Waktu berlalu terasa begitu cepat sekali. Dicky berhasil menyelesaikan kuliahnya.dan kini dia seorang dokter.
Rengga juga sudah menamatkan sekolah di SMA.tapi dia harus menuruti
keinginan orang tuanya untuk melan- jutkan sekolah diluar negeri.Hesti merasa kehilangan seorang sahabat ketika Rengga harus berangkat keluar negeri untuk melanjutkan sekolahnya.
Hesti sendiri masih harus meneruskan sekolahnya di SMA.memang roda ke- hidupan terus berputar.tanpa terasa masa hukuman yang harus dijalani Lusi sudah habis.hari itu Hesti men- jemput kakaknya diantar Dicky. memang hari ini Lusi akan keluar dari penjara.
Kakak beradik itu saling berpelukan dan bertangisan,menumpahkan ke- bahagiaannya di depan pintu penjara.
sementara Dicky memandangi dengan mata berkaca- kaca.setelah puas me- numpahkan seluruh kerinduan dan kebahagiaan pada adiknya,Lusi kini pindah memeluk Dicky.memang ke- bahagiaan seakan milik mereka bertiga saat itu.mereka meninggalkan bangun- an penjara itu dengan hati bahagia dan penuh bunga- bunga harapan."Ahhh...senang rasanya bisa kembali hidup di alam bebas,"desah Lusi panjang setelah berada di dalam mobil yang dikemudikan Dicky.duduk di jok belakang bersama adiknya.
Dicky tersenyum saja mendengar desahan panjang kekasihnya itu. sementara Hesti terus- menerus me- meluk kakaknya,seakan dia tidak ingin melepaskannya lagi.tiga tahun berada di penjara,namun kecantikan Lusi tidak pudar sedikit pun juga,meskipun tanpa make- up di wajahnya.namun kulitnya memang tidak seputih dulu lagi.bahkan telapak tangannya terasa jadi agak kasar,tidak sehalus dulu lagi.
kehidupan di dalam penjara yang cukup keras,memang tidak memberikan kesempatan sedikit pun juga pada Lusi untuk merawat diri."Hesti,kapan kamu ujian?"tanya Lusi.
"Dua bulan lagi,Kak,"sahut Hesti.
"Setelah lulus nanti,kamu mau kuliah dimana?"tanya Lusi.
"Aku mau jadi dokter seperti Mas Dicky," sahut Hesti.
"Lho,bukannya dulu kamu mau masuk fakultas hukum...?"ujar Lusi seolah mengingatkan.
"Nggak jadi ah,"sahut Hesti.
"Lho,kenapa?"tanya Lusi.
"Aku nggak mau jadi orang tidak jujur, Kak.ahli- ahli hukum tidak ada yang jujur.mereka selalu memutar balikkan fakta.menyalahkan yang benar,dan membenarkan yang salah,"kata Hesti beralasan.
"Jangan begitu,Hes.tidak baik bicara begitu,"kata Lusi menasehati.
"Pokoknya Hesti mau kuliah di falkultas kedokteran,"tegas Hesti manja.
"Terserah kamu sajalah.yang penting kamu jangan jadi orang bodoh," kata Lusi menyerah.
Memang peristiwa yang terjadi pada kakaknya telah membelokkan cita- cita Hesti,yang semula ingin menjadi seorang ahli hukum.Hesti telah melihat praktek hukum dan sudah menilai dengan alam pikirannya sendiri.dia me
-nilai kalau hukum hanya sebuah per- mainan belaka.saat mobil yang di ke- mudikan Dicky melewati sebuah bangunan yang sudah hampir rusak, kedua bola mata Lusi tidak berkedip memandanginya.bahkan raut wajah- nya juga terlihat jadi agak menegang.
Bangunan ini memang bekas night club milik induk semangnya dulu.sejak bangunan itu ditutup,memang tidak ada lagi yang mengelola dan jadi ter- bengkalai,hingga keadaannya hampir rusak.Lusi menarik nafas dalam- dalam dan menghembuskannya dengan kuat.dia mencoba untuk mem- buang semua pengalaman pahit yang pernah dijalaninya disana.dia kembali mengarahkan pandangannya lurus ke depan.sementara bangunan yang telah memberinya suatu pengalaman pahit itu semakin jauh tertinggal di belakang.Dicky mengantarkan kedua gadis ini sampai kerumah.ternyata Hesti sudah menyiapkan sambutan untuk kepulang
-an kakaknya ini.diatas meja makan, hampir penuh terhidang semua makanan kesukaan Lusi.bertiga mereka menikmati makanan itu. tampak Lusi makan begitu lahap dan nikmat sekali,karena memang selama tiga tahun dia tidak pernah lagi me- nikmati makanan kesukaannya,kalau Hesti tidak mengantarkannya.setelah menemani kedua gadis itu makan, Dicky langsung berpamitan,karena dia harus bertugas di rumah sakit.tapi malamnya Dicky kembali lagi ke rumah ini,meskipun saat itu sudah pukul se- belas malam dan Hesti juga sudah tidur.
Kesempatan ini tidak disia- siakan Dicky untuk menumpahkan kerinduan- nya.dia bukan hanya memeluk tubuh gadis ini,tapi juga melumat bibirnya dengan penuh kerinduan yang men- dalam dan rasa cinta yang berkobar- kobar.Lusi juga membalasnya dengan penuh gairah cinta yang membara.
mereka melepaskan kerinduan dan me
numpahkan gairah cinta yang ter- pendam selama tiga tahun di ruang tengah.Lusi duduk di pangkuan ke- kasihnya ini dengan kedua tangan me- lingkari lehernya.sedangkan sebelah tangan Dicky melingkar di pinggang Lusi,dan sebelah lagi berada di atas pahanya."Lus,apa rencanamu setelah ini?"tanya Dicky sambil memain- mainkan jari tangannya di atas paha yang tersingkat cukup lebar ini.
Meskipun tiga tahun berada di penjara, tapi kulit tubuh Lusi masih tetap halus, meskipun tidak seputih dulu.dan Lusi membiarkan saja jari- jari tangan Dicky bermain diatas pahanya.
"Aku mau istirahat dulu,Mas.mungkin satu atau dua bulan.setelah itu baru cari kerja,"sahut Lusi.
"Kamu mau kerja apa...?"tanya Dicky tanpa bermaksud merendahkan.
"Apa saja,Mas.asal tidak seperti dulu," sahut Lusi.
"Cari pekerjaan sekarang tidak gam- pang lho,Lus,"kata Dicky.
"Aku tahu,tapi aku tidak boleh meng- anggur.Hesti masih perlu banyak biaya
Apalagi sebentar lagi dia masuk ke per guruan tinggi.yang pasti bukan sedikit duit yang harus dikeluarkan,"kata Lusi langsung memikirkan adiknya."Biar aku yang mengurusnya,"ujar Dicky tegas.
"Jangan,Mas.terimakasih,"tolak Lusi.
"Aku tidak mau terus menerus menyu- sahkanmu.""Menyusahkan...?"Siapa yang menyu- sahkan aku...?"desis Dicky.
"Selama ini kamu sudah cukup meng- urus semua keperluan Hesti.biar sekarang aku yang mengurusnya.masa depan Hesti ada ditanganku dan men- jadi tanggung jawabku,"kata Lusi sambil bangkit berdiri dan pindah duduknya agak jauh dari laki- laki ini.
"Kok kamu bicara begitu sih...?"desis Dicky jadi tidak mengerti.
Lusi diam saja.dan tiba- tiba dia me- nangis,membuat Dicky jadi terkejut.
cepat- cepat dia pindah duduknya ke samping gadis ini.dipeluknya gadis itu dan dipandangi wajahnya dengan sinar mata yang begitu dalam sekali. sementara Lusi berusaha untuk meng- hentikan tangisnya.dia menghapus air mata dengan kertas tissue."Ada apa,Lus?Kenapa kamu menang is...?"tanya Dicky,mendadak jadi tidak enak perasaan hatinya.
"Tadi sore orang tuamu datang kesini.
mereka minta agar aku tidak lagi ber- hubungan denganmu,"kata Lusi agak tersedak suaranya."Persetan dengan mereka...!"dengus Dicky jadi memerah wajahnya.
"Mereka benar,Mas.aku memang tidak pantas untukmu..."semakin tersendat suara Lusi.
"Kamu jangan berkata begitu,Lus.Siapa bilang kamu tidak pantas menjadi istriku...?"
Dengar,Lus.aku sudah menyiapkan semuanya.tidak lama lagi kita akan menikah,"kata Dicky jadi bergetar suaranya."Tidak,Mas.kita tidak mungkin bisa ber satu dalam satu atap.tidak mungkin kita menikah,"desah Lusi disertai dengan hembusan nafas panjang yang terasa begitu berat sekali.
"Kenapa tidak bisa?Siapa yang melarang...?"sentak Dicky bertanya.
"Keadaan,Mas.dunia kehidupan kita berbeda.terlalu jauh perbedaannya. Mas,aku sangat mencintaimu.aku tidak mau melumuri noda dan dosa pada dirimu.aku kotor,Mas.kotor..." semakin tersedak suara Lusi.
"Apapun yang kamu katakan,aku tidak peduli.bagiku kau tetap gadis suci yang pantas untuk dicintai dan dilindungi. tidak ada lagi gadis lain di hatiku selain kamu,"tegas Dicky lagi.
"Tapi cinta tidak selamanya harus ber- satu,Mas."
"Persetan dengan semua itu.seribu kali kau mengatakannya,aku tetap akan menikahimu,"dengus Dicky tidak peduli.
"Aku mohon padamu untuk terakhir kali,Mas.jangan kau hancurkan hidup dan masa depanmu sendiri.sebaiknya kita berteman saja.terimakasih karena kamu telah mengurus Hesti dengan tulus dan penuh kasih sayang," ujar Lusi tegas,dan mantap nada suaranya.
"Apa- apaan kamu,Lus...?!sentak Dicky terkejut. "Apa maksudmu bicara begitu...?"
"Mas,aku dan Hesti sudah sepakat untuk pergi dari sini.kami akan men- jalani hidup baru di tempat baru yang tidak ada seorang pun mengenaliku maupun Hesti,"kata Lusi mantap.
"Mau pergi kemana kamu?"tanya Dicky terkejut,dengan nada suara tertahan.
"Kemana saja,"sahut Lusi pelan,seperti berat terdengar nada suaranya.
"Kamu tidak bisa pergi kemanapun tanpaku,"desis Dicky tegas.
"Dicky..."tersekat suara Lusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis panggilan
Teen FictionLusi tidak pernah berharap bisa mencintai dan di cintai laki_ laki.dan demi cinta ia rela mengorbankan diri. mengakui suatu kesalahan besar yang sebenarnya tidak dilakukannya. pengorbanannya memang tidak sia_ sia.dicky tetap mencintainya meskipun ti...