Sejak kecil,ayah memang sudah men- dapat didikan keras.apabila ia juga berasal dari keluarga berantakan karena ibunya sudah meninggal ketika ia masih kecil dan ayahnya menikah lagi dengan perempuan lain yang ke- mudian menjadi ibu tirinya.
Ayah pernah bercerita,ketika masa kecil dulu,ia tidak diperbolehkan makan kalau belum bekerja.meskipun ia anak lelaki semata wayang,tapi ia tak mendapat perlakuan istimewa dari kedua orang tuanya.setelah ibunya yang juga nenekku meninggal, kehidupan yang dialami ayah semakin bertambah keras dan lebih pahit lagi.
Tapi,haruskah ayah membalas dendam akan apa yang pernah diterimanya dulu pada anak- anaknya?Pertanyaan itu tak pernah terjawab, karena aku tak pernah dekat dengan ayah,apabila sampai menanyakan semua itu.bagiku,lebih baik jauh dari ayah,daripada dekat tetapi hati tidak tenang karena selalu merasa ketakutan.itu sebabnya aku merasa lebih nyaman dan tenang bila ayah pergi dan tak ada di rumah.dengan begitu aku bisa bebas melakukan apa saja tanpa merasa was- was dan keta- kutan yang mendalam.
Begitu hari- hari yang terus kulalui.
Semuanya berjalan tanpa satu pun ke- nangan indah yang mengisi relung hati.malah sebaliknya,aku merasa khawatir kalau- kalau telah salah ber- buat dan membuat ayah marah.karena dihantui rasa benci dan takut yang- membuatku menjadi tak berkutik,aku tidak mau sampai membuat ayah "berpaling" dan marah kepadaku.
Maka itu,aku selalu berusaha untuk menjadi anak baik- baik kendati hatiku terasa ingin memberontak lepas.
Sampai memasuki SMU,aku tetap ber tahan dengan kesendirianku.persetan dengan rayuan dan bujukan teman- teman gadisku agar aku bisa seperti mereka,yakni segera mempunyai teman dekat alias pacar.persetan pula dengan sikap- sikap manis dan perhati- an- perhatian mendebarkan yang sering ditampilkan cowok- cowok yang menaruh hati padaku.
Sungguh,kalau mau dibilang,tak satu pun yang bisa memberi respek padaku.
Tak satupun yang mampu mengubah hati dan perasaanku tentang apa yang ku dapatkan selama ini.memang,dalam kesendirian yang panjang,sering me- rasakan hidupku begitu hampa dan tiada berarti.malah terkadang aku jadi menyesali diri sendiri,kenapa harus di lahirkan kedunia jika pada akhirnya aku harus hidup seperti ini?semuanya begitu membelenggu dan memenjara- kan perasaanku yang sebenarnya.
Walau jenuh,tapi aku harus meng- hadapi kenyataan yang terjadi dengan hati tegar.tapi sayangnya,ketegaranku tak mampu mengubah apa yang telah ditancapkan dan dilukiskan dalam hati dan perasaanku,bahwa aku membenci lelaki.bahwa aku tak suka diremehkan apalagi di pandang rendah oleh mereka.akan kubuktikan bahwa aku adalah anak yang berguna.anak yang bisa diharapkan.kendati hidupku sudah hancur- hancuran.mati segan,hidup pun rasanya enggan.
***
"Malam minggu ini dewi ulang tahun, kamu mau datang sama siapa,Ta?" tanya karin ketika aku sedang sibuk menyetrika pakaian sekolahku."Enggak tahu deh,"kuangkat bahuku tanpa semangat."coba nanti kutanya Merry,kali saja dia belum punya teman.
Jadi,aku kan bisa pergi bareng dia.""Tapi Merry bilang tadi pagi,ia akan di jemput Donny.itu lho,cowok anak kelas dua A yang punya lesung pipi."
"Ya sudah kalau begitu.berarti aku harus pergi sendiri.enggak enak dong ngeganggu acara orang yang baru mulai pacaran,"kata kemudian,kalem.
Aku enggak tahu kalau Merry akhirnya mau juga menerima Donny.sebelum- nyakan ia kelihatan cuek,seperti tak membalas perhatian yang diberikan cowok kakak kelas kami itu.Maka itu, aku sudah merasa pasti kalau bakal pergi bareng Merry.karena di antara sekian banyak teman- teman dekatku di SMU,cuma Merry yang masih single, sama sepertiku."Ya udah deh,kalau kamu pergi sendiri, bareng aja sama aku.nanti kujemput, mau kan?"Karin menawarkan pendapat.
"Enggak ah,"aku menggeleng lagi.
"Kenapa?"
"Sudah kubilang tadi,aku enggak mau mengganggu kemesraanmu dengan Anton.Apa kata cowokmu itu kalau aku sampai gabung dengan kalian?"
"Ya,segitu aja dipikirin,"Karin ter- senyum lunak."Anton enggak bakal punya pikiran seperti itu,Ta.Dia kan sudah kenal siapa kamu."
"Justru karena itu aku jadi malas pergi dengan kalian,"kuhempaskan nafas.
"Dari pada kamu pergi sendiri,kan lebih enak kita pergi sama- sama."
"Itu kan menurutmu.kalau menurut- ku sih enggak.aku paling nggak suka pergi kemana- mana bertiga.kalau mau berempat,ya berempat sekalian."
"Memang kenapa kalau bertiga?" tanya sambil tersenyum- senyum kecil.
"Ya,ganjil.yang satu kayak kambing congek dong."Tawa kecil karin terdengar mengomen- tari ucapanku.
"Jadi gimana dong?"
"Ya sudah,kamu pergi aja sama gacoan mu itu.aku bisa pergi sendiri kok. Rumah dewi tidak jauh ini dari rumahku.paling juga tiga kilometer."
"Ayahmu kasih,kamu pergi sendiri?"
"Kenapa enggak?kalau memang ada alasan tepat bagiku untuk keluar, enggak masalah tuh.justru ayahku akan merasa lebih lega bila aku pergi sendiri dan tidak bersama teman lelaki."
"Kenapa begitu?"tanyanya dengan kedua alis bertaut.
"Enggak tahu,"kuangkat bahuku.
"Mungkin dia belum mengijinkan aku punya pacar."
"Tapi kamu kan sudah gede,Ta.sudah pantas pacaran."
"Itu kan katamu,tapi pikiran ayahku lain.lagian,aku juga belum kepikiran kesitu kok."
"Kenapa?Takut terikat?"
"Enggak juga sih.cuma aku belum merasa siap aja."
"Tapi aku yakin,kamu enggak bakal terus sendiri seperti ini.enggak lama lagi,kamu juga sudah seperti aku punya pasangan,"katanya serius.
"Darimana kamu bisa menebak begitu?"tanyaku tak dapat menyembu- nyikan rasa heran.
"Ya,namanya juga tebakan.boleh dong?"karin malah melebarkan senyumnya."Sudah ah,aku pulang dulu.
Mau siap- siap juga sih."
"Siap- siap ngapain?"
"Ya,siap -siap cari baju yang pantas buat dipakai ke pesta nanti.kalau sudah saatnya kan,aku tidak pusing lagi."
"Ya ampun,sekarang juga baru hari kamis,Rin.masih banyak waktu kok," aku tertawa kecil melihat keantusiasan nya.namun begitu ia tetap kuantarkan sampai depan rumah.
Pesta muda- mudi adalah pesta yang sering dinanti- nanti oleh hampir semua teman- temanku.aku tahu itu. Karena di pesta itu,mereka bisa ber- kumpul bersama sekaligus membang- gakan"kecengan"yang dibawa mereka.
Sekaligus hampir semua teman- temanku sudah mempunyai pasangan, tapi aku sendiri tak pernah merasa ter- tarik untuk berbuat serupa.aku masih betah dengan kesendirianku.aku masih suka begini.maka itu,hampir tak pernah kuhiraukan rayuan- rayuan maut yang kerap dilontarkan cowok- cowok yang menaruh hati padaku.
Aku tetap aku,yang lebih suka duduk menyendiri ketimbang tertawa ber- haha- hihi dengan teman- teman lain.
Namun demikian,aku juga suka pergi ke pesta,apalagi pesta ulang tahun.
Karena disana,aku bisa bertemu teman-teman lama atau berkumpul ber
sama- sama dengan teman- teman karibku.
Syukurlah,selama ini tidak ada seorang cowok pun yang merasa sakit hati pada sikapku yang terkesan tak menggubris mereka.tak pernah ku- dengar kata- kata menyakitkan yang di lontarkan mereka padaku,misalnya aku lesbian atau sejenisnya.Karena selama ini aku selalu membina hubungan baik dengan mereka dan sikapku pun selalu berada pada jalur yang benar.
Aku cuma menghindar dan mengelak dengan halus kalau cowok- cowok yang menaruh hati padaku mulai mengung- kapkan perasaannya padaku.aku tidak pernah bersikap kasar apalagi sampai memandang sebelah mata mereka yang kutolak.jadi,bukan hal aneh kalau sampai saat ini mereka masih me- mandangku sebagai cewek baik- baik yang patut dihormati.jangankan mem fitnahku sebagai cewek lesbian,sebagai cewek yang sok jual mahal pun tidak!
Bagi seorang gadis yang mempunyai jiwa pesakitan sepertiku,semestinya memang bukan hal yang heboh lagi kalau sampai mencari pelarian yang mampu memuaskan jiwa.kebencianku pada laki- laki mestinya bisa saja mem- buatku menjadi seorang lesbian yang lebih menyukai bergaul dengan kaum sejenis di banding dengan yang ber- lainan jenis.
Tapi tidak.aku tidak mau seperti itu.
Aku tidak mau hidupku akan semakin rusak lagi jika berbuat begitu.aku juga tidak mau melarikan kekecewaan dan sakit hatiku pada hal yang tidak- tidak.
Aku cuma ingin menjadi anak yang baik,dan tidak macam- macam.
Sukur- sukur tidak ada kendala yang akan membuatku goyah untuk mempertahankan pendirian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEREMPUAN DINGIN
FanfictionMasa kecilku amatlah pedih.aku sering menyaksikan kekerasan sikap ayah yang bila marah suka memukuli ibu.sejak itu, aku jadi benci dengan makhluk yang namanya lelaki.aku selalu menjauh bila ada teman lelaki yang menaruh hati padaku,bahkan merasa jij...