17. Zefran diculik?!

50 4 0
                                    

Menghabiskan waktu dengan keluarga kecilnya dan menatap anaknya yang makan dengan lahap membuat Vaden tersenyum tipis, dan mengusap surai anaknya itu dengan perlahan.

Carina makan dengan menyuapi anaknya itu dengan telaten, membersihkan sisa nasi yang menempel di dagu anaknya dan juga disudut bibirnya anaknya. Beberapa pasang mata mengamati kedua pasangan itu.

"Besok ke panti Zefran ya? Kita urus surat adopsi Zefran" Carina mengangguk usai meminum jus stroberi miliknya.

"Papi, Zeflan udah kenyang" Vaden mengangguk, dan menggandeng anak itu menuju wastafel untuk mencuci tangannya.

Masih ingat Aluna? Perempuan itu kini dengan sengaja menyenggol bahu Carina yang hendak mencuci tangannya, untunglah Vaden datang tepat waktu hingga Carina tidak jatuh.

"Jalan pake mata dong, gimana sih?!" Bentak Aluna namun seorang anak kecil berambut kepang menghampiri Aluna menarik ujung bajunya.

"Kakak tadi sengaja nyenggol supaya kakak ini diketawain" gadis itu langsung memainkan jemarinya sambil menatap Vaden dan Carina bergantian.

"Bocil jangan sok tau deh" anak gadis yang dibentak itupun mundur beberapa langkah hingga seorang bapak-bapak yang dirasa ayah dari anak gadis itu segera membentak kembali Aluna.

"Mbak, anak saya yang ngeliat dari tadi, saya sama istri saya juga liat emang mbaknya sengaja, udah sini Grizelle makan aja" anak gadis itu mengangguk dan mengikuti sang ayah menuju wastafel untuk mencuci tangan.

"Caper ala lo ada aja ya caranya, heran gue, dah kamu cuci tangan dulu sana" Carina mengangguk dan pergi mencuci tangannya.

Vaden mendudukkan Zefran di kursi dan berpesan untuk tak pergi kemanapun. Zefran mengangguk paham dan Vaden segera menarik tangan Aluna menuju ruangan khusus untuk para orang yang hendak merokok.

"Lo kenapa jadi gini sih Lun? Lo marah karna gue udah punya pengganti lo?"

"Gue marah sama lo karna lo gak pernah tau perasaan gw Vaden"

"Ya kalo suka ngomong, gue bukan dukun atau sejenisnya yang bisa tau isi pikiran lo, gue gak punya kekuatan super tau gak?!" Vaden meninggalkan Aluna dan segera membayar, menatap Zefran yang sepertinya mengantuk Vaden menggendong bocah itu menuju parkiran, pandangan mata Vaden tertuju pada Aluna yang masih diam ditempatnya.

Keheningan menyelimuti disekitar Vaden dan Carina.

"Tumben kamu diem, kenapa?"

"Mampir ke minimarket bentar ya, kayaknya aku-"

"Aku aja yg beliin" Carina menatap Vaden.

"Apa? Kamu berharap aku nolak kayak cowo lain gitu? Yang klo disuruh nanti jawabannya 'itu kan barang cewe, ngapain aku beli', enggak ada, mama biasanya nyuruh aku gak apa-apa, tunggu dulu disini" Vaden memberikan Zefran kepada Carina, gerimis diluar membuat suasana malam itu terasa dingin, bahkan kini Carina memeluk erat tubuh Zefran karna beberapa kali anak itu nampak mencari kehangatan.

"Nih ay, udah" Vaden mengeringkan rambutnya dengan mengacak-ngacaknya sedikit.

"Diliatin orang ya tadi?"

"Iya, tapi abis itu aku liatin balik, mbak kasirnya modus tadi masa aku dipaksa buat isi pulsa"

"Makanya jangan ganteng-ganteng"

"Yaudah nanti aku bilang ke mama buat lahirin aku lagi tapi versi jeleknya" Carina tertawa dan memeluk lengan Vaden menatap laki-laki itu yang fokus kedepan walau beberapa kali ucapan Carina hampir membuat Vaden lepas kendali.

"Dah sana masuk, mandi. Aku tidurin Zefran dulu ke kamar" Carina mengambil baju piyama hitam dengan gambar Maleficent dan beberapa gambar kucing yang berada pada film Alice in the Wonderland. Kucing berbulu merah muda dengan gigi panjangnya, terkadang saat Carina sulit untuk menidurkan Zefran, ia akan menakut-nakutinya dengan kucing merah muda itu.

Perfect coupleWhere stories live. Discover now