̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
Tanpa bimbang menuju bukit itu
Hati gembira sebab dapat melepas sendu
Di sini, di tempat rahasia kita berdua
Lazuardi biru menjadi saksinya ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
"Ali, sini!"
Di atas rerumputan hijau yang berdansa, melenggak-lenggok selajur arah angin. Di bawah langit biru berhias kepulan kapas putih, puluhan merpati mengepakkan sayapnya bebas. Vokal tawa dari seorang pemuda lain di atas bukit itu menunjukkan bahwa Reyhan sedang tak seorang diri.
"Ali ... kamu denger aku ga, sih?!"
Setelah mendengar teriakan itu, Ali pun menghentikan langkahnya dan berbalik badan.
"..iye? Apaan"
"Kamu enak bisa lari bebas, sedangkan aku gabisa apa-apa selain duduk di sini ..." Jawab Reyhan dengan tatapan sendu.
Ali menghampiri reyhan berserta kursi roda yang setia menemani saudara kembarnya itu. Reyhan memang tak bisa berlari lagi seperti dulu, kakinya lumpuh akibat insiden kecelakaan 3 bulan yang lalu.
Kejadian itu menyebabkan kedua orang tua mereka tewas. Reyhan dan Ali selamat dari ledakan mobil. Dapat dikatakan bahwa Ali lah orang yang paling beruntung saat itu.
"Gue gagal nangkep burung mulu rey, kesel!"
Bruk!
Tanpa aba-aba, Ali tersandung batu dan jatuh mencium tanah. Reyhan yang melihat kesialan saudaranya itu hanya diam di tempat dan menahan tawanya.
"Aduh, pake jatoh segala!"
Ali lantas membaringkan tubuhnya tepat di samping kursi roda Reyhan. Berbantalkan kedua lengan yang ditekuk, ia menikmati tiap hembusan angin yang lolos membelai wajahnya.
"Li, apa selamanya aku bakal lumpuh gini ya? Berdiri aja aku ga mampu, mau jadi apa nanti?"
"Kalo lu gabisa jalan... Lu bisa terbang kok,"
Reyhan mengernyitkan keningnya heran.
"Rey, gue janji bakal jadi sepasang sayap buat lo"
"Hah?" Lagi-lagi Reyhan bingung dan tak mengerti dengan ucapan saudara kembarnya itu.
"Gue bakal jadi sepasang sayap buat lo, bakal pergi kemanapun lo mau, jadi pelindung buat lo kapanpun dan dimanapun. Mulai sekarang mimpi lo itu terbang, gue yang jadi sayapnya, oke?"
"... Jadi sayap buat aku?"
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
Secercah angan t'lah terucap
Ringkih tubuh itu dijanjikan terteduh sayap
Dengan lantangnya ia ber-ikrar
Membuat ragu di telinga si pendengar ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
"TERBANGG!"
Nyatanya Ali tak main-main dengan ucapannya.
Rona merah memenuhi kedua pipi Reyhan yang memanas. Risih, tangannya tak mau berhenti memberontak.
Ia terlihat seperti bocah kecil yang ditimang kesana-kemari oleh ayahnya.
"Hahaha ... kenapa lo enak banget digendong sih, rey?"
"ALI, TURUNIN !!"
Keributan menarik atensi sebagian orang di sekitar. Tak sedikit dari mereka yang berusaha menahan tawa. Ali sadar, Reyhan sadar. Namun Ali tidak mengindahkan itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Scenarios [one - shot(s)]
RandomBeberapa penggalan kisah pendek tentang skenario kehidupan. Hampir semua story nya ber-sad ending.