Saking bingung dan penasarannya, pernah suatu kali aku menanyakan sikapku pada Ririn,teman sebangkuku di kelas.
"Menurutmu,apakah aku seorang gadis yang angkuh,Rin?"
"Siapa yang bilang begitu?"Ririn malah balik bertanya.
"Adaa...aja.menurutmu bagaimana? Apa benar aku seorang yang angkuh?"
"Lihat dari siapa yang mengatakan begitu dulu.kalau cewek,itu sih enggak benar.kamu baik dan ramah kok.lain dong kalau cowok yang menilai begitu,"sahutnya membingungkan.
"Memang kalau didepan cowok,aku kelihatan sombong?"tanyaku makin penasaran.
"Yaa,enggak juga.buktinya kamu bisa kelihatan akrab sama si kyanli,tinton, atau denny.malah kalau menurutku sih,kamu lebih pantas dibilang dingin ketimbang sombong.
"Oya?Kenapa begitu?"aku memandang nya dalam.
"Iya dong.dari gelagatmu aku tahu, kamu tuh enggak suka kalau seseorang, sudah pasti cowok nih ya,mulai ber- sikap yang aneh- aneh padamu.malah aku berani jamin,kamu bakal me musuhi mereka kalau mereka nekad terus mengejarmu,"cetusnya lagi,me- ngejutkan.tentu saja aku terkejut, karena Ririn begitu paham dengan sikap dan pikiranku.
"Kok kamu bisa menebak begitu?"Aku mencoba terus memancing komentar nya lebih lanjut.
"Ya ampun,sita.aku kan sudah ber- temanmu sejak kelas satu,dan kita selalu duduk berdua,masa sih nggak bisa paham dengan sikap- sikap kamu?"Ririn malah menatapku dengan kedua bola mata membulat.
Dari komentar Ririn aku tahu kalau ia memang begitu memahami akan sikap- sikapku.beda dengan agnes yang punya pandangan lain terhadapku."Dasar kutu buku!kamu benar- benar senang menyendiri ya?padahal,apa enaknya sih diam sendirian?kan lebih enak kalau kita jalan- jalan kemana kek.makan boleh juga boleh,"katanya siang itu.
"Enggak ah,aku lagi malas jalan," gelengku tanpa semangat.
"Doo,suka gitu deh.memang sih,kalau belum pernah pacaran bawaannya males melulu.nanti deh kalau kamu sudah merasakan yang namanya pacaran,pasti sebentar- sebentar kamu kepinginnya jalan-jalan keluar rumah.
Apabila sama si doi."
"Jangan ngeledak ah,mentang- mentang aku belum punya pacar."
"Salah sendiri.Kenapa kamu tidak terima aja si Hendra.dia kan ganteng lho,Ta.anak orang kaya lagi.aku jamin kalau kamu jadi pacaran sama dia, kamu bisa menjadi gemuk.habis, dokunya kenceng sih.pasti dia enggak akan sayang- sayang untuk mengajak mu makan apapun yang kamu suka."
"Sembarangan!kamu kira aku rakus, apa?!"aku mendelik.
"Mau rakus juga enggak apa-apa, Ta.mumpung ada yang nraktirin. Bukan siapa-siapa lagi.ngapain kamu terus bertahan sendirian begini?punya pacar itu kalau dipikir- pikir banyak keuntungannya lho.selain kalau ke pingin ini- itu ada yang beliin.kalau mau pergi ke pesta ulang tahun juga ada yang nganterin.jadi enggak usah takut pergi sendiri.
"Itu sih maumu,"aku mencibir.
"Lha,iya dong !selain itu...kita juga kan bisa naik gengsi sedikit.tengsin dong kalau datang ke pesta sendirian.
Jangan- jangan nanti malah dikira cewek tidak laku."
"Dagangan kali,enggak laku."aku tersenyum geli,kendati dalam hatiku membenarkan juga apa yang dikatak- annya.semua alasan-alasan itu memang bisa diterima akal sehat.
Mungkin yang tidak bisa diterima ada- lah,kenapa aku perasaanku jadi begini? Kenapa selalu timbul perasaan pesimis, rendah diri dan takut jika ada i cowok yang coba- coba mendekatiku?
Kenapa aku tidak bisa bersikap wajar dalam menerima apa yang kuhadapi dan akan terus kuhadapi selama aku masih gadis?
"Sikapmu memang lain,Ta.benar- benar lain daripada yang lain.padahal, kamu sama Hanny kan sama- sama belum punya pacar,tapi Hanny kok bisa lebih luwes dan enggak tertutup kayak kamu,"begitu komentar nita suatu kali.
"Sifat setiap orangkan beda-beda,Nit.
Kebetulan aja Hanny memang luwes dan supel dalam pergaulan,jadi ia bisa bersikap wajar menghadapi siapapun.
Kalau aku kan,memang sejak dulu enggak biasa dekat-dekat sama nama- nya cowok,"kataku kemudian,secara tak langsung telah membuka'kartu'.
"Aku tahu kamu memang pemalu. Tapi,mbok ya,kamu jangan tinggal pergi si Niko begitu saja dong."Seketika kedua belah pipiku terasa menghangat mendengar ucapannya. Tiba- tiba saja teringat olehku,dua minggu yang lalu Niko pernah ku tinggal kabur karena dari gelagatnya ia siap mengutarakan isi hatinya padaku.
"Gila!kok Nita sampai tahu sih?jangan- jangan...niko sudah mengadukan semuanya padanya?
"Bilang apa saja dia kepadamu?"tanya ku kemudian,tak sabar.
"Rahasia dong,"la mengulum senyum nya."tapi aku yakin,kamu pasti tahu. enggak nyangka deh,kok kamu bisa ke kanakan begitu.padahal biasanya kan, kamu selalu berpikiran dewasa."Kualihkan tatapanku ke arah lain me- lihat wajahnya yang tersenyum- senyum penuh arti seolah menggoda ku.brengsek juga tuh cowok!Aku menggerutu.dasar mulut ember!Kok bisa- bisanya ngadu sama orang lain?
Tapi,pada dasarnya aku memang tidak membantah bila ada yang mengomen tariku dan kutahu itu benar adanya.
Apa yang diucapkan mereka adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri.
Aku memang seorang gadis yang pemalu,rendah diri,tak pandai bergaul, bahkan "Dingin" terhadap kaum cowok.
Maka itu jangan heran kalau aku belum mempunyai "gandengan" seperti teman- teman lainnya.karena memang, aku belum mempersiapkan hati dan perasaanku untuk itu.
***
Ada kepedihan yang terasa menggero goti hatiku saat menyadari sikapku menjadi seperti ini karena perasaanku terus dihimpit masa lalu yang kelabu.
Masa kanak- kanak yang seharusnya kulalui dengan berjuta kebahagiaan dan kasih sayang,malah menaburkan trauma menyakitkan yang sampai saat ini belum bisa lenyap dari ingatanku.
Sikap ayah yang ortodoks,egois dan selalu memaksakan kehendak,begitu kentalnya tertera dalam benakku.kalau sudah marah,ayah juga tak akan segan- segan untuk memukuli kami,anak- anaknya.jangankan pada kami yang masih kecil,pada ibu pun,ayah sering melakukan tindakan kasar.apalagi bila sedang bertengkar,ayah tak akan segan - segan untuk melemparkan barang- barang apa saja yang berada di dekat nya ke arah ibu.
Bukan sekali dua kali kusaksikan dengan mata kepala sendiri,saat dengan berangnya ayah melempar kursi kearah ibu yang berada tidak jauh darinya.untung saja tidak sampai mengenai tubuh ibu sepenuhnya.kalau, tidak,alangkah kasihannya ibu.betapa malang nasibnya yang telah memiliki suami bertemperamen kasar,apabila sebelumnya ia merasa terpaksa meni- kah dengan,ayah.
Seringnya menyaksikan dan melihat dengan mata kepala sendiri kelakuan- kelakuan kasar ayah pada ibu, membuatku lambat laun mulai me- nyimpan rasa benci pada ayah,dan berbalik mengasihi ibu.walaupun kadang kala ibu juga suka bersikap keras dan tak mau kalah,tapi dalam memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak- anaknya,ia tak pernah alpa.
Setiap kali salah seorang di antara anak- anaknya membutuhkan sesuatu, dengan tekad keras ibu selalu berusaha mengabulkan,kendati itu dilakukannya dari hasil usahanya sendiri bergadang pakaian dengan cara "door to door",. Yah ,sejak ibu merasa uang belanja yang diberikan ayah sudah tidak mencukupi,dengan rela ia bersedia berjualan apa saja yang laku untuk menambah- nambah pendapatan. Selain berjualan baju,ibu yang pandai membuat kue juga menitipkan kue- kue buatannya di sebuah toko kue milik temannya.
Dengan semangat besar,ibu membantu ayah menyekolahkan aku dan adik- adikku lewat pendapatannya yang tidak menetap.bahkan menurut ku,semangat ibu dalam memberi pen- didikan yang layak buat anak- anaknya lebih besar ketimbang semangat ayah yang mungkin akan menyekolahkan anak- anaknya hanya sebatas sampai baca tulis saja.
Pikiran ayah kan kolot.mungkin ia akan berpikir,untuk apa susah payah menyekolahkan anak sampai tinggi- tinggi,toh pada akhirnya masuknya ke dapur juga,aku bisa menebak begitu dari sikap ayah yang selalu memandang remeh pada kaum perempuan.di matanya,perempuan itu seolah- olah bagai barang rongsokan yang tiada artinya.ia seperti tidak mau perduli,kalau di jaman yang sudah se- makin maju ini,justru banyak perempuan pandai yang mempunyai peranan penting dalam segala hai.
Entahlah,aku sendiri tak tahu dan tak mengerti,mengapa sulit sekali merubah sikap dan image ayah yang sudah seperti itu.mungkin karena masa lalunya yang keras dan pahit,hingga membuatnya menjadi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEREMPUAN DINGIN
FanfictionMasa kecilku amatlah pedih.aku sering menyaksikan kekerasan sikap ayah yang bila marah suka memukuli ibu.sejak itu, aku jadi benci dengan makhluk yang namanya lelaki.aku selalu menjauh bila ada teman lelaki yang menaruh hati padaku,bahkan merasa jij...