Hai hai hallo,
Selamat membaca yaa~
.
.
.
.Dering ponsel menghentikan langkah Yoongi yang baru saja hendak kembali kekamarnya setelah menyelesaikan makan malam dan berbincang dengan sang Ibu. Dirogohnya benda pipih itu dari saku celana dan menampilkan panggilan dari sahabat kecilnya yang sedang menghabiskan waktu bersama kakaknya, Soekjin sejak beberapa jam yang lalu.
"Ya, hallo?" ponsel sudah berada di telinganya seraya melangkah meninggalkan ruang makan.
" Yoon, bisa tolong jemput aku? "
Yoongi mengernyitkan dahinya, merasa kurang memahami pertanyaan yang didengarnya. Untuk apa sahabatnya itu meminta dirinya menjemput sedangkan saat ini ia tengah bersama sang kakak.
Merasa tak dapat respon, suara diseberang sana kembali berbicara, menjawab pertanyaan baru yang timbul dipikiran Yoongi tanpa sempat diutarakan.
" Seokjin oppa sedang ada urusan mendadak, jadi kami tidak bisa pulang bersama. Jemput aku ya? Ditaman ----"
" Aku sibuk " respon Yoongi akhirnya, kemudian panggilan itu terputus.
Ponsel yang sudah tidak tersambung pada panggilan singkat itu dimasukkan kedalam saku. Tak berniat sama sekali untuk mengabulkan permintaan sang sahabat untuk menjemputnya di taman, entah taman apa, bahkan gadis itu belum sempat memberitahukan detail taman yang dimaksud.
Rasa kesal menyeruap di dalam diri Yoongi saat ini, tapi tidak mengerti dan tidak tahu persis apa yang membuatnya merasa kesal. Apa karena menjemput sahabatnya itu sama saja menyita waktu berharganya? Atau justru karena sebelumnya Jieun pergi bersama Seokjin? Tidak, pasti karena alasan yang pertama.
Ya, malam seperti ini adalah waktunya bermesraan bersama peralatan design dan perangkat lainnya. Lagi pula, kakaknya itu seharusnya bertanggung jawab pada seorang gadis yang sudah berani ia ajak keluar, bukannya malah meninggalkannya begitu saja. Dan lagi, Jieun sudah bukan anak kecil lagi yang tidak tau arah jalan pulang atau perlu dijemput. Pilihannya sudah benarkan? Tetap di rumah dan hanyut dalam pekerjaannya sebagai freelancer adalah pilihan yang tepat, kan?
Yoongi bergulat dengan pikiran-pikirannya seraya mulai menyalakan laptop dan perangkat lainnya yang sempat ia matikan ketika makan malam. Tangannya bergerak lincah diatas mouse, wajahnya menatap lurus pada layar, namun pikirannya melayang entah kemana, mungkin ke taman, terbang menghampiri Jieun yang masih menunggunya disana.
Dengan hentakan Yoongi bangkit, meninggalkan segela perangkat digital kesayangannya, meraih jaket bomber hitam dan pergi menuju taman, dengan sebelumnya telah mengirimkan sebuah pesan pada sahabat kecilnya.
' share lokasi! '
***
Jieun yang masih duduk manis disalah satu kursi taman pasar malam sambil mencicipi camilan menatap hamparan lalu lalang pengunjung yang juga sedang menikmati suasana malam ini. Meski ditinggal karena tugas oleh lelaki yang membawanya ketampat ini, Jieun tak merasa sedih atau kesal, alih-alih menyesali posisinya saat ini, Jieun justru tak henti-hentinya tersenyum mengingat momen yang sudah mereka lalui bersama malam ini.
Teringat setiap kata yang terlontar dari mulut pria yang merebut hatinya penuh dengan harap atas perasaannya. Kakak dari sahabatnya itu memang sampai saat ini belum mengutarakan apapun tentang perasaanya, tapi ia cukup yakin bahwa saat ini perasaan miliknya tak berjalan sendirian. Hanya perlu keyakinan, maka semua akan jelas. Untuk mendapatkan keyakinan itu, ia membutuhkan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manny
FanfictionSeorang freelancer yang tidak menyukai anak kecil terpaksa meniadi seorang Nanny laki-laki bagi seorang balita karena membutuhkan uang. Bagaimana pemuda dingin bermulut sarkas itu menjaga 'uangnya' (re: adik asuhnya) yang memiliki tingkah diluar pe...