16. Perdagangan

53 22 16
                                    

Tidak ada kata pengecualian untuk semua hal yang buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada kata pengecualian untuk semua hal yang buruk.

_________________________________________

Septha dan Walen kini berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. Mereka sama-sama diam, Walen diam karena dia tidak habis pikir dengan Septha. Pantas saja jika Septha bisa mendapatkan beasiswa Geomest, juga mendapat tawaran khusus kepala sekolah untuk masuk ke dalam kelompok Detektif group. Ternyata pemikiran Septha tak sedangkal itu. Bahkan Walen berpikir, sepertinya tingkat menganalisa Septha lebih tak terduga dengan tingkat menganalisa Willy kakaknya itu.

"Kak Walen," Panggilan Septha terhadapnya ini membuat Walen sedikit tak nyaman sekarang.

"Panggil gue Walen aja lah." Septha terkejut dengan ucapan Walen, bukankah selama ini dia baik-baik saja bila dipanggil seperti itu? Kenapa sekarang tidak mau?

"Kenapa kak?"

"Gue bukan kakak kelas yang gila hormat banget sama adkel. Untuk gue, tadi udah cukup sebagai alasan." Septha merasa bahwa Walen adalah kakak kelas yang memang kurang dekat dengan beberapa adkel yang lain, namun Walen bisa dengan sangat mengerti dengan orang yang dikenalinya.

"Aku manggil kakak bukan karena aku menghormati kakak, kok. Hanya saja kak Walen mempunyai alasan untuk bisa aku anggap sebagai kakak sendiri." Septha tersenyum, Walen yang melihatnya sedikit salah tingkah. Kakak? Tanpa dijelaskan pun Walen sudah mengerti apa arti dari kata itu, bukan hanya soal kakak kelas saja.

"Aku boleh bertanya sesuatu nggak kak?"

"Tanya apa?"

"Anggota Detektif group itu setiap anggota tidak mengenali anggota lain, atau nggak?" Walen meletakkan jari telunjuk dan jempolnya di bawah dagu, nampak berpikir. Septha bingung dengan hal itu.

"Kita saling tau satu sama lain kok, setelah lo tau gue dan Willy, besok lo akan kenalan sama lainnya lagi. Untuk sekarang ini kalau boleh jujur kita sedikit kesusahan karena anggota yang cuman empat, ditambah lo jadi lima. Karena setiap tugasnya dilakauin sama satu orang, padahal juga masih ada tugas sekolah yang lain selain ini." Walen menghela napas, Septha berpikir kekurangannya anggota Detektif group karena kelas 11 sekarang kurang dipercayai oleh mereka.

"Seharusnya yang masuk ke dalam Detektif group itu para anak kelas 11 sekarang, soalnya mereka yang udah kelihatan dari lama, menurut gue anak kelas 10 masuk ke dalam Detektif group itu kurang gimana gitu untuk gue. Antara belum terlalu banyak informasi gimana nanti dia di sekolah ini dan gimana juga tanggung jawab dia sama tugas yang sekolah kasih." Septha meneguk salivanya, walaupun Septha bisa setelah diyakinkan oleh pak kepsek, tapi jika ditanya sepercaya itu atau tidak, jawaban Septha tidak terlalu yakin, karena ini kali pertamanya ia masuk ke dalam ekstrakulikuler seperti ini.

"Tapi tenang aja, gue bukanya mencurigai lo. Tapi gue cuman kasih clue aja kalau kasus anak kelas 10 ini lumayan, apalagi tentang kasus temen lo itu. Walaupun itu kasus tersingkat yang pernah kita tangani, tapi kalau sampai nyawa sebagai gantinya, itu kegagalan yang sangat gagal." Ya itu benar, padahal baru saja kami masih baru di sekolah ini, tapi Auren sudah ada kasus mengenai pembunuhannya saja.

Geomest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang