Like O.O : 2

5.1K 860 51
                                    

"Terus sampe mau kapan?"

"Kapan-kapan"

"Serius, Haruto"

Haruto berdecak kesal hingga orang yang ada diseberang telpon disana merasa tersinggung sebab tingkahnya yang sopan.

"Kamu—

"Ma, aku udah gede. Aku juga berhak nyari jodoh sendiri tanpa ikut campur orang tua. Bukan durhaka, tapi apa salahnya aku pengen punya jalan bahagia ku sendiri?"

Ibunya yang hendak berbicara panjang lebar pun terdiam. Sama halnya dengan Haruto yang tak lagi semangat mengerjakan berkas perusahaannya sekarang.

"It's okay. Mama kaya gitu karena sayang anak, Haruto tau. Tapi caranya kaya gini aku tertekan mah..." lirih Haruto diakhir kalimat.

"Aku sibuk, maaf teleponnya kututup. Love you mom"

Tut!

Haruto menghembuskan nafasnya kasar. Laptop yang sedari tadi menyala menampilkan grafik rumit miliknya ia tutup agak kencang.

Tak peduli retak, Haruto hanya ingin mendinginkan pikirannya sekarang. Obrolan dengan ibunya tadi yang membuatnya muak berkali-kali.

Ada satu tempat yang terpikirkan sekarang.

Kunci mobil diatas meja, Haruto sambar dan keluar dari ruangan dengan langkahnya yang tergesa-gesa.

🎀🎀🎀

"Single espresso"

Pelayan dibalik meja itu mengangguk sembari membuatkan pesanannya. Selagi menunggu, ia memutuskan untuk duduk dekat jendela yang lebar.

Pemandangan mobil dan motor yang saling berebutan menguasai jalan raya, setidaknya membuat pikiran Haruto saat ini tenang.

Jika dipikir-pikir, hidup Haruto saat ini sempurna. Bergelimang harta dan visualnya yang diatas rata-rata. Bukan tak mungkin wanita diluar sana mampu bertekuk lutut dalam sekejap.

Tapi, perjodohan yang membuatnya kecewa karena ia yang seharusnya dewasa dan bisa lepas dari orangtua , justru kisah cintanya turut dicampur tangankan.

Kehidupan rumah tangga yang sempat Haruto bangun tanpa atas dasar cinta hanya berlangsung singkat. Langsung runtuh tanpa meninggalkan kenangan.

"Hhh, kenangan? Fucked stupid"

Satu kopi yang tersaji diatas meja, Haruto sesap dengan perlahan. Begitu dominan dan gagah hingga wanita yang turut berkunjung di cafe tersebut memekik dan berbisik-bisik.

"Frappuccino vanilla browniesnya satu ya kak!"

Tegukan kopinya berhenti. Pemandangan dibalik jendela cafe yang menjadi daya tarik perhatiannya kini seluruhnya tersita pada satu makhluk yang duduk tak jauh darinya.

Rambut coklat madunya yang semanis wajahnya membuat pikiran Haruto kembali diajak untuk memutar waktu.

Pemuda manis yang berseragam sekolah menengah atas dengan sweater baby bluenya sangat pas untuk kriteria model fashion dari parasnya.

Tak sadar sudut bibir Haruto melengkung ke atas.

"Hehe makasih kak! Aku balik ke sekolah dulu, takut si lembu marah"

Haruto masih setia menatap punggung pemuda itu hingga hilang ditelan pintu cafe. Ia tersenyum tipis begitu sadar seragam sekolahnya sama dengan anak semata wayangnya.

"Menarik"

🎀🎀🎀

Junkyu menyengir lebar menatap Junghwan yang kini matanya dipenuhi bumbu emosi.

O.O [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang