Info dulu dong: Mas Bupati bakal tamat WP setelah beberapa bab lagi ketika udah dapat restu. Bab nikahan, malam pertama 21+, positif jadi Bu Bupati, positif berbadan dua sampai ngidamnya bikin kalang kabut sependopo, bakal ekslusif di Karyakarsa 🙏🙏
Tenqyuuu🥰😘
__________
Setelah dua jam perjalanan, pada akhirnya mereka bisa menapak lantai rumah sakit. Ini pukul 18.30, Rendra tidak panik tapi tetap bergegas menggandeng Dian yang nyalinya menciut karena hendak bertemu Budhe Astuti. Mbak Aminah, Asisten Budhe Astuti yang menghubungi Rendra dua jam lalu. Mengabarkan bahwa Pak Hidayat, ayah Rendra keracunan makanan dan kini harus dirawat.
"Mas, keknya aku kekenyangan deh...!"
"Masak, kamu makan sedikit tadi." Rendra tak mengurangi lajunya.
"Perutku seperti terlilit kawat." Rengek Dian cemberut. Tangannya yang lain memegangi perutnya.
"Itu bukan kekenyangan, mungkin usus buntu." Jawab Rendra menggoda Dian, gandengannya menyeret tangan sang kekasih yang ogah-ogahan.
Bibir gadis itu pun cemberut. "Aku juga meriang, adem panas kek kena sawan. Aku nunggu di luar aja nggak apa-apa, kan?"
Rendra terkekeh-kekeh, apa Dian merasa dirinya bayi, kena sawan segala? Sesungguhnya Rendra tahu betul kalau Dian tidak siap bertemu orangtuanya. "Sayang, kamu cuma harus jadi berani. Ada aku, Ibu tidak akan bersikap galak." Rendra menenangkan. Di belakang mereka, si ajudan ikut senyam-senyum melihat bagaimana modus manjanya calon Bu Bupati.
'Rendra hendak kujodohkan dengan wanita yang bersih latar belakangnya, sepadan dari segi pendidikan dan juga kemampuan dirinya.' Kalimat itu masih terngiang-ngiang hingga sekarang di ingatan Dian. Bagaimana Dian tidak mingslep* duluan?
*takut
"Budhe emang nggak galak. Tapi Mas Ren tahu sendiri, terakhir kami ketemu... itu..." Dian enggan melanjutkan, yakin Rendra sudah mengerti.
"Maafin Ibuku ya Yang, jangan khawatir lagi." Katanya menularkan ketenangan.
Di lain pihak, Bapak Rendra yang baru saja merasa lebih baik setelah memuntahkan isi perutnya serta sudah mendapat perawatan dokter sejak dua jam lalu, berusaha melunakkan keteguhan istrinya. Setelah Mbak Aminah mengabari Rendra keadaan si Bapak yang dehidrasi, karena terlalu banyak muntah dan BAB terus-terusan.
"Sudahlah Bu, Rendra dan Dian sudah sama-sama suka. Lawong Endang sama Sudjiati sekarang baik-baik saja, kok kamu masih sakit hati sama Sudjiati?"
Astuti terdiam, kesal pada chat yang dikirim Rendra yang mengatakan tengah di perjalanan pulang dari jemput Dian. Itu juga dibenarkan oleh Endang, sang adik yang urung ke Jember untuk menjemput si keponakan sebab Rendra sudah mengambil tugas itu.
Sesungguhnya hubungan tersebut bukan salah si perempuan saja. Orang menjalin hubungan itu dua pihak. Kalaupun Sudjiati sengaja menggoda Mashudi, selama Mashudi tidak tergoda tidak akan terjadi. Lagi pula apa istrinya masih tidak tahu sepak terjang Mashudi? Pemikiran ini sudah Hidayat sampaikan berkali-kali pada sang istri, agar mempertimbangkan Dian sebagai pasangan Rendra yang kekeh menanti gadis itu.
"Mbakyu, memang tidak mudah di posisiku, tapi ketika Bapaknya anak-anak, menjelaskan alasan harus menikahi Mamanya Dian, pada akhirnya aku mengerti walau sakit."
Endang mengatakan dengan santai, sambil ngemil buah jeruk. "Kupikir tidak apa-apa aku mengalah, dari pada anak-anak hidup susah. Siapa sangka yang Bapaknya kelola itu sebagian besar milik Dian. Lalu anak-anakku dapat apa nanti, kalau aku memikirkan egoku sendiri." Endang yang sedang menemani Astuti menjaga Hidayat menimpali. Ekspresinya kini terlihat legowo, walau jejak kesedihan masih bisa terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Bupati, Aku Padamu
RomanceDian Utami Samsoe, cara bicaranya yang sering membuat orang lain belingsatan karena hobi mengimbuhkan rayuan gombal, tidak menyangka kalau keisengannya menebar kail cinta berhasil menambat hati N1 alias Bupati Lumajang-Rendra Kusuma. Sungguh Rendra...