Satu

112 124 73
                                    

Hai..
Kita bertemu lagi. Apa kabar?
Siap untuk membaca?

Jangan lupa bahagia ❤

Happy Reading

...

Pagi hari ini, Maura tengah berkutat kembali dengan peralatan-peralatan didapur, beginilah kebiasaannya sehari hari. Setelah lepas menunaikan solat subuh, ia lantas mengerjakan pekerjaan rumah. Dimulai dari menyapu, mengepel, menuci piring, mencuci baju dan memasak.

Kata ibunya, kalo anak perempuan tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, nanti ibu mertua bakal mengomel. Untung kalo dapetnya cowok orang kaya, bisa nyewa pembantu. Kalo dapetnya cowok biasa aja? Habis sudah dibantai mertua. Xixixii

Ngomong-ngomong bicara tentang ibu. Pagi-pagi sekali ibu Maura sudah pergi. Mungkin pergi ke kediaman rumah kakak keduanya. Ia tidak bisa, kalo tidak bertemu cucu-cucunya barang sehari.

Setelah nyelesaikan ritual pekerjaan. Maura bergegas mandi. Mengeringkan rambut dan mengikatnya seperti seekor kuda.

Seperti biasa, setelah semuanya selesai. Ia menyempatkan membuka ponsel jadulnya. Bersyukur meskipun ponselnya berbeda dari teman-temannya yang lain. Namun cukup untuk menerima telpon dan sms saja.

Maura menekan kontak Tiara. Namun, belum sempat aku menekannya. Suara teriakan memanggil namanya dengan kasar. Maura menghela nafas pelan. Beranjak pergi menghampiri keberadaan suara tersebut.

"Maura! " teriakan itu terdengar sangat melengking diseisi rumah.

Maura semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah sampai dihadapannya ia berucap "Ada apa, Ayah?"

" Kenapa nggak ada makanan, hah? "pria yang ia sebut ayah itu berteriak keras dihadapannya. Maura terkejut lantas memejamkan mata sebentar, meskipun sudah sering seperti ini tetap saja hatinya merasa sakit.

" Ta-tadi Maura masak kok, yah. M-masak tahu sama tempe. " ucap pelan Maura dengan terbata bata. Terus menunduk, karna bagaimanapun sebenci apapun ia padanya Maura tetap takut dan selalu menghormatinya.

"Kenapa nggak ada apa-apa ditudung saji itu. Kamu tau, ayah lapar, Maura! " amuk pria itu lagi. Matanya menyalang seperti elang yang akan memangsa anak ayam.

" Mungkin abis ayah, aku cuman beli satu bungkus aja. Aku juga belum makan. " jawab Maura takut-takut. Pasti dihabiskan sama adiknya yang menyebalkan itu. Awas saja kau!

Terdengar helaan nafas kasar dari pria paruh baya itu. Maura melihat ayahnya berlalu dan tidak lama kemudian dia melemparkan selebar uang berwarna ungu.

" Belikan ayah makanan. Sekarang! " Maura mengangguk lantas memungut selembar uang yang dilemparkan ayahnya ke lantai.

Kemudian berlalu dari hadapannya. Menuju warung wa ijah. Ia membeli 2 buah telur dan 1 mie. Totalnya jadi delapan ribu. Kembaliannya ia belikan kerupuk.

Dengan cepat Maura memasak mie dan telur tersebut. Menyajikannya dengan segera. Setelah kenyang, pria itu keluar dari rumah ntah kemana.

Maura mengusap keringat yang muncul dikening. Perutnya sedari tadi keroncongan meminta diisi. Sisa 1 buah telur. Maura menimang nimangnya, bingung antara memasaknya atau tidak.

Jika ia memasaknya, untuk makan siang dan malam nanti, orang rumah makan apa? Dengan wajah lesu Maura kembali meletakan telur tersebut.Meminum air putih untuk menidurkan cacing-cacing diperutnya.

...

Maura melangkah keteras rumah. Duduk dikursi tua yang sewaktu waktu bisa roboh. Ia merenung, berpikir seandainya hidupnya itu serba ada. Pasti untuk makanpun tidak akan pusing begini karena tidak mempunyai uang. Hufh... Bersyukurlah Maura!

Tak lama merenung memikirkan nasib hidupnya. Ibu pulang membawa kantong plastik digenggamannya.

"Maura, kamu sudah makan, nak? " ibu bertanya sembari mendaratkan pantat nya dikursi tua itu.

Maura menggelengkan kepala lesu. Ibu tersenyum, membuka kantong plastik yang tadi ia bawa.

"Makanlah. Ini dari kakakmu." detik itu mata Maura berbinar dengan terus meneguk air liurnya sendiri. Soto, makanan favoritnya. Didetik berikutnya pula. Matanya meredup.

"Nggak, bu. Ibu juga pasti belum makan, kan? " tanya Maura dengan menunduk.

" Ibu sudah makan tadi dirumah abangmu. " jawabnya sembari menyodorkan soto ayam itu.

"Ibu pasti, berbohong. " ujar Maura kembali, memicingkan mata.

"Tanyakan saja sama abangmu itu. Dimana adikmu? Dia sudah makan belum? "

"Sudah bu, aku liat makanan yang tadi aku masak udah abis. Ayah juga tadi sempat marah karna nggak ada makanan. " ibu menghela nafas kasar.

" Ya sudah, nih buruan makan. Nanti keburu dingin jadi gaenak. " Maura tersenyum lantas mengangguk . Mulai melahap soto ayam itu dengan khidmat. Lezat sekali. Perutnya pasti akan terus kenyang sampi besok, hehe.

Bersyukurlah dengan apa yang dirimu punya sekarang.
Masih ada banyak orang diluaran sana, yang lebih menderita dari pada hidupmu.

Tetap tegar, dalam menjalani cobaan dalam hidup.

Insya allah, akan ada rezeki yang tak terduga dari yang di-Atas.

...

Mohon maaf ya kalo masih banyak kekurangan.
Masih belajar soalnya, hehe.

Yang mau nyemangatin disini! ❤

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Terimakasih👋❤

MAURA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang