Maissy sedang siap-siap untuk keluar rumah sakit. Karena dia hidup sendiri maka tak ada satupun yang berkenan datang dan membantunya. Sebenarnya ada seseorang yang mengajukan diri untuk menjemputnya namun Maissy masih cukup canggung untuk berdekatan dengan orang tersebut. Tentunya tidak lain dan tidak bukan adalah Hendri. Setelah semalaman mereka mempertontonkan aksi manekin challenge, Maissy pun memutuskan untuk merespon ungkapan Hendri.
"boleh kasih saya waktu mas? Maaf ... tapi saya masih ragu sama mas Hendri."
Hendri hanya tersenyum seraya berkata, "kamu boleh gunakan waktu sepuasnya untuk berpikir. Saya tahu ini tidak mudah untuk kamu menerimanya. Tapi saya harap kamu mau membagi keraguanmu dengan saya. Ungkapan semua yang membuat kamu ragu sama saya dan saya akan menjelaskannya satu per satu dengan sabar."
"insyaallah mas. Mas Hendri sebaiknya pulang ini sudah malam."
"baiklah. Kamu besok sudah pulang kan? Perlu saya jemput?" tanya Hendri menawarkan diri.
"makasih mas tapi saya naik taksi saja." tolak Maissy sesopan mungkin. Bagaimana bisa Hendri menawarkan bantuan ketika Maissy sendiri masih canggung untuk menghadapi Hendri.
"oke saya mengerti. Maissy─" Maissy mendongak menatap Hendri saat namanya di panggil. Sesaat ia merasa aneh karna biasanya Hendri memanggilnya dengan sebutan May tapi kali ini ia memanggil namanya lengkap.
"─kamu tidak salah berpisah dengan mantan suamimu. Mustahil untuk mempertahankan hubungan seorang diri. Harus ada dua orang yang mau mempertahankan. Itulah cara kerjanya. Selamat malam."
Gara-gara ucapan Hendri malam itu pandangannya pada sosok Hendri menjadi berubah. Hendri seolah mengerti betul apa yang tengah di rasakannya, bagaimana ia harus bertindak, dan tahu batasan dalam berhubungan. Seperti seorang gentleman. Sesungguhnya selama setahunan ini ia tidak pernah merasa selega saat ini─setelah bertemu Hendri─dalam menyikapi keputusan-keputusan yang ia buat. Sesekali ia meragukan keputusan yang ia buat di masa lampau atau ada saat dimana hatinya lelah ketika mengingat memori di masa lalu yang membuatnya ingin kembali mengulang waktu.
Maissy seolah merasa semua orang menudingnya dengan berbagai alasan bahwasannya hancurnya rumah tangganya muaranya dari dirinya. Dia yang tidak bisa melayani suami atau dia yang bodoh karena melepaskan marga Baharudin semudah itu. Apalagi tak sedikit orang mencemoohnya karena menyia-nyiakan hidup dengan sendok berlian di tangannya. Setelah setahun ia merasa tersiksa sendirian, Tuhan seolah mengirimnya seseorang yang benar-benar mengerti tentang keadaannya. Puluhan kali Maissy selalu terlihat sehat dan baik-baik saja tapi Hendri tahu betul kalau ia sangatlah rapuh.
"assalamu'alaikum." tubuh Maissy reflek menengok pintu kamar inapnya dan matanya mendadak melotot lebar mengetahui tamu seperti apa yang mendatanginya saat ini.
Seorang yang berkunjung ke tempat jelek seperti ini tidak lain adalah yang terhormat Nyonya Ainun Baharudin aka ibu kandung Fatah aka wakil direksi betamarco aka mantan mertuanya. Maissy tidak menyangka ucapan Fatah yang ia anggap angin lalu malah berbuah kenyataan. Ya Tuhan ... mimpi apa aku semalam? Pertanda apakah ini? batinnya menerka-nerka.
"wa'alaikumsallam ibu." balasnya segera setelah ia reda dari rasa terkejutnya.
Langsung diciumnya punggung tangan wanita yang kulitnya sudah tidak lagi mengencang. Beliau adalah salah satu sosok wanita anggun yang sangat Maissy hormati. Seorang wanita yang sudah ia anggap layaknya ibu sendiri.
Siapa yang menduga justru tindakan sopannya berbuah kecup manis dari Nyonya Ainun pada kedua pipinya. Maisy sempat merasa sensasi brain freeze untuk sesaat. Dulu saat ia masih menjadi bagian keluarga Baharudin perlakuan seperti itu adalah suatu hal yang lumrah yang akan anggota keluarga lakukan acap kali bertemu. Maissy pikir seiring berjalannya waktu dia tak akan memperoleh perlakuan yang sama mengingat dia bukan lagi bagian dari keluarga besar Baharudin. Namun kenyataannya, perlakuan ibu Ainun tidak ada yang berubah. Pelukannya masih sehangat dulu, dan senyumnya mampu menggetarkan hati Maissy dan musnah sudah segala cemas yang sempat membelenggu hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
Chick-LitLakuna; la-ku-na (kata benda kedokteran dan fisiologi) lekukan kecil, rongga di antara sel-sel atau lapisan - KBBI Lacuna; lə-'kü-nə (noun) a blank space - Merriam Webster Tajuk Lakuna bagi penulis adalah sebuah ruang kosong dalam hati kita. Ketika...