Coretan ilusi

779 80 10
                                    

Cerita ini dibuat khusus, spesial di hari milad FSAAI♥

===

Pada selembar kertas, kugambarkan segelas jus lemon lengkap dengan beberapa es batu. Di sampingnya, tergambar pula sepiring nasi padang dan semangkuk rendang.

"Nyam, nyam"

Ah, sedap sekali rasanya.

Setelah menghabiskan makanan dan minuman itu, aku lekas menghapus coretan pensil di sana, dan lanjut melukis hal lain.

Sebuah motor modif lengkap dengan helm balap branded.

"Voila!"

Gambar itu --tampak secara nyata-- sudah di hadapanku. Dengan cepat kupakai helm itu lalu kucoba jalankan motornya.

Aku berteriak puas.

"Ajibbb!!!"

Bebas ... menyenangkan ... Apa saja dapat kulakukan di sini.

Kurasa.. aku mulai menyukai tempat ini.

***

Srat-srat!

Kugoreskan kembali pensil ini pada sebuah kertas putih yang kudapatkan entah dari mana asalnya. Kali ini aku ingin menggambar sketsa Masjid Darul mustofa. Di luarnya kutambahkan sebuah taman bunga, serta kolam yang menampung air mengalir terjun dari ketinggian.

Bertahun-tahun aku memimpikan hal ini.

Pergi menuntut ilmu di Tareem, negeri para wali, menetap di sana..

Ah, membayangkannya sungguh indah. Meskipun ... yang tergambar pada kertas ini tak sebagus apa yang kuinginkan.

Lalu- abrakadabra!

Terbangun di depanku sebuah masjid megah yang dikelilingi taman bunga dan air terjun.

"MasyaAllah.."

Kukira yang muncul takkan se-indah ini. Maklum, aku tak mahir dalam hal menggambar.

Kukira yang akan disuguhkan akan mengikuti coretanku yang berantakan. Namun ternyata yang tercipta melebihi ekspektasiku.

Cplak cplak!

Aku menyibak-nyibak air pada sebuah telaga di sana. Hangat, jernih, bersih ... sangat nikmat jika kujadikan tempat untuk berendam.

Sunyi ... nyaman ... tentram ... indah ...

Aku senang berada di sini. Apa pun yang kuinginkan terkabul.

***

Dengan semangat kugambar lagi sebuah taman bermain.

Aku yakin.. semua orang ingin kembali pada masa kecil mereka, dimana tak ada pikiran mengenai beban kehidupan. Ketika beranjak dewasa, kita semua pasti pernah merasakan overthinking, kekhawatiran akan masa depan dan semacamnya. Memang kenyataannya begitu, bukan?

wuush!

Semilir angin tiba-tiba menerpa rambut hitamku. Dalam sekejap muncul sudah taman bermain yang kugambar.

Aku menaiki sebuah seluncuran, bermain pada ayunan, bergelantungan di suatu bangunan dengan tangga kecil -yang tak kuketahui namanya..

Sangat menyenangkan.

Terakhir, kunaiki sebuah permainan jungkat-jungkit.

Terlewat beberapa detik, tubuhku masih saja berada di bawah.

Ah- tentu saja, aku tak mempunyai teman di sini. Tak ada beban lawan yang akan membuat tubuhku melambung tinggi ke atas.

Di sini bosan. Kurasa.. Aku mulai tak menyukai tempat ini.

Aku kesepian ...

***

Kubuang pensil serta kertas putih yang telah kusimpan selama --ntah berapa lama-- di sini. Bahkan hingga sekarang pun aku tak tahu tempat apa ini.

Yang jelas, kini aku ingin segera keluar dan kembali pada dunia asalku.

***
Author pov

"Ham.. mama ada di sampingmu... mama selalu bersamamu.. sampai kapan kau tutup matamu itu, nak?"

Sesosok wanita paruh baya menangis terisak melihat keadaan seorang anak yang terbujur kaku di depannya.

Brain death.

Kondisi tiadanya distribusi darah dan oksigen ke otak, yang menyebabkan seluruh sistem otak tak lagi bekerja dengan sempurna. Itu lah yang saat ini tengah dialami Ilham.

Sebenarnya Tari sudah mengetahui bahwa Ilham takkan dapat hidup kembali. Semua alat bantu yang dipasang hanya membuat jantungnya berdetak, namun tidak dengan fungsinya.

"Dok, lepaskan saja alat penopang hidupnya."

Dokter yang baru saja selesai memeriksa kondisi Ilham terkejut mendengar permintaan Tari. Pasalnya hampir setahun sudah, wanita itu bersikukuh agar anak tirinya bisa tetap hidup.

"Saya hanya tak ingin.. Ilham terus-terusan menderita seperti ini"

Dokter itu tersenyum lalu mengangguk.

"Baiklah, kapan kami bisa melepaskannya?"

"Secepatnya."

***

"Ilham..!"

"Ibu..? Apakah itu suara ibu?" Mendengar sebuah suara yang tak asing di telinga, Ilham spontan mencari sumbernya.

"Ibu..?"

Menetes air matanya kala melihat sosok yang sangat ia rindu-rindukan. Kini Ilham telah dipertemukan kembali dengan ibu kandungnya, Mira.

"Kita mau kemana bu?" Ia bertanya dengan wajah polosnya, setelah merasakan tangannya ditarik oleh Mira.

"Ke suatu tempat di mana Ilham dan ibu akan bahagia bersama. Ilham
mau, kan?"

Ilham hanya mengangguk mendengar penawaran ibunya. Mira tersenyum kecil lalu kembali menarik lembut lengan Ilham ke suatu tempat penuh cahaya

***

"Nit..."

Suara mesin menggema di ruangan itu, tepat setelah dokter dan perawat melepaskan semua alat bantu medis.

Tari yang tak sanggup menyaksikannya, hanya bisa menumpahkan tangisan dalam pelukan suaminya. Rafi mencoba menguatkan istrinya karena kini mereka benar-benar merasakan kehilangan.

Tanpa mereka sadari, senyuman yang terukir pada bibir Ilham tak pernah hilang.

===== END =====

HAPPY ANNIVERSARY FSAAI !
SLAMET HARI MILAD BUAT KITE SEMUA WKWK♥

Btw ini ceritanya gabungan kisah nyata alwi lo gaes, yang mo ke Hadramaut Yaman nanti itu loh hiksrot.

Trus juga kesukaan2nya alwi.. makanan, minuman, motor, hahahah, apalagi ya impian alwi yg belom tercapai sekarang?

Life Scenarios [one - shot(s)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang