"Benar- benar saya tidak menyangka, ternyata mami mengirim seorang bidadari ke sini,"ujar Hartono menyam -but kedatangan Lusi.
Lusi hanya tersenyum saja.sedikit pun dia tidak tersanjung dengan pujian itu.
sudah terlalu sering dia mendengar nada pujian seperti itu dari laki- laki.
Lusi langsung mendekati pembaringan, dan dia duduk di sisi pembaringan ini sambil melepaskan baju luarnya.mem- buat bahu dan sebagian dadanya ter- buka cukup lebar,menampakkan kulit tubuhnya yang putih dan halus tanpa cacat.Hartono mendekati dan duduk di sampingnya.dia mengambil tangan gadis ini dan digenggamnya.sebelah tangannya lagi langsung melingkar di bahu,merasakan kelembutan dan ke- halusan kulit gadis panggilan ini.Lusi membiarkan saja jari- jari tangan itu bermain di bahunya.bahkan dia diam saja ketika Hartono mencium pipinya."Terus terang,baru sekali ini aku meng- hubungi mami.itu pun aku tahu dari seorang teman,"kata Hartono dengan nafas yang terdengar mulai memburu- cepat.
"Siapa temannya,Oom?"tanya Lusi.
"Wah...!Apa perlu aku beritahu?" Hartono malah balik bertanya." Tapi sebaiknya jangan panggil saya Oom, panggil saja saya mas Har."
Lusi hanya tersenyum saja.memang laki- laki ini belum pantas disebut dengan panggilan Oom,karena terlihat masih belum begitu tua.dan Lusi sendiri memperkirakan kalau usianya pasti tidak berbeda jauh dengan Dicky.
sementara jari- jari tangan Hartono sudah mulai merayap,menggelitik punggung Lusi yang memang terbuka cukup lebar.dan laki- laki ini juga mulai menghujani leher,bahu serta dada Lusi dengan ciuman- ciumannya yang memburu.hembusan nafasnya terasa semakin kuat dan memburu begitu cepat sekali.Lusi tahu kalau laki- laki ini sudah bangkit gairahnya.dan dia membiarkan saja semua yang di lakukan laki- laki ini.karena memang sudah menjadi kewajibannya untuk melayani laki- laki ini dengan keinda- han dan kehangatan tubuhnya."Buka bajunya ya..."bisik Hartono dengan nafas yang semakin cepat dan memburu tak beraturan lagi.
Lusi tersenyum dan bangkit berdiri. sambil mengembangkan senyuman dia memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan laki- laki ini yang tetap duduk di atas pembaringan.pelan - pelan Lusi melepaskan pakaiannya,seakan sengaja dia ingin membuat laki- laki ini jadi penasaran.satu persatu Lusi mele- paskan pakaiannya dengan gerakan tangan yang begitu lembut sekali. sedangkan Hartono memandanginya dengan mata tak berkedip sedikit pun juga.terdengar suara dengusan nafas- nya yang begitu keras dan memburu dengan cepat.terlihat begitu tergesa- gesa sekali dia menanggalkan pakaian - nya.Hartono memang kelihatan sudah tidak sabar,melihat tubuh Lusi yang begitu indah dan sangat menggairah- kan.
"Auwkh...?!"
Lusi terpekik kaget setengah mati ketika tiba- tiba Hartono menarik tangannya dengan kuat, membuatnya jatuh seketika ke atas tubuh laki- laki ini.Hartono langsung memeluknya dengan kuat,dan melumat bibirnya dengan penuh gairah yang memuncak.
sementara Lusi yang begitu berpenga- laman menghadapi berbagai macam tingkah laki- laki di atas ranjang.malah sengaja mempermainkan laki- laki ini, hingga gairahnya semakin berkobar dan sulit untuk dikendalikan lagi.dan memang Hartono jadi liar,seperti seorang musafir yang kehausan dan baru menemukan setitik air untuk membasahi tenggorokannya."Hsss...okh!"
Lusi mendesis dan mengerang kecil dan agak tertahan,membuat gairah laki- laki ini semakin berkobar,meng- gelegak memenuhi rongga dadanya.
memang apa yang dilakukan Lusi mem -buat laki- laki ini jadi begitu sulit sekali mengendalikan dirinya.dan hanya beberapa saat saja Hartono sudah mengerang tertahan dengan tubuh mengejang kaku.lalu terkulai lemas di samping gadis ini. sekujur tubuhnya tampak basah bersimbah keringat. Lusi menarik selimut dan membungkus tubuhnya.dia turun dari pembaringan dan melangkah ke kamar mandi.sementara Hartono tetap meng- geletak di atas pembaringan dengan wajah memancarkan kepuasan yang maksimal.dia baru menggelimpang dan mengenakan celananya setelah Lusi ke luar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis panggilan
Teen FictionLusi tidak pernah berharap bisa mencintai dan di cintai laki_ laki.dan demi cinta ia rela mengorbankan diri. mengakui suatu kesalahan besar yang sebenarnya tidak dilakukannya. pengorbanannya memang tidak sia_ sia.dicky tetap mencintainya meskipun ti...