6/6

615 118 131
                                    


Joanna sedang tiduran di atas sofa bersama Merida. Karena dia memang berniat tinggal di sana seharian pasca study center ini dibuka. Apalagi setiap malam akan ada tambahan dua security yang berjaga. Sehingga dia tidak perlu takut jika ada penjahat datang.

Semenyedihkan apa hidupnya yang sekarang?

Batin Joanna sembari menatap langit-langit ruangan. Lalu menelisik pada beberapa tahun ke belakang. Ketika dia dan Jeffrey berpacaran. Hingga akhirnya putus lima bulan kemudian.

Flashback.

Joanna sedang rebahan di atas ranjang. Bertukar pesan dengan pacarnya yang sedang meratau di Jakarta. Bukan untuk kuliah, namun untuk bekerja. Jadi supir bos besar katanya. Hingga membuatnya dapat gaji jutaan rupiah meskipun baru beberapa bulan lulus SMA.

"Halo? Kamu di mana? Katamu sudah selesai kerja? Kenapa balasnya lama? Kamu macam-macam di sana, ya?"

Tanya Joanna sembari menggigit bibir bawah. Dia takut, takut jika Jeffrey kembali melakukan kebiasaan nakalnya. Sama seperti ketika di desa.

Mabuk-mabukan dan merokok sembarangan. Serta, menggoda setiap perempuan yang lewat di depannya.

Aku baru saja keluar. Diajak teman karaokean. Aku tidak akan macam-macam jika itu yang kamu takutkan.

"Karaokean di mana? Pasti minum-minum, kan?"

Sedikit. Kamu tenang saja. Aku bisa jaga diri di sini. Tidak enak juga kalau menolak ajakan teman baik. Sayang? Kamu marah? Oke-oke, aku pulang sekarang. Tunggu! Jangan dimatikan.

Joanna diam saja dan hanya mendengar derap kaki yang sedang melangakah cepat. Dia juga mendengar Jeffrey yang sedang berpamitan dengan teman-temannya yang Joanna tidak tahu siapa.

Aku balik sekarang, gengs! Sakit perut!!!

Yah! Tidak seru!!!

Sorry-sorry!!!

Halo? Sayang? Kamu dengar, kan? Aku sedang dalam perjalanan pulang sekarang. Kamu sedang apa? Sudah makan, kan?

"Rebahan. Aku menunggumu senggang seharian. Tapi kamu justru enak-enakkan main dengan teman-temanmu di sana!"

Hehehe, maaf. Kukira kamu sudah tidur dan tidak menungguku selesai kerja. Kapan ujian? Kalau liburan, datang ke Jakarta, ya? Bilang saja mau menengok Mawar. Nanti aku yang pesankan tiketnya. Pulangnya aku antar.

"Minggu depan. Sebenarnya aku sudah ada rencana ke Jakarta. Tante Maya mau menengok Kak Mawar dan aku diajak. Nanti kita bisa bertemu ketika aku sudah tiba di sana."

Yes!!! Nanti kabari tanggal berapa! Aku akan mengajukan libur juga.

Dua minggu kemudian, Joanna berangkat ke Jakarta bersama orang tua Mawar. Joanna sangat senang berada di sana. Apalagi setelah melihat bangunan kota yang tinggi menjulang. Belum lagi makanan enak yang bahkan tidak pernah dirasakan ketika di desa. Membuatnya ingin berkuliah juga seperti Mawar. Agar kelak menjadi orang kaya dan bisa membangun gedung tinggi di desanya.

"Joanna libur dua minggu, bagaimana kalau temani aku sampai masuk? Aku sering kesepian karena teman sekamarku sudah lulus. Soal baju ganti, nanti bisa pakai baju-bajuku."

Joanna tentu saja mengangguk setuju. Toh, ketika di rumah dia juga akan sendirian dan tidak melakukan apapun. Ditambah, di kota ini ada Jeffrey yang kapanpun bisa diajak bertemu.

Orang tua Mawar juga setuju. Karena tahu jika Mawar memang sedikit penakut dan butuh teman tidur.

"Nanti Tante yang akan memberi tahu orang tuamu. Kalau butuh barang atau apa, nanti Tante kirim saja barang-barangmu. Untuk pulangnya, nanti Tante belikan tiket kereta untukmu."

Joanna mengangguk cepat. Senang karena dia bisa tinggal di tempat baru. Di lingkungan baru dan bertemu orang-orang baru.

Selama satu minggu di Jakarta, Jeffrey selalu menyempatkan diri untuk menemui Joanna sepulang kerja. Bahkan, mereka sering tidak tidur setiap malam karena Jeffrey memang hanya memiliki waktu senggang jika malam saja. Membuat Joanna kasihan dan tidak tega jika Jeffrey terus saja datang dan mengorbankan waktu tidurnya.

"Kenapa datang lagi? Sudah kubilang, kita bertemu jika kamu libur nanti! Lagi pula, aku masih punya waktu satu minggu di sini!"

Jeffrey hanya tersenyum sembari memeluk Joanna. Saat ini dia masih memakai celana bahan warna hitam dan kemeja pendek warna yang serupa. Karena itu memang seragam Jeffrey ketika menjadi supir di Jakarta.

"Satu minggu itu singkat! Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan! Besok aku libur kerja. Mau jalan-jalan ke mana?"

Joanna tidak menjawab dan langsung melepas pelukan, lalu menatap jendela kamar Mawar yang sedikit terbuka. Iya, Mawar sedang mengintip dirinya yang sedang berpacaran di depan gerbang kosannya.

"Aku ingin menginap di sana!"

Joanna menunjuk bangunan tinggi di belakang mereka. Membuat bulu kuduk Jeffrey meremang seketika. Bukan, bukan merasa takut karena tidak kuat menyewa. Namun merasa takut jika dia tidak bisa menahan hawa nafsunya.

"K---amu serius?"

"Kenapa? Kamu tidak punya uang untuk menyewa salah satu kamar di tempat itu? Ya sudah kalau begitu."

Joanna mulai menduduki kursi kayu di dekat gerbang. Karena di sana memang tempat yang biasa digunakan para penghuni kosan ketika sedang berpacaran.

"Bukan! Uangku banyak! Ayo! Kita ke sana sekarang!"

Seru Jeffrey sembari mengulurkan tangan, membuat Joanna tersenyum senang. Lalu berlari ke kamar Mawar. Mengambil tas ransel yang berisi baju gantinya. Sebab Mawar yang memang menyarankan ide itu padanya.

Joanna tampak senang ketika memasuki mobil yang Jeffrey bawa. Karena Jeffrey memang dibebaskan untuk membawa mobil si bos besar. Mungkin karena Jeffrey kompeten dalam bekerja. Sehingga mendapat kepercayaan yang luar biasa.

Sebelum menuruni mobil, Jeffrey sudah terlebih dahulu mengganti kemeja menggunkan kaos putih. Kaos yang selalu disiapkan di dalam mobil. Karena dia memang selalu berganti seragam sehari sekali. Tidak heran jika bau tubuhnya masih wangi meskipun pekerjaannya menjadi supir pribadi.

Jeffrey sengaja memesan kamar yang memiliki private pool sama seperti apa yang terus saja Joanna sebutkan ketika dalam perjalanan. Dia tampak bahagia. Begitu pula dengan Jeffrey yang memang ikut senang ketika melihat pacarnya senang.

"Kamu suka?"

"Suka sekali!"

Joanna tersenyum senang. Lalu memeluk Jeffrey yang baru saja meletakkan ponsel, dompet dan kunci mobil di atas meja. Membuat pria itu langsung membalas pelukan.

Tidak itu saja, Jeffrey juga mulai mengecup bibirnya. Kemudian dibalas oleh Joanna. Karena ini adalah ciuman kedua mereka. Sebab ciuman pertama mereka terjadi sebelum Jeffrey berangkat ke Jakarta.

Setelah malam itu, hubungan mereka semakin menghangat. Jeffrey bahkan ingin mengantar Joanna pulang menaiki kereta. Namun segera Joanna tolak karena pria itu harus kerja.

Ketika kereta berjalan, Joanna melambaikan tangan pada Jeffrey yang sedang melambaikan tangan juga. Dengan kaos putih dan kemeja hitam yang kancingnya dibuka. Serta, wajah lelah karena tidak tidur semalaman meskipun telah seharian kerja demi menunggu keretanya tiba di pagi buta.

Hari itu adalah hari terakhir Jeffrey dan Joanna saling sapa ketika berjumpa. Saling menyentuh kulit tangan dan berpelukan. Karena setelahnya, mereka akan berpisah dan bahkan enggan menanyakan kabar melalui sosial media.

Masih mau flashback lagi?

Tbc....

SOURCE OF HAPPINESS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang