Ajeng dan Ilham telah bersahabat sejak kecil. Bagaikan saudara kandung, orang-orang mengira mereka adalah anak kembar, padahal tidak. Namun kenyataannya, kedua remaja ini memang memiliki banyak kemiripan.
Beranjak dewasa, Ilham merasa hubungan persahabatannya dengan Ajeng merenggang. Terlebih lagi setelah Ajeng menerima pria kelas lain di sekolah untuk menjadi kekasihnya, Rey.
"Ingat, Ham. Di antara kita tidak boleh ada yang namanya rasa. Kalau ada, aku ingin hubungan persahabatan kita putus."
Ilham akan senantiasa mengingat kalimat sahabatnya itu. Tapi salahkah jika rasa ini muncul sekarang? Bukankah itu semua normal?
"Hai Ilham, boleh kah aku duduk di sini?" Tanya seorang gadis menunjuk kursi sebelah Ilham yang kosong.
"Duduk saja, aku ingin pergi ke kantin-"
"Ah- tidak jadi deh, aku ikut! Aku ingin membeli sesuatu juga disana"
Tanpa jawaban apa pun dari Ilham, gadis itu mengikutinya dari belakang.
Dia Ratih, salah satu pengagum fanatik Ilham yang centil dan selalu berani mendekati Ilham. Berbeda dengan gadis-gadis lain yang takut mendekati atlet laki-laki itu.
"Semoga langgeng ya, Ham!" Teriak Ajeng saat melihat Ilham dan Ratih jalan bersama.
Ajeng yang mengawasi sahabatnya dari jauh itu tersenyum. Ia mengira bahwa selama ini Ilham dan Ratih sudah sangat dekat dan saling menyukai.
Namun kenyataannya, Ilham justru merasa risih dan ia tak ada sedikit pun rasa terhadap gadis centil itu.
***
Dari sekian banyaknya insan
Yang hadir dan ada untukku,
Mengapa harus dirimu seorang,
Yang buat hati ini terpaku?***
"...kini yang kita tunggu-tunggu! Pencetak rekor tercepat dari perlombaan lari jarak pendek, jatuh kepada.. Ilham Alvian dari SMA Negeri 1!"
"Kepada para peserta yang dipanggil, kami persilakan untuk maju ke depan"
"Yeyy selamat Ham!!! Sana, sana!" Teriak Ratih sembari mendorong Ilham.
Ilham berjalan pelan ke atas panggung, lalu membiarkan sang panitia untuk mengalungkan medali emas di lehernya. Ia nampak tak bersemangat saat pengumuman lomba kala itu. Sebab apa?
Sebab Ilham tak menemukan sahabatnya hadir dan menyaksikan kejuaraannya.
"Jeng, kamu tidak jadi datang?"
***
Andaikan,
kita tak pernah dipertemukan
Mungkin aku takkan pernah merasakan
Pedihnya rasa bertepuk sebelah tangan***
Bugh bugh!
Lagi-lagi babak ini dimenangkan oleh Ilham. Pertandingan karate itu kini tersisa 1 babak, yaitu babak final.
Ilham berjalan ke tempat istirahatnya, lalu mengambil sebuah handuk dan meneguk air mineral di botol minumnya.
Bola matanya menelusuri tempat duduk stadion penonton untuk mencari seseorang.
"Ajeng, kamu dimana? kamu ingkar janji lagi?"
Dulu, Ajeng selalu hadir di perlombaannya. Teriakan sahabatnya itu lah yang menjadi semangat Ilham untuk bisa membanggakan nama sekolah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Scenarios [one - shot(s)]
RandomBeberapa penggalan kisah pendek tentang skenario kehidupan. Hampir semua story nya ber-sad ending.