Kalian baca part ini jam berapa nih?
Jangan lupa banjiri komentar di part ini💗
***
Renjani duduk di sofa, di dalam ruangan serba putih. Matanya menatap tubuh yang terbaring kaku dengan segala alat penopang hidup. Raganya utuh, tapi jiwanya seolah di ambang kematian. Sudah beberapa tahun ini, ruangan ini menjadi ruang harapan bagi Renjani. Di mana, ia selalu memanjatkan doa serta harapan untuk kesembuhan orang yang kini dia perhatikan. Abim. Orang itu adalah Abim, yang tak lain dan tak bukan, kakak kandung dari Renjani.
"Kakak enak banget tiduran di sini, sementara aku harus ngadepin orang-orang membosankan di luar sana."
"Kakak kan tahu, aku nggak pernah punya temen, terus kenapa kakak ninggalin aku dengan tiduran di sini? Emang kasur di rumah, kurang nyaman?" Renjani terus mengoceh, meski ia sadar jika ocehannya tak akan di dengar dan tak akan mendapat respon apapun. Pelan-pelan, air matanya akhirnya turun, membasahi pipi mulus Renjani.
Tawa Renjani itu palsu, semua ocehan dia hanya sebagai bentuk protes jika tak ada lagi yang bisa menjaga dirinya, makanya dia berusaha untuk menjaga dirinya sendiri. Membangun benteng yang kuat, agar tak ada seorang pun yang bisa membuat dirinya kecewa. Dunianya sudah cukup hancur ketika kakaknya koma, dan ia tak ingin lagi menambah kehancuran itu hanya karena orang-orang yang jelas selalu mengecewakan.
Dadanya sesak, jutaan andai seketika berputar di otaknya. Andai ia bisa membujuk kakaknya untuk tidak pergi malam itu, andai ia memaksa ikut pergi dan bisa sedikit membantu kakaknya, atau andai saja ia bisa mencari tahu sebab kakaknya seperti ini, lalu menjebloskan pelakunya ke penjara.
Renjani sudah tak kuasa lagi menahan rasa sakitnya. Tubuhnya lemas, kepalanya terasa berdenyut. "Kak, dulu aku selalu protes kalo kakak bilang lemah, tapi sekarang emang nyatanya aku lemah. Gimana aku bisa kuat, kalo sumber kekuatan aku aja nggak berdaya kayak gini. Ayo bangun, kak."
Hari ini, Renjani sudah terlalu banyak mengeluarkan air matanya. Setelah pergi dari rumah Gale, dan memaksa cowok itu untuk tidak perlu mengantar dirinya, agar ia bisa sampai di rumah sakit, akhirnya kini Renjani memilih untuk pulang ke rumah.
Dari rumah sakit, ia memilih untuk berjalan kaki sebentar, di karenakan hari sudah mulai petang, tak banyak angkutan umum yang lewat. Sampai ketika langkahnya terhenti, karena mata Renjani menangkap segerombol cowok. Awalnya ia biasa saja, namun tahu kalo mereka seolah berjalan ke arah dirinya, membuat Renjani harus memutar balik langkahnya. Jantungnya berdegup tak karuan, hingga tubuhnya tersentak kaget, kala seorang laki-laki yang sudah berada di hadapannya.
"Kita ketemu lagi. Ini bukti bahwa dunia itu sempit. Iya kan, manis."
"Kalian siapa?" Tanya Renjani memberanikan diri.
"Gue baru tahu, si Abim punya anggota secantik ini."
"Kak Abim? Anggota apa?"
"Jangan bilang lo—"
"WOY! ANJING LO, NGGAK ADA KAPOKNYA," tiba-tiba, seseorang menarik baju dari orang yang tadi bicara dengan Renjani.
Semua kejadiannya terjadi begitu cepat. Aksi adu jotos antara dua manusia itu tak terelakkan. Sampai setelahnya, tangan Renjani di tarik paksa dan dibawa lari. Renjani hanya menurut, dan berharap orang di depannya adalah orang yang dihadirkan memang untuk menyelamatkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIAL
Roman pour AdolescentsTentang sebuah pertemuan yang awalnya hanya sebatas kecelakaan di kantin dan menyebabkan anting Jani harus tersangkut di gelang milik Gale. Entah bagaimana kronologinya, namun semenjak itu mereka jadi sering bertemu hanya untuk mendebatkan masalah s...