11. Through the Time

102 20 0
                                    

Hendri buru-buru memarkirkan mobilnya dan langsung masuk ke tempat Maissy menunggu. Dia terpaksa terlambat berangkat dari janji yang sudah di tentukan karna adanya masalah nasib tukang dan kuli yang menggarap proyek Rumah Harapan. Dengan perasaan tergesa-gesa ia pun menilik ke sekeliling ruangan guna skrining siluet Maissy diantara banyaknya pengunjung yang ingin memanfaatkan TGIF.

Sebelum ini seorang kenalannya pernah bercerita bahwa ia bertemu istrinya saat sedang di pasar malam. Sebuah cerita yang Hendri anggap omong kosong karena bagaimana mungkin seseorang bisa menyadari chemistry jatuh cinta di tempat ramai. Hendri menjadi orang pertama yang tidak mempercayai cerita tersebut. Ditambah kenalannya itu berkata bahwa ketika pertama kali ia melihat istrinya dia langsung tahu kalau wanita tersebut adalah jodohnya. Hendri tertawa keras dan berkata, "lo kaum serigala emang? Gue bisa percaya kalau serigala yang ngomong ini ke gue karna mereka punya insting untuk menemukan matenya tapi lo? Sorry man, but you're too fiction."

Tahu apa yang lebih lucu? Hendri menelan karma itu. Hendri bukan keturunan serigala. Dia murni 100% keturunan nabi Adam dan hasil evolusi dari pithecanthropus erectus. Dia tergolong omnivora─seperti manusia pada umumnya─tapi anehnya dia bisa merasakan sensasi yang pernah diceritakan kenalannya. Aneh. Saat menemukan keberadaan Maissy seolah jiwanya yang gersang bergelora oleh suatu perasaan aneh yang menggelitik. Dia tidak bilang tidak suka─malah sangat suka sekali─dan juga ada sudut hatinya yang membisikan suara dia jodohmu kepada Hendri. Dengan senyum mengembang Hendri pun menjemput jodohnya Maissy. Terlalu dini untuk mengklaim bahwa dia jodohnya.

"maaf Mai, sudah lama nunggu?" tanya Hendri dengan perasaan tidak enak.

Maissy menanggapi dengan tersenyum tulus seraya berkata "santai saja mas. Lagi sibuk banget ya di kantor?"

Ini berbahaya. Senyum Maissy bisa saja membuat Hendri keblabasan dan seenaknya mengklaim bahwa Maissy adalah miliknya.

"nggak sih cuma ada masalah saja sama teknisnya. Kamu sudah pesan?"

"baru pesan minum saja nih. Mas Hendri mau pesan apa? Sebentar ya. Mbak─" panggil Maissy pada salah satu pelayan yang lewat.

Dalam diam Hendri memperhatikan Maissy yang tengah berinteraksi dengan waiters. Hendri benar-benar memperhatikan perawakan Maissy secara detail. Maissy ternyata memiliki dua lipatan kelopak mata. Hidunganya tipis dan mancung, berbeda dengan miliknya─yang sering di dengarnya dari orang-orang kalau hidung Hendri seukuran baby carrots─besar tetapi mancung. Garis wajah Maissy memiliki tipe oval shape yang membuatnya tampak mungil. Juga Maissy tidak banyak berdandan. Salah satu hal yang terlihat tidak biasa adalah bibir tipisnya yang di poles lipstick warna pink. Siapa yang akan menyangka kalau Maissy sudah berumur 30an. Orang awam mungkin saja akan mengira dia masih berusia pertengahan 20.

"mas!"

"ya?" Hendri langsung tersentak dan malu di saat yang bersamaan ketika Maissy menegur aksinya dalam menganalisis bentuk wajah Maissy.

"kamu mau pesan apa?"

"oh... itu ... samakan saja deh sama minumnya kopi hitam ya."

Sesaat waiters pergi, situasi menjadi canggung untuk keduanya. Baik Hendri maupun Maissy sama-sama tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Maissy sibuk memainkan dressnya dan tidak berani menatap Hendri. Tidak jauh berbeda dengan Hendri yang memilih mencari kesibukan dengan melihat interior coffee shop. Dia khawatir jika semakin lama memperhatikan Maissy akan semakin lancang hatinya berharap. Kalau dia membiarkan harapan itu melambung sementara Maissy tidak berkenan menyambutnya mungkin saja hidupnya akan hancur dan dia akan memulai hidup sebagai budha yang tidak ingin menikah.

***

"Mai ... boleh saya berharap kalau ajakan kamu hari ini untuk memberi jawaban atas ungkapan saya tempo lalu?"

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang