Part 1

976 73 4
                                    

Aespa, grup K-pop yang mendobrak batas industri hiburan Korea, kini menjadi nama yang begitu mendunia. Berkat lagu hit mereka, Next Level, wajah-wajah keempat membernya terpampang di hampir setiap sudut Korea Selatan. Mereka bukan hanya bintang, tetapi fenomena ikon yang dikenal semua generasi.

Di balik sorotan kamera dan sorak sorai penggemar, keempat member aespa menjalani rutinitas berat. Malam itu, mereka baru saja menyelesaikan latihan intensif di ruang practice SM Entertainment, mempersiapkan penampilan spektakuler untuk MBC Gayo Daejeon.

“Unnie, udahan yuk! Sambung besok aja. Kasian Ningie, dia kan butuh tidur cukup biar nggak sakit,” rengek Winter, si gadis musim dingin, dengan nada manja.

Ningning, yang sedang meregangkan tubuh, langsung memutar mata. “Aduh, kok nyalahin aku sih? Ngaku aja, unnie pengen pulang cepat biar bisa nonton video Harry Styles sunbaenim, kan?” ujar maknae itu sambil tersenyum jahil. “Lagian, siapa juga yang tidur jam 8 malam? Aku bayi apa? Tapi bener sih, unnie. Yuk pulang, aku kangen Ddongie. Babyku pasti kedinginan sendirian di dorm!”

Di sudut ruangan, Giselle yang sedari tadi fokus pada ponselnya hanya bisa menghela napas panjang. “Gue capek, Rin. Ayo balik, deh. Gue udah bayangin rebahan di kasur sambil nonton Levi gue -eh, maksudnya Levi Ackerman, hahaha. Lagian gedung ini tuh creepy, loh. Siapa tau ada hantu SM muncul. Gak mau gue!”

Karina, sang leader yang biasanya tegas, akhirnya menyerah. “Iya, iya. Tapi gue mau ke toilet dulu, ya. Abis itu kita cabut.”

Saat Karina berada di toilet, membasuh tangannya yang dingin setelah latihan panjang, pintu terbuka. Irene, leader legendaris dari Red Velvet, masuk dengan langkah anggun.

“Annyeonghaseyo, seonbaenim,” sapa Karina, sedikit gemetar.

“Eoh, annyeong,” balas Irene lembut. Suaranya tenang, seperti alunan melodi yang menenangkan.

“Aku suka banget sama lagu Next Level. Sampai aku masukin ke playlist-ku,” kata Irene, membuka percakapan.

“Ah, itu sebuah kehormatan buat kami. Kami juga sangat menyukai lagu-lagu Red Velvet, sunbaenim,” jawab Karina, senyumnya tulus tapi terlihat sedikit gugup.

Irene hanya tersenyum, menatap Karina dengan pandangan hangat. Namun, tatapan itu justru membuat Karina merasa perasaan yang dipendam selama ini ingin terlepas. Senyuman Irene yang membangkitkan emosi mendalam dalam dirinya. Tanpa ia sadari, matanya memanas, dan ia merasa akan menangis.

“Permisi, seonbaenim,” gumam Karina pelan sebelum buru-buru keluar dari toilet.

Irene memandangi kepergian Karina dengan alis sedikit berkerut. Mata Karina tadi tampak berkaca-kaca, tapi Irene memilih untuk tidak bertanya. Ada sesuatu tentang Karina yang membuatnya merasa... nyaman. Perasaan itu begitu familiar, seperti saat ia bersama member Red Velvet. Anehnya, Irene merasa seperti sudah mengenal Karina sejak lama, meski mereka nyaris tidak pernah berbicara sebelumnya.

Malam itu, gedung SM yang biasanya penuh dengan hiruk-pikuk, menyimpan sebuah momen kecil namun penuh misteri sebuah pertemuan singkat yang menyisakan tanda tanya di hati dua leader yang berbeda generasi.

Part 1 end , maaf kalau ada kesalahan bahasa:)

My Future DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang