14. Sama-sama Saling Memikirkan

30 5 12
                                    

Gale. Cowok itu benar-benar selalu dibuat jatuh cinta terhadap setiap untaian kata yang dirangkai Renjani. Dirinya mulai mengikuti akun jejaring sosial dimana Renjani mencurahkan segala perasaannya, entah itu lewat tulisan atau sebuah audio yang biasa disebut dengan podcast. Sepulang dari tukang pecel lele, Gale langsung mencurahkan kegembiraannya di akun twitter private yang ia punya.

Ah, ternyata begini rupanya rasanya mencintai dalam diam. Terlihat tenang namun ada rasa penasaran, apakah perasaannya itu terbalas atau hanya sebelah pihak. Gale tersentak kaget kala sang kakak perempuan masuk ke dalam kamarnya.

"Lo punya cewek ya?" tanya kak Gina seraya memberi tatapan menyelidik dan langsung dijawab gelengan kepala oleh Gale.

"Gue baru suka, belom jadian."

"Aduh, aduh, yang lagi kasmaran. Pantes aura lo beda," ujar kak Gina seraya menoel dagu adiknya, berusaha menggoda cowok itu.

"Beda gimana? Emang selama ini aura gue gimana coba?"

"Lo nggak sadar kalo lo itu freak selama ini? Sekarang malah makin freak, senyum-senyum nggak jelas, dikit-dikit ngecek hp, ternyata oh ternyata, lagi jatuh cintrong."

Gale hanya tertawa mendengarkan celotehan kakaknya. Ia tak bisa mengelak, karena apa yang kak Gina bilang ada benarnya juga. Sepeninggalan kakaknya, Gale kembali membuka hp nya, namun ia tak lagi mendapat balasan dan Renjani. Mungkin cewek itu sudah tidur, pikir Gale.

***

Sedangkan ditempat yang berbeda, Renjani baru masuk kedalam rumahnya dan telinganya sudah harus mendengarkan keributan kedua orang tuanya. Tidak lain tidak bukan, perkara utang yang tak kunjung lunas. Semua orang tau ibu nya Renjani itu memiliki banyak utang riba yang pada akhirnya membuat perekonomian keluarganya menjadi turun.

Renjani masuk ke dalam kamarnya dengan acuh. Sampai sang mama tiba-tiba ikut masuk ke dalam. Menatap lama anak perempuannya itu, lalu mengambil posisi duduk di samping Renjani.

"Jani, mama boleh pinjem hp kamu?"

"Buat?"

"Mama mau gadai in hp kamu buat bayar tante Dina. Sebentar aja, paling seminggu. Nanti kalo mama ada uang, mama tebus," ujar mama Renjani seraya menggenggam tangan anaknya.

"Terus sekolah Renjani? Ma, Jani masih butuh hp."

"Seminggu aja sayang, nanti mama tebus. Mama janji."

"Yaudah, nih." Renjani memberikan ponsel kesayangan miliknya, seraya mengambil box hp yang ada diatas nakas.

Dulu, Renjani selalu kelabakan setiap hp nya di pinjam sang mama untuk di gadai. Ia harus telat menerima informasi dari group kelas, telat mengerjakan tugas, dan yang paling parah ia harus berhenti dari kegiatan menulis novelnya. Selama ini yang mama nya tau, hp hanya untuk main dan senang-senang saja.

Untungnya, sekarang ia memiliki Findy. Paling tidak, ia bisa kerumah Findy untuk menanyakan perihal sekolahnya.

Terbukti kan, keluarga yang utuh, belum tentu baik-baik saja. Kadang kala, Renjani ingin menghilang sejenak dari kehidupan. Ia ingin pergi ke tempat dimana hanya ada dirinya seorang. Melampiaskan semua rasa sakit yang selama ini hanya mampu ia pendam sendirian. Kalau boleh jujur, Renjani membentuk benteng pertahan di hidupnya, agar tak perlu ada orang lain yang menambah permasalahan dalam hidupnya. Tapi, benteng itu pelan-pelan runtuh dengan kehadiran Findy dan Gale. Mereka berdua mematahkan stigma Renjani, kalo sendiri itu lebih baik. Nyatanya dia masih butuh orang lain di dalam hidupnya.

Membayangkan betapa membosankannya hari esok tanpa hp, membuat Renjani dilanda frustasi. Ia memutuskan untuk tidur dan melupakan sejenak kejadian malam ini. Lima belas menit berlalu, Renjani masih belum bisa tidur lelap. Ia sudah mencoba berbagai gaya tidur, mulai dari telungkup, telentang, hingga miring ke samping, namun hal itu tak kunjung membuat Renjani terlelap.

TRIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang