Mingi duduk diatas lantai berlapis karpetnya, ia menatap pada kartu nama di atas mejanya.
Name : Lalisa Manoban
Number : 08xxxxxxxxLove Care Hospital
Lalu Mingi mengalihkan pandangannya kearah ponsel yang menunjukan hasil pencariannya.
🔎Love Care Hospital|
---------------------------
📌Emerald City, Jl.Crayon No.45Rate :
👍 98%@lovecare_hospital
No : 08xxxxxxx
Mingi berdiam diri, pikirannya berkecamuk dari kemarin setelah perempuan itu menawarkan pekerjaan.
Flashback...
"Apa?" Mingi berdiam sebentar, dia gak salah dengar kan?
"Kau tidak salah dengar" tegas perempuan itu dan Mingi yang terdiam
"Jadi maksudmu, kau menawarkan pekerjaan di rumah sakit jiwa padaku?" Dan perempuan itu mengangguk
"Kau bercanda" perempuan itu menatap sebal kearah Mingi, lengannya sudah ia lipat
"Sudah kubilang, pekerjaan ini memang membutuhkan mental dan fisik" jawab perempuan itu
"Aku tidak akan melakukannya!" Kata Mingi lalu berbalik badannya dan akan segera pergi
"Gajinya lebih dari yang kau pikirkan!" Pekik perempuan itu
"Sialan!" Mingi diam, ia menutup matanya. Sedang bergelud dengan pikirannya.
"B-berapa..." Tanya Mingi dan perempuan itu tersenyum
"Lima...puluh?" Mingi menelan liurnya tapi ia menggeleng berusaha menyadarkan dirinya, ia tidak boleh tergiur dengan mudah!
"Atau mungkin lebih?" Ah otak Mingu sudah gila hanya memikirkan itu, otaknya sedang menghitung berapa masukan yang dia akan terima nantinya. Utang yang bisa langsung terlunasi di gajian pertama, ya Tuhan Mingi ingin hidupnya segera damai tanpa dikejar rentenir!
"Kau tidak bohong?" Tanya Mingi lagi pelan dan perempuan itu mendekatkan dirinya
"Aku tidak bohong" Mingi berpikir lagi, bagaimana kalau dia berbohong dan di jebak? Oh astaga Mingi tidak ingin itu terjadi!
Perempuan itu menghela napas lalu mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya, "hubungi aku kalau kau sudah yakin dengan ini"
Dan berakhir dengan Mingi disini yang menatap kartu nama itu terus menerus, sebenarnya Mingi mau bekerja apalagi dengan gaji itu? Oh astaga Mingi akan dengan senang hati. Tapi pekerjaaan di rumah sakit jiwa? Mingi tidak yakin, dia tidak berpengalaman dalam mengurus 'orang-orang ini' dan ia bahkan jauh dari kata bisa mengurusnya. Tapi...sejak tadi pagi hingga sore ini ia tidak menemukan lowongan pekerjaan lainnya, sungguh ia mencari sampai ke penghujung kota tidak ada yang membuka atau mau menerima Mingi karena lelaki itu tamat sekolah sampai SMA saja.
Mingi hidup sebatang kara, dulu dia hidup dengan nenek dan kakeknya. Bisa dibilang orang tua Mingi membuangnya dan mereka pergi jauh-jauh melupakan Mingi seolah dia bukan siapa-siapa, akhirnya Mingi tinggal bersama nenek dan kakeknya. Semuanya normal dan baik-baik saja sampai kakeknya kecelakaan dan itu berhasil merengut nyawanya, saat itu juga kesusahan mulai terjadi. Karena usia rentan neneknya membuat ia sungguh susah untuk bekerja, dan Mingi yang terpaksa harus mulai mencari kerja diusianya 13 tahun. Mereka hanya berjualan ikan di pasar dan mendapat uang seberapa yang besarnya untuk menyekolahi dan kebutuhan pangan, saat Mingi berusia 16 tahun neneknya jatuh sakit dan setelah beberapa bulan neneknya meninggal. Itu cukup menampar Mingi dengan kuat, sekarang ia hidup sebatang kara. Setelah lulus SMA ia bertekad tidak melanjutkan pendidikannya dan langsung mencari kerja saja, karena ia tidak bisa membiayai dirinya sendiri masuk ke universitas.
"Haruskah?" Mingi bergumam mengangkat kartu nama itu, ini bisa saja menjadi pilihan yang bisa mengubah hidupnya.
Coba saja tidak apa kan?
Calling Lalisa Manoban...
;
Keesokan harinya Mingi bangun pagi dan langsung berangkat kesuatu tempat, ia menggunakan taxi karena jalan tempuhnya lumayan jauh dari tempat ia tinggal. Setelah sampai disana Mingi berdiri sebentar untuk melihat gedung berwarna putih yang lumayan tinggi dan besar, di samping pintu masuk ada tulisan besar "Love Care Hospital" dengan logo bentuk hati.
"This is it..." Gumam Mingi, ia menarik napasnta dan melangkah masuk kedalam gedung itu
Hal pertama yang menyapanya adalah aroma khas rumah sakit, sudah lama sejak ia mencium aroma ini. Terakhir kali adalah saat neneknya sakit...
Mingi kebingungan sendiri karena ia tidak tau harus kemana, karena yang dikatakan perempuan itu hanyalah...
"Kau datang ke tempat kerjaku besok! Lalu bertanyalah pada orang dengan nama ku!"
Mingi jadi grogi sendiri disana, penampilannya sungguh sederhana. Dengan kaos hitam dan jeans lamanya serta sendal swallow dan tas ranselnya, Mingi majuin langkahnya untuk kearah meja bertulisan 'resepsionis'
"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya seorang perempuan disana
"Eh anu...Lalisa Manoban?" Mingi membaca kartu nama itu lalu melihat kearah perempuan itu lagi
"Baik silahkan tunggu sebentar" lalu perempuan itu sedang memencet beberapa nomor di telepon itu dan Mingi yang berdiri canggung didepannya
Sebenarnya Mingi ingin berbalik arah saja dan lebih memilih untuk mencari pekerjaan namun ia pikir sudah telat karena dia sudah berada disini, selama perempuan itu sibuk Mingi melihat ke sekeliling.
"Lepaskan aku! Aku mau terbang!" Mingi melihat seorang kakek paruh baya yang sedang diikat menggunakan kain putih dan salah satu suster disana yang menyuntikan sesuatu di lengannya, lalu beberapa detik kemudian kakek itu tenang. Astaga kenapa mengerikan sekali?
Tiba-tiba Mingi merasakan kaosnya ditarik kuat membuatnya menoleh kebawah mendapati seorang anak perempuan, anak perempuan itu botak dan ia sedang memeluk boneka beruangnya. Anak perempuan itu terus menatap Mingi membuatnya bingung, "kau mirip kakakku!" Katanya sambil menunjuk Mingi
"A-aku? B-begitukah..." Jawab Mingi berusaha tidak bertingkah salah karena ia sering berucap lain kalau ia sedang gugup
"Iya! Kakakku yang terbang dari atas gedung, kau tau? Kakakku terbang! Aku melihatnya sendiri!" Mingi menelan salivanya, astaga apakah dia tidak salah dengar?
Lalu seorang perempuan yang terlihat seperti ibunya menghampirinya
"Hana! Disini rupanya kau, jangan lari-lari lagi oke?" Anak perempuan yang bernama Hana itu mengangguk lalu menunjuk Mingi
"Mah, dia mirip kakak!" Kata Hana ceria dan ibu itu menoleh kearah Mingi lalu tersenyum dan Mingi hanya tersenyum canggung padanya
Lalu kedua perempuan beda umur itu berlalu, Mingi terdiam. Walaupun ia tidak tau apa-apa soal anak itu, tapi ia tau sedikit tentangnya karena 'ceritanya' tadi. Mingi tidak sulit untuk memahami apa ceritanya itu dalam sekali dengar ia sudah mengerti.
"Maaf atas menunggunya, ia akan segera datang jadi tunggu saja disitu" sahut perempuan itu dan Mingi yang mengangguk pelan dan bergeser ke tempat duduk yang tidak jauh disana.
"Hai! Kau menunggu lama?" Tanya seseorang membuat Mingi menoleh keatas mendapatkan perempuan kemarin yang ia temui
"Kau lama" jawab Mingi datar dan perempuan itu hanya terkekeh
"Tadi ada sedikit masalah, and so look whose here?" Tanya Lisa dengan sinis dan Mingi yang berdecak kesal
"Ok fine jeez, kalau gitu ikut aku dulu" dan Mingi mengikuti Lisa memasuki lebih dalam ke gedung itu
Dan disitu dimana semuanya bermula.
┏PSYCHO┛
∘˚˳°to be continued...
![](https://img.wattpad.com/cover/310389756-288-k324336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
P S Y C H O ➝ ( A T E E Z )✓
Fanfic[BxB] "Aku ada tempat yang lagi membutuhkan orang, tapi pekerjaan ini harus siap mental dan fisik..." Kata seseorang pada lelaki didepannya "Kasih tau cepat! Aku harus pulang" seseorang itu berdecak kesal atas sifat lelaki didepannya "Kau mau bekerj...