Hai..
Apa kabar?Happy Reading
Tandai jika ada, typo!
•••
Kini aku berada ditaman bersama Ken. Setelah dari kediaman Kakek Mugi. Ken mengajakku pergi ke sebuah taman yang jarak nya sedikit jauh dari rumahku.
Di sepanjang perjalanan aku hanya terdiam sembari menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku.
Aku tidak tau permasalahan apa antara Ken dan Mamanya. Kenapa Ken menyuruhku ikut bersamanya? Apa ia ingin memberitahuku kalau ia akan bertunangan?
Aku terkekeh miris mendengar ujaran Ibunya Ken. Ulu hatiku seperti tercambik-cambik oleh sesuatu, perasaan apa ini, kenapa begitu menyakitkan? Rasanya aku sangat ingin menangis. Tapi tidak, keadaan sedang tidak memungkinkan. Ken pasti akan bertanya-tanya kenapa aku tiba-tiba menangis.
"Maura" Aku tersentak kaget, lantas menoleh pada Ken. Aku terdiam sejenak, lantas baru menyadari kalau mobil yang kutumpangi sudah berhenti.
"O-oh udah sampe, ya?" tanyaku kikuk.
"Udah dari 10 menit yang lalu," ujarnya, aku kembali tersentak.
"Mikirin apa sih? Gue panggilin gak nyaut-nyaut." Sambungnya menatapku.
Aku menggelengkan kepala, "Gapapa."
Terdengar helaan nafas disebelahku. Ia lantas turun dari mobil, disusul olehku. Aku mengekor dibelakangnya. Namun ia malah berhenti mendadak membuatku menabraknya.
"Tuh kan, bengong lagi" Ucapnya membuatku tersenyum gugup.
"Harusnya lo disamping gue. Bukan dibelakang gue, ayok!" Ken menarik tanganku untuk berjalan disampingnya. Ia terus menggenggam tanganku, membuatku menatapnya dari samping.
"Duduk disini aja, ya!" katanya, aku mengangguk saja.
"Tunggu sebentar," Ia berdiri dari duduknya membuatku ikut berdiri.
"Mau ikut" ujarku cepat. Terdengar kekehan kecil darinya, apa yang sedang ia tertawakan?
"Cuman sebentar, Ra. Kaki lo kan masih sakit." Aku menggelengkan kepala seperti anak kecil.
"Mau ikut, takut Ken." Jawabku menunduk. Ia tersenyum lantas mengacak-ngacak rambutku.
"Yaudah, ayok!" Ujarnya, aku tersenyum cerah lantas dengan tak sadar menggandeng tangannya.
Ken kembali terkekeh, membuatku berhenti dan kembali menatapnya. "Kamu ketawain aku ya?" ujarku memicingkan mata.
"Hah?"
"Dari tadi ketawa terus, apanya yang lucu? Kok gak ajak-ajak. " ujarku. Ia semakin terpingkal, dan membuatku semakin bingung.
Ken berhenti tertawa saat aku menatapnya sembari cemberut.
"Lo lucu" kekehnya.
Bluss
Jantungku berdebar-debar, dengan pipi yang memerah. Dua kata, namun berhasil membuatku salah tingkah. Namun dengan cepat aku memalingkan wajah, merubah ekspresi wajah menjadi jutek.
"Gausah ditutupin, gue tau lo salting." Argghh, rasanya ingin sekali berteriak karena digoda seperti ini.
"So tau." ketusku sembari terus berjalan.
"Loh, keliatan. Pipi lo merah soalnya." Kekehnya lagi. Aku semakin mempercepat jalanku, sembari menundukan kepala.
"Maura!" serunya berlari ke arahku. Aku terus berjalan tanpa memperdulikan seruannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAURA (ON GOING)
Teen FictionCerita hidupku, keluarga dan teman-teman kampungku. Dan mungkin sedikit kisah cinta tentang diriku. ... Aku mencintainya. Tapi aku tidak berani mengatakannya, karna aku bukan dari kalangan sepertinya. ... Ibuku, malaikat tak bersayapku. Ayah, ak...