09. Kertas ancaman

92 57 17
                                    

Perlu ada yang namanya berpikir matang untuk melakukan hal apapun itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlu ada yang namanya berpikir matang untuk melakukan hal apapun itu.

___________________________________________

"Auren, sebenarnya aku tak ingin lari dari ucapanku. Namun, jika aku saja tidak tau apa yang kamu rencanakan akan aku yang ikut masuk ke dalam semua ini. Aku pikir kamu juga mengerti aku sebingung apa." Seperti yang Septha inginkan, dia akan berbicara dengan Auren di jam istirahat ini. Dan itu terjadi sekarang, Laya dan Qilla memutuskan untuk pergi ke kantin membeli minum, sedangkan Septha tak ikut karena ini.

"Maaf karena ku, kamu jadi ikut terlibat ke dalam ini semua tanpa kau mau. Aku rasa memang kamu tidak ingin terlibat, tapi situasi menjadikanmu terlibat," perkataan Auren yang terdengar bersalah di telinga Septha membuat Septha memandang Auren sedikit kasihan. Hanya sedikit, karena tak semua manusia berkata lirih itu kasihan.

"Kamu juga mengidap Androphobia bukan? Itu akan memperburuk 'kan?" Septha menyernyit, bagaimana bisa Auren tau dirinya mengidap Androphobia? Apakah Auren menguping pembicaraannya dengan Laya dan Qilla tadi?

"Kamu tau?"

"Maaf lancang karena aku tak sengaja mendengar, namun aku berani sumpah aku tidak akan mengatakannya kepada siapa-siapa." Septha menghela napas pelan. Sudah ada tiga orang di sekolah ini yang mengetahui jika Septha memiliki Androphobia. Siapa lagi yang akan mengetahuinya? Jika semakin banyak orang yang tau, semua juga pasti akan tau Septha mengidap Androphobia.

Tak masalah mau seberapa orang mengetahui Septha mengidap Androphobia. Namun Septha telah tenang tanpa ada banyak orang yang tau jika dia mengidap Androphobia, Septha berpikir mungkinkah Androphobianya itu menjadi bumerang ketika semua orang tau. Kesempatan membully? Kesempatan yang membuat Septha turun peringkat? Septha tak pernah berpikir jika dunianya tak ada kata 'persaingan' apalagi dengan dirinya yang harus menjaga penuh nilai akademik.

Tak mudah untuk menjaga hal itu, jika sampai tak bisa terjaga. Beasiswa yang Septha dapatkan bisa dicabut dan Septha juga tak bisa melanjutkan sekolahnya, trauma yang membuatnya mengidap Androphobia saja belum selesai, trauma gagal dan perundungan juga akan Septha rasakan setelahnya tentunya. Semua itu yang akan menampung rugi juga Mamanya.

"Auren, apa hubunganmu dengan Pak Daka? Aku akan aman untuk membantumu jika aku mengetahuinya." Septha kadang bisa menjadi gadis baik hati dan polos ketika berhubungan dengan hal yang sepele dan yang tidak membuatnya bahaya. Namun ini berbeda, tak ada waktu untuknya bersikap baik hati seperti biasanya.

"Aku tak bisa memberitahukanmu atas semua ini. Namun, aku tidak berniat untuk memanfaatkannya Septha. Hanya saja, hanya saja aku ingin kamu menjadi pengalih Pak Daka supaya dia lebih memperhatikanmu dulu, dari situ aku akan menunggu kabar orang tuaku untuk melakukan apapun setelahnya." Penjelasan Auren membuat wajah Septha tak serius seperti tadi. Mungkin penjelasan hubungan antara Auren dan Pak Daka sangat rahasia.

Geomest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang