10. Bukti

75 44 3
                                    

Tak telat 'kan?____________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak telat 'kan?
____________________________________________

Septha berusaha membuka matanya agar bangun, setelah bisa membuka mata cukup lebar, gadis itu mulai duduk dengan benar di atas kursi meja belajarnya, nampak mengumpulkan nyawanya setelah satu malam tidur tak di ranjangnya.

Beberapa detik Septha mengumpulkan nyawa, akhirnya dia tersadar akan sesuatu. Seketika itu juga mata Septha melebar, dengan cepat dia mengecek komputernya, percakapannya dengan seseorang yang akan membantunya itu belum selesai, namun dia justru ketiduran.

Saat Septha bergerak, tangannya terasa sakit, mungkin karena semalaman menyangga kepalanya, kakinya juga terasa mati rasa. Semua badan Septha rasanya tak enak untuk digerakkan, rasa pegal itu ia rasakan ketika mencoba bergerak.

Septha mengecek komputernya, bersikap bodo amat dengan tangannya yang pegal akibat menyangga kepalanya semalaman. Septha hanya melihat balasan 'jika dia mulai mengganggumu, hubungilah kami segera, kami juga sedang mengawasinya' Septha bernapas lega dengan itu. Kemudian Septha mematikan komputernya dan meregangkan otot-ototnya yang pegal, jam menunjukkan pukul setengah enam pagi, mau Septha tidur jam berapapun itu, pasti bangunnya tak jauh-jauh dari jam enam pagi.

Ditengah-tengah dia meregangkan tubuh, Septha melihat cahaya notifikasi ponselnya berkedap-kedip. Itu artinya ada sebuah atau lebih aplikasi yang mengiriminya notifikasi, biasanya sih aplikasi hiburannya jika pagi-pagi begini, jarang ada yang chat Septha pagi-pagi seperti ini.

Septha mengambil ponselnya kemudian membuka ponselnya tersebut, melihat-lihat apakah ada notifikasi yang penting. Dan sampai dimana Septha melihat 50 pesan yang dikirim oleh Auren dari kemarin, Septha mendelik akan hal itu. Apakah Auren dalam bahaya? Septha dengan cepat melihat chat apa yang dikirim oleh Auren untuknya, pasti pertanda bahaya, namun tak tau bahaya apa itu.

Pesan yang banyak itu kebanyakan adalah pesan pengulangan Auren yang meminta Septha menemaninya malam ini, Septha merasa bersalah tidur lebih awal, jika saja dia bisa tidur lebih malam lagi, mungkin dia bisa menjawab pesan Auren yang terlihat sangat ketakutan itu. Entah orang tua Auren akan pulang kapan mengurus semua ini, namun jika orang tua Auren belum kembali, maka Auren hanya memiliki Septha untuk membantunya. Septha membalas pesan Auren dengan balasan 'jangan takut Auren, aku akan melindungimu. Lawan dia Auren' kemudian Septha menyernyit dan bersiap untuk mandi.

Rasanya tak sabar untuk Septha masuk ke sekolah, bukan karena apa-apa. Septha hanya sedang mencari sesuatu, mencari bukti. Tak mungkin bagi pelaku tak meninggalkan bukti sekecil apapun di kelas yang padahal waktu itu, disaat kelas sepi, pelaku datang ke kelas. Untuk apa jika tidak melakukan apa-apa? Septha yakin, Pak Daka adalah seorang guru, dirinya tak sebodoh itu juga untuk meneror seorang putri keluarga terpandang.

Untuk mencari bukti semacam itu, Septha harus mencarinya di kelas ketika semua anak tak ada di kelas. Ini bersifat rahasia, tak mungkin untuk Septha mencari ke sana dan ke sini dengan para murid yang melihatnya, akan dikira apa nanti Septha oleh para anak-anak kelas itu.

Geomest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang