Aku lahir dari keluarga yang terlihat bahagia dan diidam-idamkan orang lain. Tentu saja aku senang, ayah dan ibuku sangat menyayangiku.
Diriku tumbuh menjadi anak yang ceria dan berkepribadian baik. Aku betul-betul beruntung bisa berada ditengah-tengah kehidupan mereka berdua.
Namun, itu hanya beberapa saat.
"Kamu itu anak gak tau diri!"
Satu tamparan mengenai telak dipipiku. Aku tidak menangis, namun jauh disudut hatiku merasa lebih sakit.
"Bisu kamu?! Ngerti gak mamih ngomong apa?!"
"Ngerti mamih. J-junghwan minta maaf"
Setelah itu, langkah kaki ibuku yang dilapisi high heels menjauh. Aku tahu pasti ibuku pergi dengan laki-laki itu lagi.
Kertas ulangan yang semula utuh itu menjadi terbelah dua. Semua itu kukerjakan dengan usahaku sendiri hingga menyita waktu tidurku.
Setiap malam, aku akan belajar sampai jam 10 malam. Lalu aku bangun lagi pada jam dini hari untuk belajar. Lagi.
Nilai 78, itu pencapaian yang paling tinggi selama aku bersekolah!
Aku bangga tapi ibuku terus menuntutku untuk mendapatkan nilai lebih bagus. Aku menurut, sebab takut terkena amukannya lagi.
Ayahku jarang berada dirumah. Namun, aku sangat menyayanginya. Seperti halnya ini.
"Wah nilai 78? Junghwan hebat banget!"
Aku tersenyum lebar. Ayahku mengusak rambut dan mencium pipi ku dengan senyum bahagianya. Meskipun aku tahu ia lelah bekerja seharian ini.
"Kamu mau minta apa sayang? Miniatur baymax? Hot wheels?"
Bibirku tersenyum. Menarik tubuh sang ayah untuk aku peluk walaupun ukuran badan kami berdua sangat berbeda jauh.
Pelukan ayahku sangat nyaman. Aku ingin ayahku selalu berada dirumah meskipun itu sangat mustahil.
"Aku mau papih nemenin Junghwan seharian besok ya" kulihat wajah terkejut dari ayahku terlihat.
"Junghwan, kalau papih sama mamih akhirnya milih hidup sendiri-sendiri. Kamu mau bareng sama siapa?"
Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah kelas 2 sekolah menengah pertama saat itu.
Pertanda, bahwa cepat atau lambat kehidupan rumah tangga orangtuaku akan berakhir sampai disini.
🎀🎀🎀
Plak!
"Lo tuh cuma penghancur hidup gue tau gak!"
Kulit pipinya terlihat memerah dan terasa panas. Ia menunduk malu, melihat tatapan penghuni rumah sakit menatapnya aneh dan heran.
"Kenapa gak lo aja yang ngerasain sakit hah?!" bentak Junghwan lagi.
Junkyu masih enggan menjawab. Untuk bersuara pun rasanya sangat susah sebab jawaban yang ingin dilontarkan pun tercekat di tenggorokan.
Air matanya terus menetes. Suara tamparan yang ia dapatkan terus-menerus membuat Junkyu tak melawan.
Ini memang kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
O.O [END] ✓
FanficHarusnya Haruto dari dulu harus rajin-rajin mengantar dan menjemput anaknya pulang sekolah jika melihat ada pemandangan yang tak bisa dilewatkan disana. ❝Sering main-main kerumah ya, Junkyu ❞ 🥇#familyissue [160722] 🥇#Iksanboys [220722] 🥇#Jaesah...