3

6 5 0
                                    

"Maaf,kalau boleh saya tahu,Anda siapa...?"ujar Hesti bertanya dengan sopan.

"Oh,ya...saya sampai lupa.saya dicky, saya ingin bertemu dengan Lusi," sahut laki- laki itu,juga dengan sopan.

"Kak Lusi belum pulang,biasanya nanti setelah jam dua belas,"sahut Hesti sambil melihat jam tangannya.

Dicky juga ikut melihat jam melingkar di pergelangan tangan kirinya.saat itu jarum baru menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit.tapi dia malah tersenyum dengan manis sekali.

"Mas Dicky teman kak Lusi?"tanya Hesti.

"Iya,"sahut Dicky.

"Teman kerja?"tanya Hesti lagi.

"Bukan,hanya kenalan biasa saja," sahut Dicky kalem.

"Kak Lusi pulangnya masih lama,apa mau menunggu...?"Hesti menawarkan tanpa curiga sedikit pun juga.

"Rasanya tidak enak kalau menunggu sampai larut malam.sebaiknya saya permisi saja,"sahut Dicky sambil mau bangkit berdiri.

"Eh,tunggu dulu sebentar saya buatkan minum,"kata Hesti mencegah.

"Tidak usah terimakasih,"ucap Dicky sambil terus bangkit berdiri.

"Nanti saya sampaikan kalau kak Lusi pulang,"kata Hesti tidak mencegah.

"Terimakasih,"ucap Dicky."Permisi..."

Hesti mengantarkan tamu itu sampai di ambang pintu saja.dia melihat Dicky masuk ke dalam mobil jeep yang di parkir di depan pintu pagar,dan sebentar saja langsung lenyap dari pandangan  mata gadis ini.tapi Dicky sempat melemparkan senyuman yang manis padanya.dan Hesti juga sempat membalasnya.baru saja gadis itu mau memutar tubuhnya berbalik dan ingin kembali masuk kedalam,sudah ter- dengar suara deru sepeda motor yang berhenti tepat di depan pintu pagar rumah.kelopak mata Hesti jadi men- yipit saat melihat rengga yang datang.
Hesti tidak jadi melangkah masuk dan menunggu temannya di depan pintu.

Hesti sengaja tidak mempersilahkan cowok ini masuk.dan mengajak duduk di teras depan tapi dia sempat juga membuatkan minuman.sengaja dia mengambil tempat agak jauh dari cowok ini.Rengga meneguk sedikit minumannya setelah Hesti memper- silahkannya.

"Kok sepi,Hes?Kakakmu kemana...?" tanya Rengga setelah menaruh kembali gelasnya ke atas meja sampingnya.

"Belum pulang,"sahut Hesti.

"Orang tuamu...?"tanya Rengga lagi.

"Sudah meninggal,"sahut Hesti pelan.

"Oh,maaf..."ucap Rengga buru- buru. Dia memang tidak tahu kedua orang tua Hesti sudah tidak ada.dan gadis ini tinggal hanya berdua saja dengan kakaknya di rumah ini.

Tapi sejak kecil Hesti tinggal dan di asuh oleh paman dan bibinya di bandung.baru satu tahun ini dia tinggal bersama kakaknya,setelah kakaknya merasa mampu untuk membiayai sekolah adik satu- satunya ini.Rengga kembali meneguk minumannya sedikit sementara Hesti hanya diam saja sambil memainkan kuku- kuku jari tangannya.

"Nggak apa- apa kan aku main ke sini...?"ujar Rengga mencoba untuk bersikap sopan.

"Nggak apa- apa,"sahut Hesti sambil tersenyum.

"Kakak kamu pulangnya jam berapa?" tanya Rengga lagi.

"Nanti,kira- kira jam dua belas,"sahut Hesti berterus terang.

"Malam sekali...memangnya kerjanya di mana sih?"

"Nggak tahu,"sahut Hesti polos.

"Masa sih nggak tahu pekerjaan kakaknya sendiri...?"ujar Rengga sedikit tidak percaya.

"Iya,aku nggak tahu.kak lusi nggak pernah mau mengatakannya kalau di tanya.sebenarnya aku juga kasihan, setiap hari pergi pagi dan pulangnya selalu larut malam,"kata Hesti men- jelaskan dengan nada suara terdengar seperti mengeluh.

"Barangkali kakakmu kuliah malam, Hes.kan banyak orang yang paginya kerja,lalu malamnya kuliah.dulu ayahku juga begitu.paginya kerja,dan malamnya kuliah.biasa...untuk meningkatkan karier,"kata Rengga.

Hesti diam saja.tapi dia mengakui di dalam hati kalau kata- kata Rengga barusan ada benarnya juga.mungkin saja memang Lusi kuliah kalau malam.
Tapi kenapa tidak pernah mau bilang...?Padahal kalau sampai benar seperti apa yang dikatakan Rengga barusan,tentu dia akan senang sekali.
Karena itu berarti kakaknya memiliki masa depan yang sangat cerah sekali.

"Tadi aku lihat ada tamu,siapa dia...?" tanya Rengga setengah curiga nada suaranya.

"Teman kak Lusi,"sahut Hesti.

"Oooo..."desah Rengga panjang.

"Memangnya kenapa?"tanya Hesti.

"Nggak apa- apa,aku kira pacar kamu,"
sahut Rengga.

"Jangan mulai lagi,Reng,"dengus Hesti tidak senang.

"Sorry,aku cuma main- main kok,"ucap Rengga cepat- cepat,melihat Hesti seperti sudah mau marah.

"Sebenarnya kamu ada perlu apa datang kesini...?"tanya Hesti.

"Cuma main saja, kok,"sahut Rengga kalem.

Hesti diam saja.dia tahu kalau jawaban Rengga tadi tidak jujur.Hesti seperti tahu kalau Rengga datang malam ini ingin memastikan apakah di rumah ini sudah ada laki- laki lain atau belum, karena memang ini malam minggu.
Meskipun Rengga tidak mengatakan tujuannya yang sebenarnya,tapi Hesti sudah bisa mengetahuinya.memang Rengga tidak mau menyerah begitu saja,meskipun sangat tegas sekali Hesti menolak dan tidak ingin berpacaran dulu selama masih sekolah.apabila dia menyadari kalau usianya masih belum pantas untuk berpacaran.dan dia juga tidak ingin mengecewakan harapan kakaknya,serta harapan paman dan bibinya di bandung.Hesti tidak mau sekolahnya terganggu.meskipun sudah berulang kali dia mengatakannya dengan tegas,tapi rupanya rengga tetap tidak mau menyerah dan malam ini dia datang untuk membuktikan apakah Hesti sebenarnya sudah punya pacar atau belum.tapi memang Hesti tidak pernah keluar rumah meskipun malam minggu,kecuali ada teman- teman wanitanya yang mengajaknya jalan- jalan atau sekedar menonton film. Itupun kalau kebetulan kakaknya ada di rumah.tapi kalau kakaknya kebetulan tidak ada,Hesti tidak pernah mau keluar dari rumah.

                             ***

Lusi terkejut sekali ketika Hesti men- gatakan Dicky datang.padahal dia baru saja selesai mandi dan belum berpakai- an.Lusi meminta adiknya untuk men- yuruh Dicky menunggu.dan Hesti seperti mengerti.dia langsung ber- pamitan pada kakaknya untuk berang- kat kesekolah,karena saat ini hampir jam setengah tujuh.dan dia tidak mau terlambat masuk sekolah.

"Duduk dulu deh,mas.kak Lusi lagi pakai baju,"kata Hesti mempersilahkan dicky duduk dan menunggu,setelah dia memberitahu kedatangan laki- laki itu pada kakaknya.

"Mau sekolah...?"tanya Dicky sambil duduk di kursi dan membelakangi jendela.

"Iya,"sahut Hesti."Ditinggal dulu ya, mas..."

Dicky hanya tersenyum saja sambil menganggukkan kepalanya.sementara Hesti langsung melangkah pergi sambil menyandang tasnya ke bahu.sebentar Dicky sempat memperhatikan gadis itu, sampai lenyap dari pandangan mata nya.kemudian dia mengambil rokok dan menyelipkan ke bibirnya.baru juga dia menghisap rokoknya tiga kali,Lusi sudah muncul dengan baju yang cukup ketat membungkus tubuhnya,berwarna biru muda yang membuatnya jadi ter- lihat semakin cantik.Dicky sempat terpana melihat kecantikan Lusi,walau hanya sesaat saja.

"Darimana kamu tahu alamat rumah ku,mas?"tegur lusi langsung,sambil duduk agak jauh di depan Dicky.

"Tidak sulit bagiku untuk bisa men- getahui rumahmu,"sahut Dicky sambil tersenyum lebar.

"Kemarin malam kamu datang,ya...?"

"Iya,"sahut Dicky jujur.

"Mau apa...?"tanya Lusi seperti tidak senang.

"Mau ketemu kamu."

"Kamu kan tahu, mas.dimana bisa ber- temu denganku,apa lagi malam- malam.aku tidak pernah ada dirumah, kecuali setelah lewat jam dua belas," kata Lusi seperti memberitahu.

"Sampai kapan kamu akan terus begini, Lus...?"tanya Dicky jadi serius nada suaranya.

Dan entah kenapa Lusi jadi diam, seperti tidak menjawab pertanyaan Dicky barusan.




Gadis panggilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang