Like O.O : 24

8.4K 627 497
                                    

p.s ; ramein lagi komennya ya, biar aku gak merasa malu sendiri lagi (⇀‸↼メ)

Junghwan menggaruk tengkuknya canggung. Sebenarnya, santapan makanan untuk sarapan hari ini terlihat enak.

Tapi sajian dipiringnya saja masih terlihat penuh— oh bahkan belum disentuh sedikitpun oleh sang empu.

Hal inilah yang membuat Haruto dan Junkyu saling berpandangan bingung.

"Masakannya miu gak enak ya? Mau ganti?" Junkyu ancang-ancang hendak berdiri dari kursi makanannya jika Junghwan tidak cepat-cepat menbantah.

"Enggaaak!" teriakannya sukses membuat Haruto yang tadinya meminum kopi menjadi tersedak dan Junkyu yang mulai panik.

"Junghwan, piu kan udah ngajarin kamu tata krama di meja makan" tegas Haruto membuat Junghwan menelan ludahnya takut.

"Hehehe, maaf ya piu. A-ayo dimulai acara sarapannya" cicitnya terbata-bata dan sang kepala keluarga Watanabe mulai memimpin doa.

Hiks, ini mereka gak malu apa ya?

Junghwan membatin merana dalam batin. Bagaimana tidak malu? Oke, mari kita spill sebab-sebabnya.

Pertama!

Ia yang tadinya bersemangat untuk sarapan itu tiba-tiba merasa speechless, terbanting, kayang dan— ah pokoknya itulah!

Melihat pemandangan kedua orangtuanya sibuk menyatukan bibir didapur. Dan sialnya lagi, Junghwan yang ingin terbatuk harus menahan mati-matian.

Dan apa yang terjadi?

Yup, sesuai dugaan ternyata suara batuknya yang tidak bisa ditahan akhirnya keluar dan malah suaranya persis seperti banteng mengamuk.

Hingga sukses Haruto dan Junkyu terkejut setengah mati, Junghwan saat itu entah ingin menangis atau tertawa ketika keduanya mengira ia kesurupan.

Dan yang terakhir!

Matanya tak sengaja melirik leher Junkyu yang memerah. Apalagi bibir berdarah dan jejak cakaran di pipi sang ayah.

Errr— memang seberapa kasarnya mereka berdua bermain?

"Juju?" panggil Junkyu pelan membuat perhatian anak sambungnya teralih.

"Iya, kenapa miu?" respon Junghwan.

Junkyu terlihat menyimpan raut tak enak diiringi senyum yang seperti enggan.

"Miu boleh minta tolong nggak? Gak banyak kok, cuma nyuci piring ini doang" pintanya yang langsung disanggupi dengan cepat.

"Boleh miu! Boleh banget! Hehehe, miu duduk aja. Biar Juju yang ngerjain semuanya" celetuk Junghwan menepuk dadanya dengan bangga.

Haruto yang sebenarnya berpura-pura membaca koran saat itu tersenyum kecil dibalik itu. Akhirnya, permintaannya untuk mendapatkan keluarga dengan suasana hangat terkabulkan.

Junkyu tersenyum tipis. "Makasih banyak ya, Juju" balasnya dan Junghwan ikut tersenyum tidak mempermasalahkan.

Tadinya Junghwan memang memiliki niat untuk membantu miunya, karena melihat Junkyu yang terlihat kesusahan untuk berjalan bahkan hanya bangkit berdiri.

Sepanjang acara mencuci piringnya, Junghwan merasa hatinya mencair mendengar tawa dan obrolan hangat kedua orangtuanya dibalik punggungnya.

Mereka sesekali mengajak Junghwan mengobrol, karena Junkyu sengaja menemani anaknya mencuci piring sampai selesai dan diikuti oleh Haruto.

Hhh— bucin.

"Juju mau ikut miu ke supermarket gak?" tanya Junkyu membuka topik obrolannya lagi.

O.O [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang