08. Perempuan rambut pendek

91 61 5
                                    

Akankah ada sebuah jalan yang ditemukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Akankah ada sebuah jalan yang ditemukan?

___________________________________________

Sekarang Septha sudah terbaring di ranjang UKS dengan ditemani oleh Qilla, Laya, seorang dokter Geomest dan juga satu anak PMR yang sedang bertugas. Sedangkan Pak Daka tak berani ada di dalam karena takut jika Septha akan bangun dan histeris ketika melihatnya.

"Kondisi tubuh Septha baik-baik saja. Mungkin karena ada sesuatu Nak Septha jadi seperti ini, tapi tidak perlu khawatir." Qilla dan Laya bernapas lega mendengarnya, dokter itu beranjak dari ruangan, anak PMR yang sedang bertugas menyeduh teh untuk diminum Septha ketika sudah bangun nanti.

"Saya pikir kalian bisa menjaga Septha, saya masih ada jam untuk mengajar, tidak papa 'kan, bapak tinggal?" Pak Daka bertanya dari pintu UKS yang terbuka, Qilla hanya mengangguk, Pak Daka pun mulai melangkah menuju ke kelas.

"Kenapa bisa Septha seperti ini?" Laya bertanya sambil mengarahkan pandangannya ke arah Septha, pandangan Laya seakan-akan kesal dan kasihan terhadap Septha, Qilla melihatnya dan dia hanya diam sesaat untuk menjawabnya, Qilla juga tidak tau apa yang dialami Septha sebenarnya.

"Kemarin saat kita pulang setelah menghadiri orientasi hari ke dua, aku melihat Septha keluar dari rumah sakit. Aku tanya Septha hanya menjawab jika dia hanya memeriksakan kesehatan," Qilla menjawab dengan menceritakan kejadian lalu. Qilla juga merasa kasihan melihat Septha seperti ini, pasti ada yang ditutupi Septha dari mereka.

"Kalian berdua teman dekat Septha itu, ya?" Anak PMR yang sudah selesai menyeduh teh itu ikut dalam perbincangan, membuat Qilla dan Laya menatap ke arah anak PMR tersebut.

"Ya," jawab Qilla dengan nada rendah, bahkan nyaris tidak kedengaran jika saja ruangan itu tidak sepi.

"Aku tau perasaan kalian yang sedih. Tapi teman kalian ini akan baik-baik saja dengan hanya melihat kalian yang menemani di sampingnya." Anak PMR itu menuangkan teh yang baru dia seduh itu ke 3 cangkir putih.

"Aku tidak bisa banyak membantu karena Septha tak terluka ataupun apa. Tapi mungkin teh akan membantu kalian untuk tenang." Anak anggota PMR itu memberikan satu-satu teh yang berada di cangkir kepada Qilla dan Laya. Mengingat Septha yang belum bangun, satu cangkir berisi teh itu tersisa di atas meja.

"Aku tak mengetahui dirimu. Siapa namamu?" Qilla bertanya penasaran sambil menyeruput teh miliknya. Bau lemon tercium dari teh itu.

Gadis itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan dari Qilla. Dia hanya berpikir jika, memanglah dia tak seterkenal murid dengan kelebihan mereka, entah itu prestasi ataupun berasal dari keluarga terpandang. Dia saja masuk ke dalam Geomest karena sebuah keberuntungan yang entah mengapa memilihnya untuk mendapatkannya.

Geomest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang