4/4

636 125 162
                                    


Jeffrey baru saja menuju parkiran. Berniat menaiki kembali motornya. Karena mobil Joanna tidak lagi terlihat.

Iya, Jeffrey tahu jika Joanna sedang berada di sekolah sekarang. Mungkin juga sedang mengambil raport adiknya yang ternyata satu kelas dengan Raja. Namun, Jeffrey tidak tahu jika yang sedang berhadapan dengan Clara adalah Joanna.

Karena sejak tadi dia juga sibuk menormalkan detak jantungnya. Mempersiapkan diri jika bertemu Joanna. Karena untuk mengenalinya, Jeffrey rasa sulit untuk Joanna lakukan.

Jeffrey baru saja akan melajukan motornya. Namun, tiba-tiba saja Raja memanggilnya. Menyebutnya Papa di tengah kerumunan. Seolah tidak malu seperti istrinya.

Tidak, Kalandra tidak pernah mengatakan terus terang jika dia malu dengan pekerjaannya. Namun, Jeffrey yang memang super peka tentu saja bisa merasakan. Merasakan jika istrinya kurang suka jika dia menjadi kurir pengantar barang.

Apalagi jika mengantar paket COD ibu-ibu desa. Karena mereka sering kali berulah dan membuat drama karena tidak ingin membayar. Dengan dalih jika barang yang datang tidak sesuai pesanan. Padahal, bukan kurir yang salah. Namun tetap saja, si kurir yang akan disalahkan. Dimaki-maki dan yang lainnya.

Bahkan, Kalandra sampai dijauhi ibu-ibu desa karena Jeffrey pernah memviralkan salah satu ibu desa. Membuat akun dan alamat orang itu langsung diblokir oleh sistem pusat. Sehingga si ibu harus memakai akun orang lain jika ingin kembali berbelanja.

"PAPA!!!"

"Iya? Ada apa? Tumben senang sekali!"

Tanya Jeffrey sembari menatap Raja. Tidak lupa dia juga menatap Kalandra yang tampak senang di belakang. Tentu saja sembari memegang raport anaknya.

"Coba tebak! Aku dapet ranking berapa?"

"Berapa, ya? 11? 6? Atau 5?"

"SALAH! AKU DAPAT RANKING 1, PA!"

Seru Raja dengan nada girang. Dia juga langsung memeluk ayahnya. Membuat Kalandra langsung mebuka raport anaknya. Menunjukkan jika Raja memang benar-benar telah mendapat ranking satu sekarang. Bahkan tidak hanya di kelas, namun di satu angkatan.

Kalandra begitu senang karena Raja juga mendapat uang sebanyak satu juta rupiah dari Clara selaku si wali kelas.
Serta, piala penghargaan yang nantinya akan diberikan ketika upacara bendera setelah hari masuk tiba.

Lain dengan Raja, lain pula dengan Amara yang sedang mendapat amukan Joanna di rumah. Bukan karena mendapat peringkat rendah. Namun karena peringainya di sekolah yang luar biasa.

Sekedar informasi, nama Amara adalah Joanna yang berikan. Dengan harapan agar adiknya bisa lebih mudah menahan amarah di masa depan. Tidak seperti dirinya yang sering dikomentari tidak sabaran dan garang sebagai anak pertama.

"Kakak sendiri yang bilang kalau kecerdasan setiap anak itu berbeda-beda! Sama, aku juga!"

"Aku tidak sedang mengomentari ranking yang kamu dapat! Tapi kelakuan nakalmu di sekolah! Kenapa bisa anak kelas satu seperti kamu bertengkar dengan Kakak kelas? Cakar-cakaran pula! Mau jadi jagoan kamu di sekolah? Jangan mentang-mentang Kakak punya kenalan di sana, kamu jadi seenaknya!"

Amara lagi-lagi mengerucutkan bibirnya. Ingin menangis di tempat karena dimarahi kakaknya.

"Pergi ke kamar! Tidak ada liburan selagi kamu tidak menyadari kesalahan!"

Seru Joanna sembari keluar rumah lagi. Meninggalkan Amara di rumah sendiri. Karena orang tua Joanna memang sedang bekerja saat ini. Mengawasi kinerja para pegawai di toserba yang ada di dekat gapura desa ini.

Joanna kembali mendatangi tempat pembangunan study centernya yang telah 85% selesai. Mengingat Joanna selalu datang dan mengawasi kinerja mereka setiap hari. Dari pagi hingga sore hari.

Sehingga tidak ada satupun kuli yang berani bermalas-malasan di sini. Ditambah, Joanna selalu memesan catering makanan bergizi untuk sarapan dan makan siang para kuli. Tidak heran jika loyalitas mereka begitu tinggi. Sampai-sampai pembangunan study center ini bisa berjalan secepat ini.

9. 30 PM

Jeffrey baru saja tiba di rumah. Tentu saja Raja dan istrinya sudah terlelap. Sehingga, Jeffrey harus menyiapkan sendiri makan malamnya. Nasi dan tumis tahu kecap buatan istrinya tadi siang. Karena Jeffrey memang menyempatkan pulang sebentar ketika mengantar paketan di dekat rumah.

Ketika sedang makan, tiba-tiba saja Jeffrey kembali mengingat Joanna yang ditemui di sekolah. Dia tampak begitu menawan di matanya. Bahkan ketika usianya tidak lagi muda.

Ah, mungkin saja karena dia rajin perawatan dan menerapkan gaya hidup sehat. Mengingat dia cukup strict dalam hidupnya. Tidak heran jika dia menua seperti sekarang.

Iya. Joanna tampak seperti wanita yang berusia awal 20an. Kulitnya bersih dan kencang. Tidak ada kerutan dan rambutnya lebat. Tidak lupa dengan aroma parfum mahal yang sudah pasti harganya jutaan rupiah. Karena Jeffrey pernah mencium aroma parfum ini ketika bekerja menjadi supir CEO muda di Jakarta. Sebelum bertemu Kalandra.

Kenapa sampai sekarang dia belum menikah, ya? Tidak mungkin dia belum move on dariku, kan?

Batin Jeffrey sembari tersenyum geli. Karena dia begitu bangga pada mantan pacarnya ini. Bahkan, dia selalu melewati study center Joanna yang sedang dibangun setiap hari. Agar bisa bertemu dengan wanita ini.

Namun sayang, Jeffrey tidak pernah bisa bertemu Joanna ketika beraksi. Karena wanita itu memang hanya memantau di dalam mobil. Sehingga Jeffrey ataupun orang luar lain tidak bisa menginterupsi.

Beberapa hari kemudian.

Amara libur selama dua minggu. Selama itu pula dia memilih untuk ikut memantau para pekerja di dalam mobil kakaknya setiap waktu. Tentu saja sembari membawa iPad yang digunakan untuk bermain game agar tidak bosan dan mengantuk.

Ketika baru saja memenangkan permainan, Amara tiba-tiba saja melirik salah satu jendela. Menatap Jeffrey yang sedang menaiki motornya dan menatap ke arah mereka. Membuat Amara langsung menepuk pundak kakaknya yang saat ini masih fokus menatap depan.

"Mantan Kakak, tuh! Dulu dia pasti nakal karena kedua telinganya ditindik seperti itu!"

Joanna langsung menolehkan kepala. Menatap Jeffrey yang baru saja menghentikan motor dan membuka helmnya. Karena dia ingin memberikan paketan salah satu pekerja. Serta, Jeffrey juga ingin numpang ke kamar mandi sebentar.

"Raja benar-benar anak kandung orang itu?"

"Iyalah! Orang mirip begitu. Sebenarnya aku agak terkejut ketika tahu Raja sepintar itu. Padahal, kerjaannya hanya tidur. Raja memang sering tidak jajan, sih. Tapi dia nakal sekali. Jadi tidak ada yang mengasihani."

Joanna langsung menatap Amara, penasaran akan apa yang menjadi alasan kenapa teman-temannya harus mengasihani Raja.

"Kenapa Raja harus dikasihani?"

"Dia miskin. Tas dan sepatunya bahkan sudah buluk sekali. Tidak seperti tas dan sepatu teman-temanku yanh lain. Padahal kita masih kelas satu waktu itu, seharusnya orang tuanya membelikan tas dan sepatu baru. Bukan memakai yang buluk seperti itu."

Joanna diam saja, dalam hati dia merasa kasihan. Mengingat dia juga tahu jika pekerjaan Jeffrey tidak menghasilkan banyak uang. Sedangkan dia tahu jika sekolah Amara memiliki SPP cukup mahal yang harus dibayarkan setiap bulan.

"Kalau saja dia tidak nakal, kita pasti akan baik padanya. Tapi sebaliknya, dia menyebalkan dan tidak punya banyak teman."

"Memang apa kenakalan yang dilakukan?"

"Suka memalak anak-anak cupu di belakang sekolah. Paham sih, dia miskin dan tidak punya banyak uang. Tapi tidak harus memalak juga. Kalau seperti itu, namanya sama saja dengan merampok, kan?"

Joanna diam saja. Namun Amara langsung menatap iPad. Berniat kembali memainkan game kesukaan. Sembari menunggu jam makan siang tiba.

Tbc...

SOURCE OF HAPPINESS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang