Dua minggu sudah berlalu sejak kamis manis kebersamaannya dengan Hendri. Mereka sudah jarang bertemu atau bertatap muka padahal mereka tinggal di komplek yang sama dan lagi, rumah mereka berhadapan. Kalau saja di proyeksikan dengan rumus deret aritmatika Sn seharusnya mereka akan bertemu setiap lima hari sekali tapi ternyata tidak semua ilmu matematika bisa di aplikasikan di kehidupan nyata.
Baik Hendri maupun Maissy sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka. Hendri yang sudah sibuk untuk pembangunan Rumah Harapan, sementara Maissy sibuk melatih dan mendampingi murid didiknya untuk perlombaan tari tingkat DIY. Meski begitu terkadang mereka sibuk mengomentari status WA masing-masing. Seperti ketika saat Maissy berkreasi dengan olahan daging yang ia buat menjadi kebab homemade, Hendri mengomentarinya dengan mengajukan diri menjadi tukang icip. Belum sempat Maissy berbagi makanan buatannya itu ternyata si tetangga tengah keluar kota ke Surakarta untuk menemui pemasok bahan bangunan.
Mas Hendri
Silahkan bawa ke depan *pura-puranyajadichefJuna*
Haha memang mas
bisa nilai makanan?Gampanglah
Lidahku kan bisa bedain
mana yang enak dan enggakKalau ternyata
punyaku nggak enak?Aku suruh kamu
masuk pressure testHaha ada-ada aja
Kalau mas mau
aku bisa bungkusinYah... sayangnya aku
lagi di Surakarta
Lagi ngurus supplier
nakal ini heheBerkat aksi saling berbalas komentar itulah kedekatan mereka sudah tidak secanggung dulu. Kini mereka sudah tidak akan ragu lagi untuk memulai pembicaraan atau hanya sekedar menyapa ketika berpapasan. Jujur saja awal yang membuat dia enggan untuk berdekaan dengan Hendri karena mungkin saja Hendri sudah punya istri di kampungnya dan ia paling anti jika punya skandal dekat dengan suami orang.
Wajar saja Maissy berpikiran seperti itu karena orang seganteng dan semapan Hendri terlalu aneh jika masih sendiri. Ketika harta dan tahta sudah ia punya, wanita pasti akan menarik perhatiannya untuk di pinang. Tapi kemudian ia baru tahu tentang status Hendri yang duda saat terakhir mereka menghabiskan jam makan siang di warung soto.
"Katanya ayah mas orang Jogja berarti masih ada saudara disini?" tanya Maissy.
Hendri menggeleng pelan. "saudara ayah saya sudah mencar semua. Disini Cuma ada mantan istri."
Maissy terkejut mendengarnya. Dia merasa tidak enak sudah membawa obrolan yang mengarah pada masa lalu Hendri. Seperti dirinya yang seorang janda, dia pun risih ketika di usik hal-hal yang berkaitan dengan masa lalunya.
"Maaf mas saya nggak maksud."
"Nggak apa-apa sudah berlalu juga." Ucap Hendri sambil lalu seakan tidak peduli.
Setelah itu hening melanda dan keadaan menjadi canggung. Maissy yang merasa tidak enak berhenti bicara karena takut menyinggung masa lalu Hendri.
"Kamu kok jadi diam gitu? Seriusan May, saya nggak akan galau hanya karena ngomongin masa lalu. Jangan gitu dong." Ucap Hendri mencoba menenangkan Maissy.
"Saya tahu kok rasanya mas ketika di mulut kamu bilang begitu tapi sebenarnya hatimu merasa risih." Maissy jadi meraba kembali hatinya karena sekilas kenangan menyakitkan itu kembali datang dan tanpa tahu malu mengusik hidupnya hingga tanpa sadar ia malah mengeluarkan apa yang di rasakannya.
"Itu artinya kamu belum ikhlas May. Ada bagian dari diri kamu yang merasa tidak terima atau mungkin ada penyesalan yang masih tersisa. Tapi May, yang seperti itu, itu penyakit. Jangan lagi melihat ke belakang. Seindah apapun masa lalu yang kamu miliki sudah tidak ada artinya lagi sekarang. Fokus saja sama hal-hal yang kamu senangi. Cari pengalaman baru, menjalin koneksi dengan orang baru, atau kamu bisa menantang diri dengan melakukan kegiatan yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya. Dengan begitu kamu akan merasa bersyukur masih bisa menjalani hari dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
Romanzi rosa / ChickLitLakuna; la-ku-na (kata benda kedokteran dan fisiologi) lekukan kecil, rongga di antara sel-sel atau lapisan - KBBI Lacuna; lə-'kü-nə (noun) a blank space - Merriam Webster Tajuk Lakuna bagi penulis adalah sebuah ruang kosong dalam hati kita. Ketika...