Hai,
ku pikir bisa end di satu chapter ini ternyata terlalu panjang, jadi...
selamat menikmati hehe
.
.
.
Dokter Park dan Sunyoung menatap khawatir pada Yoongi yang berada dihadapan keduanya. Wajah pucatnya yang tak biasa sudah tergambar sejak pemuda itu mendudukkan diri di sofa, dan entah kenapa semakin pucat. Lekung sayu di bawah kelopak mata serta bibir merah mudanya yang sedikit kehilangan warna memperparah pandangan kosongnya saat ini.
Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu merasa menyesal, seharusnya dirinya bisa memilih waktu yang lebih tepat untuk menyampaikan kabar yang cukup mendadak kepada pengasuh putranya itu. Dokter Park melipat bibirnya gugup, masih memaku pada Yoongi yang menatap kosong ke sembarang arah.
" Jadi... Semua proses perpindahanmu ke Busan sudah selesai? " Tanya Sunyoung memecah keheningan.
" Iya eomma. Daddy-nya Jimin juga sudah menyelesaikan urusannya. Minggu depan kami sudah bisa pindah ke Busan " jawab wanita itu.
" Mendadak sekali ya, " ujar Sunyoung dengan sedikit kekehan, tidak menyiratkan sebuah sindiran sama sekali meskipun tak menampik dirinya sama terkejutnya mendengar kabar itu.
" Sebenarnya rencana untuk pindah ke Busan sudah lama, beberapa bulan lalu prosesnya sudah kami lakukan. Hanya karena cukup alot, kami pikir membutuhkan waktu yang lama, ternyata selesai begitu saja " jelas dokter Park sedikit merasa tak enak hati. Menyesal karena tak menceritakannya sejak lama.
Bagaimanapun juga keluarga Min sudah sangat baik menerima Jimin dan dirinya di sini. Mereka bahkan tak segan menganggap Dokter itu sebagai salah satu putri dan Jimin sebagai salah seorang putra di keluarga ini.
Sama seperti terpukulnya Yoongi, Dokter Park bahkan tak bisa membayangkan bagaimana putranya nanti saat mengetahui bahwa bayi itu tak akan bisa lagi bertemu dengan kakak kesayangan dalam jangka waktu yang lama.
Jimin terlalu menyukai Yoongi. Segala hal tidak pernah lupa diceritakan oleh bayi itu kepada sang ibu. Entah apa yang sudah pemuda itu lakukan, dengan sikapnya yang kaku dan dingin, terkadang dokter Park berpikir Jimin hanya mengarang cerita, tapi setelah melihat bagaimana Yoongi merawat Jimin berhari hari dirumah sakit, wanita itu tau, hanya orang -orang tertentu saja yang dapat melihat hangat dan perhatian seorang Min Yoongi.
Melihat tak ada respon apapun dari pemuda di depannya, Dokter Park semakin mengkhawatirkannya. " Yoongi, apa kau baik-baik saja? Sepertinya kau sakit ya? "
Sunyoung ikut melirik putranya, " Mungkin Yoongi hanya kelelahan, sejak pagi memang sudah tidak bertenaga seperti itu. Tidak apa-apa jangan khawatir " ucapnya menenangkan wanita muda disampingnya yang menyimpan perasaan bersalah.
"Pasti karena seminggu ini pulang pergi kerumah sakit untuk merawat Jimin. Maaf sudah merepotkanmu ya " Dokter Park menatap Yoongi tulus lalu mengarahkannya pada wanita yang lebih tua darinya. Perasaaanya benar-benar campur aduk saat ini antara merasa bersalah dan juga khawatir. Bagaimanapun, menyampaikan kabar secara tiba-tiba seperti ini juga adalah hal yang berat baginya.
Yoongi tidak tahu lagi harus memberikan respon seperti apa, semua masalahnya berputar - putar dikepalanya. Meski begitu semua penjelasan yang didengar saat ini sangat ia pahami dan itu semakin membuat kepalanya seperti dihantam beban berat.
Sebenarnya Yoongi sendiri tidak tahu apa yang menjadi alasannya terpukul atas berita itu. Sempat terpikir sumber uangnya akan hilang, konten dalam videonya akan lenyap -meski sudah diambang kehancuran- tetapi hati kecilnya menampik. Namun, saat hati kecilnya mengatakan bahwa sepertinya Yoongi sudah jatuh hati pada kegemasan gumpalan daging itu, justru pikirannya yang menolak mentah-mentah. Tidak ada yang berubah menurutnya, Jimin yang datang saat itu dimatanya adalah Jimin saat ini, menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manny
FanfictionSeorang freelancer yang tidak menyukai anak kecil terpaksa meniadi seorang Nanny laki-laki bagi seorang balita karena membutuhkan uang. Bagaimana pemuda dingin bermulut sarkas itu menjaga 'uangnya' (re: adik asuhnya) yang memiliki tingkah diluar pe...