1

13 6 1
                                    

Ting!Tong...!

Hesti langsung mengangkat kepalanya ketika terdengar suara bel yang cukup keras menggema di ruangan tengah ini.
Matanya langsung menatap jam yang menempel di dinding.tepat diatas pesawat televisi.saat itu jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat empat puluh tujuh menit.hesti menaruh majalah yang sejak tadi ada di atas pangkuannya,ketika bel kembali berdentang.sambil menghembuskan nafas panjang yang terasa begitu berat sekali dia bangkit berdiri dan melangkah meninggalkan ruangan tengah ini.kakinya terayun memasuki ruangan depan,dan langsung membuka pintu,setelah dia mengintip sedikit dari jendela.

"Malam sekali pulangnya,kak."dengus hesti langsung nenegur wanita yang berdiri di depan pintu.

"Namanya juga kerja,"sahut wanita itu sambil mengayunkan kakinya.

Hesti menutup pintu itu kembali dan menguncinya.dia terus melangkah mengikuti kakaknya yang sudah lebih dulu meninggalkan ruangan depan ini.
Hesti mematikan lampu diruangan ini, dan terus berjalan menyeberangi ruangan tengah,langsung masuk ke dalam kamar tidur.dia sempat melihat kakaknya mengganti baju sebelum membanting tubuhnya sendiri ke atas pembaringan.hesti terus memperhati- kan kakaknya yang sudah duduk di depan cermin dan mulai membersih- kan wajahnya.di dalam hati,hesti selalu mengagumi kecantikan kakaknya.Dan dia ingin sekali memiliki wajah yang cantik seperti kakaknya itu.dan semua keinginannya itu hanya tersimpan saja di dalam hati.

Baru setahun hesti tinggal di rumah ini bersama lusi,kakaknya.semula dia tinggal di bandung bersama paman dan bibinya.hesti memang ingin melanjutkan sekolah SMAnya di jakarta ini.dan memang keinginannya itu bisa tercapai setelah lulus SMP.
Dia langsung diambil kakaknya dan sekolah di kota metropolitan ini.
Kebetulan hesti memang gadis yang pandai,dan memiliki nilai- nilai yang bagus sehingga mudah baginya untuk bisa mendapatkan sekolah yang di inginkannya.dan selama setahun ini. hesti tidak tahu,apa sebenarnya pekerjaan kakaknya.tapi setiap hari selalu pulang larut malam.padahal perginya selalu pagi-pagi.tapi memang diakui,apa saja kebutuhan hesti selalu bisa dipenuhi.bahkan apa yang tidak pernah dimiliki,kini bisa diperoleh dengan mudah.lusi selalu memberikan apa saja yang diinginkan adiknya ini.
Karena memang hanya hesti,satu- satu nya adiknya yang dimiliki.dan lusi ingin agar hesti bisa terus sekolah sampai tinggi.

"Kamu sudah makan,hes...?"tanya lusi sambil bangkit berdiri dan melangkah ke pembaringan,lalu merebahkan tubuhnya di samping hesti yang tidur tertelungkup sambil membaca majalah.

"Sudah,"sahut hesti sambil menutup majalahnya dan menaruh di meja kecil yang ada di samping tempat tidur ini.

"Tidur deh,besok kesiangan lho,"ujar Lusi lembut.

"Kak lusi kerja apa sih,kok pulangnya selalu larut malam?"tanya hesti sambil memeluk guling.

"Hidup di kota besar ini sulit,hes.kalau tidak punya pekerjaan sambilan,tidak akan bisa cukup semua ini kakak lakukan demi kamu.makanya kamu harus jadi orang pintar dan jadi sarjana supaya nanti tidak sengsara hidupmu."kata Lusi sedikit menasehati.

Hesti jadi diam.memang setiap kali dia menanyakan pekerjaan kakaknya, selalu saja dijawab begitu.lusi tidak pernah mau mengatakan apa pekerjaannya yang sebenarnya,hingga setiap hari selalu pulang larut malam. Meskipun sebenarnya hesti ingin tahu, tapi entah kenapa dia selalu tidak sanggup untuk mendesak.dan gadis itu selalu diam setiap kali Lusi sudah ber- kata begitu.

Hesti memandangi wajah kakaknya yang cantik itu.tampak kelopak mata kakaknya sudah terpejam.begitu cantik sekali bahkan dalam keadaan tidur pun masih tetap saja terlihat cantik.hesti bukan saja memandangi wajah kakak nya yang tidur itu.tapi dia juga me- mandangi seluruh tubuhnya yang hanya tertutup oleh baju tidur yang tipis,sehingga sekujur tubuh Lusi bisa terlihat cukup jelas.Lusi bukan hanya memiliki wajah yang cantik,tapi juga punya tubuh yang indah dan kulit yang putih serta halus bagai sutra.

Sebenarnya hesti juga cantik.hanya saja kulitnya tidak seputih kulit kakak nya.dan tubuhnya juga tidak seindah tubuh kakaknya.hesti menatap dada kakaknya yang membusung dengan bentuk yang begitu indah sekali.lalu dia menatap dadanya sendiri.hesti jadi mengeluh,karena dia tidak memiliki dada seindah kakaknya.entah kenapa, hesti selalu iri jika membanding- bandingkan antara dirinya dengan Lusi.hesti selalu merasa dirinya tidak cantik bila dibandingkan dengan kakak nya.hesti ingin seperti kakaknya,tapi dia tidak tahu bagaimana caranya atau mungkin karena usianya kini baru enam belas tahun,sehingga tubuhnya belum begitu sempurna perkembangan nya.sedangkan Lusi bulan kemarin baru saja merayakan ulang tahunnya yang kedua puluh tiga.memang jarak usia mereka cukup jauh,sekitar tujuh tahun.

"Hhhh...!"

Hesti menarik nafas dalam- dalam dan menghembuskannya dengan kuat, sambil menggelimpang,menelentang kan tubuhnya.hembusan nafas hesti yang begitu kuat dan terasa berat, rupanya terdengar juga di telinga kakaknya,sehingga kelopak matanya langsung terbuka.Lusi berpaling dan melihat adiknya belum tidur.dia memiringkan tubuhnya dan tersenyum melihat hesti seperti sedang melamun, dengan mata terbuka menatap langit- langit kamar.

"Kok belum tidur,hesti?Mikirin apa sih...?"tegur Lusi dengan suara yang lembut sekali.

Gadis panggilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang