Halo,
selamat menikmati
.
.
.
Yoongi menatap nanar ponselnya yang menjadi sumber dari masalah yang terjadi pada dirinya dan juga Jieun. 20 tahun lebih persahabatannya hancur begitu saja hanya karena sebait permintaan sekaligus pernyataan paling konyol yang pernah dia berikan pada Jieun seumur hidupnya.
Masih menjadi teka-teki tak terpecahkan baginya terkait siapa yang mengirimkan teks pesan singkat itu lebih dari seminggu yang lalu. Yoongi mengakui bahwa dirinya dengan sadar sempat mengetikkan itu di pesan singkat yang ditujukan pada sahabatnya, tetapi dirinya berani bersumpah tak pernah mengirimkannya.
Semakin berusaha Yoongi untuk memutar kilas balik detik-detik kejadian saat itu dalam memorinya, kali saja ada kesalahan yang terjadi murni karena perbuatan tangannya, justru pemuda itu tak menemukan apapun selain kepalanya yang semakin berdenyut nyeri.
Spekulasi-spekulasi coba ia rangkai, berbagai kemungkinan terjadi disusun rapih menjadi sebuah benang merah yang masih saja bertumpuk kusut. Tak ada realitas yang masuk akal, masih kekeh pada pendiriannya bahwa pesan itu tak pernah berakhir menjadi salah satu riwayat pesan di tangannya. Apa mungkin ada campur tangan sosok makhluk tak kasat mata dalam kepelikan hubungannya dengan Jieun, Yoongi seorang yang paling rasional akhirnya memasukkan praduga konyol itu kedalam listnya.
Yoongi hendak membaringkan kepalanya yang berdenyut nyeri sejak semalam sebelum pintu kamarnya didobrak begitu saja oleh segerombolan gumpalan daging yang berhasil membuatnya terlonjak kaget. Tangan kanannya mengusap dadanya yang hampir saja berlubang karena jantungnya yang melompat keluar.
Sementara segerombolan gumpalan daging bernyawa itu berlarian menghampiri meja kerjanya, pemuda berkulit pucat itu hanya mampu memijat pangkal hidungnya sebagai upaya mengurangi pening dan menetralkan emosinya yang hampir meledak. Tubuhnya yang kehilangan energi mengurungkan niat untuk menendang satu persatu pemilik suara cempreng yang memekik ribut menatap kagum peralatan kerja designnya.
Seperangkat alat canggih itu masih dalam keadaan tidak menyala, tetapi keempat sumber kebisingan masih memaku pandang dengan penuh binar. Entah apa yang ada dipikiran mereka yang jelas dua diantaranya paling semangat tanpa segan menggerakkan jemari kecil nan gemuknya di atas peralatan canggih itu, sedangkan dua lainnya hanya ikut memandangi di bagian belakang.
" apa yang kalian lakukan, keluar dari kamarku! " perintah Yoongi dengan suaranya yang terdengar lelah meski baru saja bangun dari tidurnya.
Salah satu dari mereka mendengarkan, sisanya pura-pura tidak mendengarkan. Salah seorang bocah itu mendekat, dirinya yang terlihat lebih tua diantara yang lainnya menaiki ranjang tidur Yoongi tanpa canggung, menginjakkan kakinya hingga berada tepat dibelakang punggu lebar itu dan mengalungkan tangannya di leher Yoongi. Kepala kecilnya menyembul dari samping.
" Hyungie, Hobi disini! " informasi yang diberikan dengan riang.
Dua bocah lainnya yang sibuk dengan peralatan milik Yoongi sama sekali tak terusik, sedangkan seorang lainnya memperhatikan interaksi kedua orang di atas ranjang tidur itu dengan wajah kesal, bibirnya mengerucut lucu. Kedua tangannya bahkan tak sadar sudah memilin kasar hidung boneka beruangnya.
Yoongi mengusap wajahnya kasar, kemudian melirik pada bocah kecil di punggungnya dengan wajah kusut, kemudian memberikan usapan gemas di kepala sikecil.
" dengan siapa? " suara serak Yoongi hampir tak terdengar. Begitu rendah dan lemah. Ditelinga bocah itu saja hanya seperti sebuah bisikan.
" Namu Hyung, ada diluar. Aku bertemu Jimin dan si kembar tadi di depan rumah hyungie. Lalu aku ajak bermain" jawabnya riang sekaligus memberikan banyak informasi tak penting dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manny
Hayran KurguSeorang freelancer yang tidak menyukai anak kecil terpaksa meniadi seorang Nanny laki-laki bagi seorang balita karena membutuhkan uang. Bagaimana pemuda dingin bermulut sarkas itu menjaga 'uangnya' (re: adik asuhnya) yang memiliki tingkah diluar pe...