Desember, 2035
Joanna sedang menatap tanah lapang di samping jalan raya. Batinnya bersorak kegirangan. Karena akhirnya bisa mewujudkan mimpinya. Membangun sesuatu di desa tempat kelahiran.
Ya, meskipun bukan sesuatu yang besar. Namun Joanna ingin sedikit memberi manfaat di sekitar. Khususnya di kampung halaman.
"Tempat ini adalah tempat yang paling strategis. Sebenarnya banyak yang menawar tanah ini dengan harga tinggi. Namun sengaja kutahan untuk project study center yang akan kamu bangun dalam kurun waktu dekat ini."
"Terima kasih, Pak."
Ucap Joanna pada Samsul, karena orang tuanya memang sudah memesan pada orang itu. Mengatakan jika anaknya akan membangun sesuatu di desa itu.
Setelah melihat tanah yang akan dibangun dalam kurun waktu dekat, Joanna tidak langsung pulang. Namun menemui kepala proyek yang akan membangun study centernya.
"Akan saya pastikan, kinerja tukang-tukang saya akan memuaskan!"
Joanna mengangguk semangat. Karena dia benar-benar tidak sabar ingin cepat-cepat merealisasikan impian. Ingin memberi insight baru pada banyak orang. Ingin menyelamatkan anak-anak dari pernikahan dini yang nantinya akan mempersulit hidup sendiri. Apalagi jika mereka tidak dibekali banyak materi oleh orang tua masing-masing.
Joanna kembali memasuki mobil setelah berpamitan pada orang tadi. Lalu jalan-jalan keliling tempat ini. Ingin lebih mengenal lingkungan sekitar study center yang akan dibangun dalam kurun waktu dekat nanti.
Tidak ada banyak yang ditemukan. Hanya ada satu tambal ban dan satu warung tenda. Apalagi lampu jalan. Sehingga sudah dapat dipastikan jika jalanan ini pasti akan gelap ketika malam.
6. 10 PM
Jeffrey baru saja pulang kerja. Hari ini dia kerja menjadi kurir pengantar barang. Seharian. Setelah dia selesai menambal ban.
Ketika pulang, Jeffrey disambut hangat oleh istrinya. Kalandra, wanita yang dulu dikenal dari sosial media. Dia berasal dari pulau sebrang yang kala itu sedang meratau di Jakarta. Sehingga mereka dapat berjumpa dan berakhir pacaran, hingga menikah seperti sekarang.
"Papa sudah pulang, Ma?"
Tanya Raja yang baru saja keluar dari kamar. Dia baru saja bermain gitar dan menahan lapar karena menunggu ayahnya pulang kerja. Sebab ibunya memberi peraturan jika mereka harus selalu makan bersama jika tidak ada halangan.
"Sudah! Ayo makan!"
Seru Kalandra, wanita cantik berusia 38 yang saat ini memakai daster rumah. Rambut lepek dan wajah berminyaknya bahkan tidak melunturkan kecantikannya. Sebaliknya, dia bahkan tampak begitu menawan di mata suami dan anaknya.
Setelah mencuci tangan, Jeffrey menduduki salah satu kursi makan. Lalu melangsungkan makan malam dengan penuh tawa dan candaan. Mereka tampak begitu bahagia meksipun hidup pas-pasan.
Bahkan, malam ini mereka hanya makan nasi, sayur sup dan tahu saja. Tidak ada telur, ikan, apalagi ayam. Karena mereka memang sedang berhemat agar Raja bisa berkuliah kelak. Agar anak itu bisa mewujudkan mimpinya untuk menjadi arsitek di masa depan.