"Aku Menyayangimu, Raka"

1.5K 114 25
                                    

Disclaimer

Cerita ini tak ada sangkut-pautnya dengan sejarah, maupun sinetron KRKS!

~Enjoy reading~
___

Surawisesa dan Kian Santang merupakan kakak beradik yang sangat dekat. Meskipun berbeda ibu, sedari kecil mereka seperti saudara kandung yang tak dapat terpisahkan.

Menginjak remaja, mereka jarang sekali -bahkan tak pernah lagi mempunyai waktu tuk bermain bersama.

Suatu hari Kian Santang memutuskan untuk menimba ilmu ke negeri onta. Surawisesa yang saat itu masih kecil merasa sangat kehilangan atas kepergian raka tersayangnya.

***

Bertahun-tahun kemudian, Kian Santang kembali ke tanah airnya dengan disambut senang banyak orang. Namanya dielu-elu dan diagung-agungkan sepanjang perjalanan. Rakyat berbahagia karena akhirnya, rasa kerinduan pada pangeran kesayangan mereka terobati.

Kepulangannya di istana pun dirayakan dengan meriah oleh keluarga. Saat bagian pelepasan rindu, pelukan Surawisesa lah yang terasa sangat erat & hangat bagi Kian Santang, dibandingkan saudara-saudaranya yang lain.

Surawisesa sangat bahagia karena Kian Santang telah pulang dengan selamat. Bertahun-tahun menimba ilmu, Raka nya itu telah tumbuh besar, tubuhnya menjulang tinggi, dan kulitnya makin bersinar.

***

Telah berhari-hari Kian Santang singgah di istana bersama keluarganya. Satu hal yang menjanggal di hati Surawisesa.
Setelah kepulangan Kian Santang, Surawisesa merasakan perhatian ayahanda padanya berkurang. Namun ia cepat-cepat menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikiran buruk tentang rakanya itu.

***

Suatu hari Surawisesa mengajak Kian Santang untuk berjalan ke rumah-rumah penduduk, karena sudah lama sekali mereka tak menghabiskan waktu berdua. Dengan senang hati Kian Santang pun berjanji akan menerima ajakannya.

Tetapi di hari itu juga surawisesa merasa kecewa dan sakit hati.

Prabu Siliwangi mengajak Kian Santang untuk ikut serta dalam rapat antar kerajaan. Ia akhirnya memilih untuk menepati perintah sang ayahanda, dan lupa akan janjinya pada Surawisesa. Kian Santang membuat adiknya menunggu tanpa tahu kabar.

***

Keesokan harinya, Surawisesa mengajaknya untuk latihan bersama. Kali ini Kian Santang menepati janjinya. Dua pangeran itu akan beradu kemampuan pedang mereka dalam berperang.

"Ctzing! Ziing!"

Surawisesa tampak kewalahan karena kecepatan dan ketangkasan Kian Santang dalam memainkan pedangnya. Hingga-

"Srat!"

Tanpa sengaja pedang Kian Santang sedikit mengenai pipi mulus Surawisesa. Setetes darah pun keluar dari sayatannya itu.

"Astaghfirullah, maafkan aku rayi, apakah kau tidak apa-apa?" Dengan sangat menyesal Kian Santang meminta maaf pada adiknya.

Terlahir sebagai seorang ksatria, Surawisesa tahu bahwa merengek dan terlihat lemah adalah hal yang sangat memalukan baginya.

"Argh, aku tak apa raka, ini hanyalah luka kecil. kuakui kemampuan pedang raka sangatlah tangkas dan lincah. Kau sangat hebat, raka"

"Hahaha, jangan terlalu memujiku rayi, kau juga luar biasa. Gerakan menghindarmu cepat sekali"

"Mari kita berlatih lagi, kali ini aku yakin tak akan kalah darimu raka"

Mereka pun beralih untuk latihan bela diri. Kali ini Surawisesa menantang Kian Santang tuk berlatih di luar istana. Dengan sedikit ragu Kian Santang pun menerima ajakan rayinya itu.

***

Saking fokus dan sengitnya latihan mereka, tanpa sadar keduanya telah berada di atas tebing yang di bawahnya terdapat jurang.

"Ah rayi, tunggu sebentar. Sepertinya kita sudah berlatih terlalu jauh dari istana. Sebaiknya kita berpindah, tempat ini sangat berbahaya untuk dijadikan tempat latihan."

"Baiklah raka, ayo-"

"Hey!!"

Secara tiba-tiba datang sekelompok perampok menghadang mereka.

"Apa mau kalian? Berani sekqli menghalang jalan kami!" teriak Surawisesa lantang

"Kalian telah memasuki wilayah kekuasaan kami! Tapi.. kelihatannya kalian berasal dari kaum bangsawan, jadi, serahkan harta kalian atau.. akan kami habisi kalian berdua!"

Spontan mereka berdua dikeroyok oleh perampok itu.

Kian Santang dan Surawisesa bekerja sama untuk menghadapi mereka. Kemenangan pun jatuh ke tangan dua pangeran itu. Jelas, Mereka hanyalah perampok. Tak ada apa-apanya dibandingkan anak keturunan siliwangi.

"Akhirnya beres juga. Rayi, mari kita pergi dari si-"

"Jleb!!"

Belum selesai mengakhiri ucapannya, Kian Santang menghirup aroma anyir daging yang terhunus besi. Ia meraba dada kirinya yang terasa basah oleh liquid kental, ntah cairan apa itu.

"Ugh.. a-ada apa ini?"

Bingung karena belum juga mendapati apa yang sebenarnya telah terjadi, Kian Santang berbalik badan. Betapa terkejutnya ia.. saat menyaksikan bahwa rayinya sendiri lah yang telah menusukkan sebuah belati ke punggungnya.

"Dasar bodoh, asal kau tahu.. aku telah merencanakan pembunuhan ini sejak tadi, Kian Santang."

Deg!

Bagai terhunus pedang untuk kedua kalinya, Kian Santang mendengar Surawisesa tak memanggilnya "raka"

"Crash!"

Tanpa aba-aba Surawisesa mencabut kembali belati dari punggung rakanya. Tak sanggup menahan sakitnya, Kian santang pun ambruk dengan posisi berlutut di hadapan Surawisesa.

Satu tangan ia gunakan untuk menopang dirinya di tanah, dan satu lagi mencoba menghentikan pendarahan hebat di dadanya.

"Sejak kau tak ada di istana, Ayahanda prabu selalu memberikan sepenuh kasih sayangnya padaku, jelas karena aku lah putra terkecilnya"

"Namun setelah kepulanganmu, aku merasa perhatian ayahanda berpaling. Ohya, jangan lupa soal putra mahkota! Setelah kepergianmu, tak kan ada lagi yang menghalangiku untuk mewarisi tahta itu!"

"R-rayi.. itu semua.. tak seperti apa yang kau pikirkan-"

"Diam kau!"

Dengan telapak tangan yang sudah berlumuran darah, Kian Santang mencoba meraih adiknya. Namun ia benar-benar sudah tak sanggup untuk bangkit. Sesak, perih, panas, tetapi itu semua tak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit di hatinya.

"Sadarlah rayi.. m-maafkan rakamu ini yang tela-"

"Duagh!"

Tanpa memberinya kesempatan berbicara, Surawisesa menendang tubuh Kian Santang hingga terjatuh ke dalam jurang.

"Selamat tinggal, raka. Aku menyayangimu."

===== END =====

Hahahahaha *evil laugh

Jahat bgt ane astagfirullah.

maapin yak ada unsur-unsur gore nya

Gimana gimanaa? komentarin cerpen kali ini dungs, tinggalkan kritik saran kalian di komentar!

Yang mau request next cerpen boleh juga nyok

Life Scenarios [one - shot(s)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang