanan kota.

"Makasih ya, Om. Karena enggak pernah capek nungguin aku," ucap Alesha kembali mengusap cincin platina yang tersemat di jari manis dengan ibu jarinya.

"Sama-sama. Kita kan memang sama-sama menunggu."

"Terima kasih juga karena udah setia."

"Itu kan sudah menjadi kewajibanku buat tetap setia kalau mau tetap sama kamu. Kamu setia juga, kan?"

"Setia enggak, ya?" Alesha pura-pura berpikir. Ujung matanya melirik Farel untuk melihat reaksi lelaki itu.

"Apa maksudnya nih? Kamu mau bilang ada cowok cadangan di belakangku?" mata Farel melebar saat mengatakan itu, tapi fokusnya masih tertuju ke jalanan. Dia tidak boleh lengah, jalanan siang ini lagi ramai.

Alesha terkikik geli. Dia selalu suka melihat wajah gusar Farel. Apa lagi kalau lelaki itu sudah mulai uring-uringan. Lucu dan menggemaskan.

"Santai dong, Om. Gitu aja udah panik."

"Gimana enggak? Kita bentar lagi nikah lho, Sha."

"Bentar lagi? Kan kamu belum dapat tiket dari Baba."

"Nggak akan lama. Lihat aja nanti," ucap Farel penuh percaya diri.

Alesha kembali tersenyum hingga matanya menyipit. Lelaki di sebelahnya benar-benar sudah kebelet rupanya.

"Kamu mau mampir ke rumah, kan? Tadi pagi Bunda udah nanyain," tanya Alesha saat mobil putih Farel berbelok menuju jalan ke perumahan elit tempat tinggal Alesha.

"Iya, aku kan belum menemui orang tua kamu secara resmi."

Secara refleks bibir Alesha berkedut lalu nggak lama berselang tawanya pecah. "Bertemu secara resmi. Bahasanya baku banget."

Farel hanya melempar cengiran. Dia memperlambat laju mobilnya ketika rumah Alesha sudah terlihat dari kejauhan. Ada beberapa mobil yang terparkir di luar pagar.

"Kayaknya Baba kamu ada tamu deh, Sha."

Alesha yang ikut memperhatikan suasana depan rumah mengiyakan. Karena mobil-mobil itu, Farel terpaksa memarkirkan mobilnya jauh dari dari rumah Alesha.

"Memangnya di dalam halaman enggak muat ya?" tanya Farel mematikan mesin mobilnya.

"Di dalam rame juga kali," sahut Alesha spontan sembari melepas sabuk pengamannya.

Keduanya lantas turun dari mobil dengan tanda tanya besar yang bergerak-gerak di atas kepala. Alesha di sisi Farel jalan perlahan.

"Bunda kamu lagi ngadain arisan, ya?" tanya Farel.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang