02. Androphobia

178 100 126
                                    

Ada luka yang membekas dan ada juga yang tidak membekas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada luka yang membekas dan ada juga yang tidak membekas. Namun bekas luka yang paling sakit adalah bekas luka hati.

_________________________________________

"Dia murid beasiswa itu?"

"Hey dia berasal dari keluarga mana?"

"Aku tidak pernah melihatnya, apakah dia dari kalangan....ekhem, maybe?"

"Bagaimana dia mendapat beasiswa? Aku tidak yakin sih, tapi orang dari keluarga biasa sepertinya? Bisa?"

"Kalian ini ribut sekali, gunanya beasiswa ya untuk murid yang tidak seperti kita, kalian pikir hanya yang kaya yang bisa masuk disini. Bodoh."

Semua perkataan itu Septha dengar, namun tak dia pedulikan sama sekali. Septha memang sudah memprediksikan hal seperti itu sebelumnya, meskipun begitu, baguslah tidak terlalu menyakitkan hati. Septha tau mereka tidak akan percaya begitu saja karena dia dari kalangan keluarga biasa, bukan seperti mereka.

"Menjadi keluarga biasa yang mendapat beasiswa salah, menjadi keluarga besar namun dapat beasiswa, pasti mereka juga berfikir aku itu curang. Apa-apaan." Septha membatin tak terima, meskipun dia sedikit kesal, namun Septha tetap berjalan tanpa masalah menuju panggung.

Setelah beberapa detik berjalan menuju panggung, sekarang Septha sudah berdiri di atas panggung sebelah Pak Derda sambil menampilkan senyumnya. Murid-murid tidak ada yang membicarakannya lagi. Ya ada untungnya juga mereka dari keluarga besar, seorang anggota keluarga besar yang baik akan menjaga image baiknya dengan cara tidak menjelekkan orang lain secara langsung, apalagi membuat orang lain membenci mereka.

"Septha menjadi penerima beasiswa tahun ini dan menjadi murid yang mendapat peringkat pertama seangkatan kelas 10. Saya senang ada murid beasiswa tahun ini, semoga tahun-tahun berikutnya, murid beasiswa semakin bertambah." ketua OSIS maju kedepan untuk memberikan sebuah kertas penghargaan, kemudian Pak Derda memberikan Septha sebuah kertas penghargaan itu karena bisa menjadi murid berprestasi dari kelas 10. Bukan karena beasiswanya, melainkan Septha yang berhasil menduduki peringkat satu seangkatan kelas 10 tahun ini.

Septha menerima kertas penghargaan itu dengan jarak yang lumayan dengan Pak Derda, namun tangannya masih tetap bisa menggapai kertas penghargaan itu, sudah berjarak begini saja tangan Septha bergetar, bahkan sekarang jantungnya berdebar tak karuan.

Semua murid bertepuk tangan, dilihat dari tempat Septha berdiri, semua murid bertepuk tangan dengan sopan. Septha sedikit iri dengan mereka, pasti mereka belajar hal itu karena orang tua mereka dari keluarga besar. Septha hanya tersenyum kikuk sekarang, berdiri di atas panggung bersebelahan dengan Pak Derda membuatnya gemetaran, kakinya untuk saat ini bergetar, meskipun wajah murid-murid itu terlihat antusias dalam memberikan apresiasi kepada Septha, namun entah mengapa Septha tidak nyaman dengan tatapan mereka.

Geomest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang