Part 4
Marco tidak berbicara sepatah kata pun, hanya berlalu dengan wajah datar setelah menyerahkan tas kerjanya pada Felicia.
"Mau mandi dulu atau makan, Marc?" tanya Felicia berusaha bersikap hangat, mengabaikan rasa kesalnya yang sebenarnya telah meningkat karena merasa tidak diacuhkan. Bagaimanapun, Marco sudah membantunya keluar dari kesulitan finansial.
"Kau sudah makan?" tanya Marco tanpa senyum secuil pun. Ia duduk berselonjor di sofa ruang tamu.
Sekilas Felicia melirik dua kancing teratas kemeja Marco yang sudah terbuka. Darahnya berdesir melihat bulu-bulu yang tumbuh di dada bidang berotot itu.
Felicia menggeleng pelan sambil menahan desir-desir sensual yang menjalar di seluruh sarafnya.
"Sudah pukul sembilan malam, mengapa belum makan?" tanya Marco dengan nada datar.
Felicia terdiam. Terpaku. Marco dingin, tapi cukup perhatian dengan menanyakan mengapa ia belum makan padahal malam kian beranjak.
"Aku menunggumu," ujar Felicia pelan.
"Aku sudah makan."
Darah Felicia seketika bergolak mendengar jawaban singkat nan dingin itu. Ia kelaparan menunggu sang suami pulang untuk makan malam bersama, tapi yang ia tunggu ternyata sudah makan dan sama sekali tidak merasa bersalah—meminta Felicia memasak, tapi kemudian melupakan hal itu.
Dengan perasaan kesal yang sebisa mungkin ia tekan dalam-dalam, Felicia beranjak meninggalkan Marco sambil membawa tas kerja suaminya. Ia masuk ke ruang kerja Marco yang masih terletak di lantai dasar rumah, lalu menyimpan tas tersebut di sana.
Setelah itu, tanpa bersuara Felicia ke ruang makan dan mulai memanaskan sup ikan yang tadi ia masak.
Meski kesal, Felicia hanya diam. Ia sangat sadar posisinya sebagai istri bayaran Marco.
Istri bayaran!
Tidak ada yang lebih menyedihkan selain menjadi istri bayaran. Ia bukan hanya mengorbankan kebebasan menemukan orang yang akan ia cintai untuk menjadi pasangan hidupnya, tapi ia juga hidup dalam keadaan yang sangat tidak menyenangkan.
Tadi siang, ia harus kembali ke pusat perbelanjaan tempat Asep menunggunya hanya tiga puluh menit setelah tiba di toko orangtuanya. Ia tentu saja tidak mau Asep cemas dan menelepon Marco, menyatakan tidak bisa menemukannya.
Suara derap pelan langkah kaki membuat pikiran-pikiran Felicia buyar. Ia menoleh dan melihat Marco melangkah menuju meja makan, menarik kursi di balik kepala meja dan duduk di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Bayaran [Tamat]
Romance[Sebagian part sudah di unpublish!] ●Masuk katagori "paling digemari komunitas"pada 10 desember 2019 Felicia butuh pinjaman uang yang nilainya tidak sedikit, dan yang bersedia membantunya hanyalah Marco, seorang pria lajang kaya raya. Tapi, Marco ti...