Like O.O : 19

4.5K 673 419
                                    

"A-aku hamil..."

Ketikan pada keyboard laptopnya berhenti. Mematung sejenak sebelum menatap tajam lawan bicaranya saat ini.

Tidak, ia pasti salah dengar.

"Ulangin" titahnya datar.

Bibir yang dipolesi lipstik warna kemerahan itu digigit pelan karena merasa takut dengan aura gelapnya yang menguar.

"Aku hamil, Haruto"

Brak!

Yuna berjengit kaget. Tangannya meremas ujung piyama tidurnya melihat Haruto berjalan kearahnya dengan tatapan yang tidak bisa ia baca.

"Siapa?" Yuna mengerjapkan matanya bingung dengan pertanyaan suaminya barusan.

"Apa maksud—

"Siapa ayah dari anak yang kamu kandung?" potong Haruto cepat membuat Yuna menatapnya tak percaya.

"Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas ini anak kamu" jelas Yuna merasa tak suka dengan respon Haruto barusan.

Sementara pria itu mengusak wajahnya kasar hingga menatap telas manik Yuna yang saat ini terpaku.

"Saya bahkan gak pernah nyentuh kamu sekalipun. Gak masuk akal kalau itu anak saya" balas Haruto keras kepala tak mau mengakui.

Yuna mengeratkan kepalan tangannya hingga sedikit bergetar. "Ini anak kamu mas! Apa kamu gak inget satu bulan yang lalu kita ngapain?!" ucapnya dengan nada sedikit meninggi.

Haruto terhenyak. Memutar balikkan memori didalam otaknya.

Hari pernikahannnya, lalu ia yang berbincang dengan teman dan koleganya. Ia yang meminum— oh shit.

"Obat apa yang kamu kasih ke air putih yang saya minum waktu itu?"

Yuna gelagapan melihat Haruto menatapnya tajam. Seolah mengurungnya dan tak diberi celah untuk melarikan diri.

"Enggak—

"BOHONG!"

Matanya terpejam takut bersamaan dengan air matanya yang turun dengan mulus. Dadanya tersengal-sengal melihat Haruto dengan tatapan terluka.

Sudah berjalan sebulan lebih pernikahan mereka, Yuna dan Haruto meskipun bertinggal atap yang sama. Namun, mereka seperti orang asing yang tak sengaja bertemu.

Istri mana yang tak sakit bila suaminya tak memberikan afeksi layaknya sepasang suami-istri lainnya?

Ditambah lagi ucapan Haruto yang masih formal kepadanya. Meskipun, Yuna berusaha membuat Haruto nyaman.

Perjodohan itu hanya disetujui salah satu pihak. Ya, hanya Yuna. Dia mencintai Haruto yang saat itu menjadi anak dari kolega ayahnya.

Pepatah cinta ada karena terbiasa. Tapi ini apa? Sampai kapan Yuna akan merasakan kebahagiaannya?

"Iya! Aku yang ngasih obat itu!" teriak Yuna yang merasa kesal akhirnya.

Haruto menggeram marah. "Saya udah bilang tunggu aku siap dulu! Saya terpaksa menerima perjodohan ini kalau gak diancam orang tua saya!" bentaknya balik.

Dikamar bernuansa creamy soft itu seharusnya menjadi malam yang damai dan tenang. Sedangkan yang dilihatnya sekarang malam yang kacau.

O.O [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang