Part 3 - 2

141K 5.5K 156
                                    

Felicia mengikuti Asep menuju mobil mewah keluaran terbaru berwarna putih mengilap yang sudah terparkir di pekarangan rumah dengan posisi siap jalan.

Baru kemarin Felicia menolak saat Marco memintanya untuk memilih mobil yang ia inginkan, tapi pagi ini sudah ada mobil mewah di depan matanya.

Felicia masuk ke dalam mobil. Membiarkan Asep membawanya ke tujuan.

Sebelum mengunjungi orangtuanya, ia mampir ke sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di bilangan Penuin.

Saat sedang memilih biskuit yang akan ia bawakan untuk orangtuanya, mata Felicia menangkap satu sosok yang sangat ia kenal. Seketika dadanya berdebar tak menentu.

Seperti tahu ada orang yang sedang memandangnya, sosok itu menoleh. Beberapa detik kemudian senyum menawan menghias wajah itu.

"Felicia?"

"Hai, Kelvin, apa kabar?"

"Baik. Kau ke mana saja? Beberapa hari ini aku sama sekali tidak melihatmu," ucap Kelvin sambil memegang bibir keranjang belanjaan Felicia.

Felicia tersenyum kaku. Kelvin belum tahu kalau ia sudah menikah. Tepatnya semua temannya tidak ada yang tahu. Bahkan, adiknya Devon juga ia wanti-wanti agar tidak memberi tahu siapa pun, apalagi Kelvin. Tamu undangan resepsi pernikahannya dan Marco kemarin sembilan puluh sembilan persen dihadiri oleh teman-teman dan kerabat Marco. Dan Felicia berharap, foto pernikahannya dan Marco yang mengisi kolom surat-surat kabar lokal, tidak sampai ke tangan Kelvin, atau setidaknya pria itu tidak membaca berita yang satu itu. Tapi mengingat Kelvin yang mempertanyakan keberadaan dirinya beberapa hari ini, Felicia bisa bernapas lega.

"Dengan siapa di sini, Kelv?" tanya Felicia tanpa menjawab pertanyaan Kelvin.

"Sendiri. Dan kau?"

"Aku juga sendiri." Jawaban yang jelas-jelas bohong, tapi Felicia terpaksa melakukannya. Ia tidak mungkin mengatakan pada Kelvin kalau ia bersama sopir pribadi, yang pastinya akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan.

"Setelah ini kau mau ke mana? Bagaimana kalau bersamaku saja. Kita searah, kan?"

Felicia terdiam. Pikirannya melayang pada Asep. Jika ia pergi bersama Kelvin, Asep pasti bingung mengapa ia tidak muncul-muncul. Untuk menghubungi Asep, Felicia tidak memiliki nomor ponselnya. Lagi pula, meskipun ia mengabari Asep, Felicia ragu Asep akan mengizinkannya pergi tanpa bertanya lebih dulu pada Marco. Dan jika Marco tahu....

"Bagaimana, Fel?" tanya Kelvin lagi.

Lamunan Felicia buyar. "Emm..., aku tidak mau merepotkanmu."

Kelvin tersenyum menawan. "Aku sama sekali tidak merasa direpotkan."

Akhirnya Felicia mengangguk samar.

Tiga puluh menit selanjutnya Kelvin menemani Felicia belanja. Setelahnya mereka meninggalkan pusat perbelanjaan bersama-sama. Di dalam hati Felicia hanya berharap Asep tidak melapor pada Marco kalau Nyonya-nya menghilang.

***

Bersambung...

minta vote dan komen cetar ya, kawan2. makasi...

Lovee,

Evathink

repost, 23 maret 2019







Bukan Istri Bayaran [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang